Mohon tunggu...
Maya Dewi
Maya Dewi Mohon Tunggu... -

Konsultan komunikasi, pengamat Human Acceptance Behavior dan pecinta sains

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hati-hati Pilih Caleg ! Kenali Karakter Psikopat

28 Januari 2014   21:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:22 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Arus demokrasi yang kian terbuka mempersilahkan pada seluruh masyarakat Indonesia untuk duduk dalam parlemen melalui pemilihan Legislatif. Partai yang berfungsi sebagai kendaraan menuju kursi parlemen, ramai didatangi kalangan intelektual, artis dan masyarakat lainnya guna memenuhi ambisi mereka. Sejumlah media mencatat, sebanyak 6000 lebih Caleg bakal bertarung di arena Pemilu. Jelang Pemilu Calon Legislatif 2014, sejumlah Caleg sibuk mempromosikan diri. Berbagai kampanye dilakukan, mulai dari pasang spanduk hingga blusukan ala Jokowi ke Dapil masing-masing. Masyarakat ada yang dibuat terlena dengan karisma para Caleg ini. Gaya komunikasi yang memikat, kecerdasan luar biasa dan empati yang ditunjukkan para Caleg mampu menggerakkan masyarakat untuk memilih Caleg sebagai andalan mereka di parlemen. Memilih Caleg sama dengan memilih pemimpin aspirasi rakyat.

Oleh karenanya hati-hati memilih caleg. Pilihan kita menentukan arah bangsa. Jangan pilih Caleg yang punya sebagian atau bahkan seluruh karakter psikopat. Beberapa penelitian di Amerika Serikat sebagaimana dikutip dari artikel Alternet yang berjudul “How to Stop Psychopath CEOs from Looting and Destroying Their Own Companies” menyebutkan bahwa ada korelasi antarakorupsi dalam perusahaan dengan kepribadian psikopat. Bahkan dalam artikel yang sama, sejumlah peneliti mengaitkan krisis keuangan global 2007 dengan prevalensi meningkatnya jumlah psikopat di level manajemen senior pada institusi keuangan.

William Hirstein, Ph.D kepada Psychology Today menyebutkan bahwa psikopat merupakan gangguan kepribadian yang tidak memiliki perasaan dan menunjukkan kurangnya empati, atau kerap disebut “berhati dingin”. Psikopat memiliki ambisi pada uang, status dan kekuasaan yang dapat menjadikan mereka “Penguasa Semesta”, demikian penelitian yang dilakukan Dr Clive Boddy dari Universitas Middlesex Inggris yang dikutip dari Alternet. Meski haus kekuasaan, menurut studi Dr Paul Babiak pada Alternet, psikopat tidak memiliki kinerja baik dan cenderung menjadi “racun” bagi lingkungannya. Mereka tak segan-segan memanipulasi atau menghalalkan segala cara tanpa rasa bersalah,agar keinginannya terwujud.Psikopat tidak pernah memikirkan resiko dan tidak memiliki rasa takut. Jika tertangkap, psikopat tidak menunjukkan penyesalan dan membenarkan perbuatannya dengan menyalahkan kondisi atau orang lain.

Politik, salah satu bidang yang diincar psikopat. Temuan mengejutkan datang dari Dr Martha Stout seorang psikolog klinik afiliasi Harvard Medical School yang dikutip dari harian Huffington Post yang menyatakan bahwa politisi cenderung memiliki karakter psikopat. Perilaku ini ditunjukkan pada politisi yang melakukan praktik politik menipu tanpa malu-malu.

Apakah kejahatan psikopat selalu membunuh? Psikopat kerap dihubungkan dengan pembunuhan atau kekerasan fisik, mengenai anggapan tersebut, Dr Stout menegaskan bahwa mayoritas psikopat tidak pernah membunuh siapapun dengan tangan mereka sendiri. Kepuasan didapat psikopat melalui dominasi dan mengontrol orang lain. Tentunya akan dengan mudah mereka dapatkan di politik.

Lantas bagaimana mengetahui apakah Caleg pilihan kita psikopat atau bukan? Sulit untuk mengenali ribuan Caleg dalam waktu singkat. Namun karakter psikopat dapat diketahui melalui gaya bicara atau komunikasi mereka. Dikutip dari artikel yang dikeluarkan oleh FBI Law Enforcement Bulletin yang berjudul The Language of Psychopaths New Findings and Implications for Law Enforcement” dan artikel dari Live Science yang berjudul “How to Spot Psychopaths : Speech Patterns Give Them Away”,berikut ini karakter psikopat ketika berbicara atau menggunakan bahasa.

Menggunakan Bahasa Tubuh Untuk Menutupi Kebohongan

Penelitian terhadap sejumlah psikopat menujukkan bahwa untuk menutupi kebohongan, psikopat kerap menggunakan bahasa tubuh seperti gerakan tangan yang persuasif dan mimik wajah saat berbicara.

Cenderung Menonjolkan Diri Sendiri.

Psikopat menggunakan bahasa yang cenderung menonjolkan diri sendiri karena memang kepentingan mereka hanya diperuntukkan diri sendiri. Sehingga mereka lebih sering menggunakan kata “saya”,”aku” atau “milik saya” ketimbang “kami” atau “kita”.

Membesar-besarkan Pembicaraan

Salah satu usaha memanipulasi lawan bicara, psikopat kerap membesar-besarkan atau mendramatisir pembicaraan. Jika orang lain merasa pembicaraan merupakan obrolan singkat, psikopat akan membesarkannya menjadikampanye terselubung.

Suara Datar Ketika Berbicara

Ketika berbicara suara psikopat cenderung datar, tidak ada penekanan pada kata-kata tertentu bahkan tidak menunjukkan emosi pada momen-momen emosional

Jarang Membicarakan Hubungan Sosial

Karena kepentingan diri sendiri menjadi fokus utama mereka, psikopat jarang membicarakan mengenai hubungannya dengan masyarakat bahkan dengan keluarga.

Lebih Banyak Membicarakan Kebutuhan Dasar

Ketika orang lain membicarakan keluarga, psikopat cenderung membicarakan kebutuhan dasar mereka sehari-hari, seperti uang, makan,minum dan kebiasaan yang sering mereka lakukan.

Banyak Jeda Pada Setiap Pembicaraan

Jeda seperti “uh”,”mmh” digunakan psikopat untuk berpikir kebohonganyang tengah ia bicarakan.

Banyak Menggunakan Pernyataan Sebab Akibat

Psikopat banyak menggunakan kata “karena”, “sebab” dan kalimat lain yang diasosiasikan pernyataan sebab akibat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun