[caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="August Parengkuan: (JP/Jerry Adiguna)"][/caption] Siapa tidak kenal Sabam Siagian dan August Parengkuan. Keduanya wartawan senior Indonesia yang masih aktif menulis. Sabam bekas Dubes RI untuk Australia dan August sebentar lagi menempati pos barunya sebagai Dubes RI untuk Italia merangkap Siprus dan Malta serta Perwakilan PBB di Roma. Didalam acara silaturahmi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Hotel Kempinski HI, Jakarta, Jumat lalu, "melepas" August sebagai Ketua Bidang Luar Negeri PWI, sejumlah kata sambutan disampaikan beberapa wartawan senior. Tapi yang agak mengesankan justru dari Sabam Siagian. Sebagai ex Dubes, Sabam menasehati August agar disela rutinitasnya yg padat nanti dia jangan lupa mengontrol pengelolaan anggaran belanja kantor kedutaan yang dipimpinnya, "Bukannya menakut-nakuti, tapi sekedar mengingatkan anda sebagai wartawan dan bukan birokrat agar memahami dengan baik dan benar liku kerja birokrasi dilingkungan Kedubes RI di luar negeri", ujarnya seraya menambahkan bahwa sudah ada ex Dubes RI yang terjerat korupsi dan ditahan KPK. Ia mengatakan, dana APBN dalam bentuk US Dollar yang diperuntukan ke disetiap Perwakilan RI sumbernya bervariasi. Ada yang dari Kemlu sendiri dan ada juga dari Kementerian lain yang memiliki kantor perwakilan (dulu disebut ATASE) dilingkungan KBRI atau Perwakilan RI dibawahnya. Sebagai contoh, anggaran Kemlu di kelola aparat Kemlu, anggaran Kemdiknas oleh pegawai Kemdiknas, demikian juga kementerian lainnya yang memiliki ruang lingkup dibidang pertahanan, perdagangan, imigrasi dan lainnya yang ada kepentingannya di luar negeri. Menurut Sabam, sekalipun rekening mereka di Bank yang berbeda dan penggunaan dana hanya diketahui mereka, tapi pertanggungan jawab akhir ke "Jakarta" harus sepengetahuan Dubes. "Jadi, Dubes jangan hanya teken tanpa memahami hakekat penggunaan anggaran tersebut", nasehat Sabam. Bangga Sebagai Wartawan Sabam selanjutnya mengatakan, dirinya bangga sebagai wartawan Indlnesia yang pernah dipercaya Presiden RI sebagai kepala Perwakilan RI di luar negeri. Puluhan wartawan senior sejak jaman kemerdekaan hingga sekarang telah menduduki posisi prestisius tersebut dan tak satupun memiliki reputasi jelek. Kecuali,mantan Pemred ANTARA, Djawoto, yang tidak mau pulang ke tanah air setelah pecahnya pemberontakan Gerakan 30 September 1965. Giliran August memberi sambutan dengan nada kelakar mengatakan, dia kini kembali mempelajari olahraga sepak bola karena di Italia konon suatu proses diplomasi itu berjalan lancar bila dimulai dgn basa-basi tentang persepakbolaan di Italia. "Sekalipun di Italia itu banyak wanita cantik tapi itu bukan bagian dari bahasa diplomasi kecuali sepak bola", gurau August yang disambut tawa hadirin. Dia mengisahkan, suatu waktu dia bertamu ke Menlu Marty Natalegawa untuk menyampaikan rencana kerja PWI dbidang luar negeri menyangkut kerjasama Pers Indonesia dan Myanmar. Serta merta Menlu memanggil sekertarisnya dan memperlihatkan surat dari Presiden SBY yang menunjuk dirinya sebagai Dubes RI untuk Italia. " Saya agak terkejut dan tertegun sejenak. Tapi setelah diyakinkan kembali oleh Menlu, saya lantas men-syukurinya", kata August. Dia-pun mengucapkan terima kasih kepada Presiden SBY dan Menlu seraya bertekad menyiapkan dirinya menerima tanggung jawab tersebut demi kepentingan bangsa dan negara. (PD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H