Mohon tunggu...
Indonesia Pos
Indonesia Pos Mohon Tunggu... Guru - Jenderal Artikel
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang guru yang lahir di bumi Jenderal Besar Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kongsi Tri Pusat Pendidikan sebagai Pilar Penguat Generasi Berperadaban

13 September 2022   06:44 Diperbarui: 19 September 2022   23:11 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak merupakan anugerah yang tak ternilai bagi orang tua. Okina Fitriani, dalam bukunya The Secret of Enlightening Parenting mengungkapkan bahwa, anak hadir di dunia melalui proses undangan oleh kedua orang tuanya, kemudian jika Tuhan berkehendak maka hadirlah anak tersebut. Orang tua dan masyarakat memiliki tanggung jawab besar untuk mendidik hingga dewasa. Mendidik bukan hanya perihal materi, melainkan sikap dan tingkah laku juga perlu difokuskan. Hakikat pendidikan bagi anak yaitu untuk membantu memaksimalkan setiap aspek perkembangannya. Aspek perkembangan anak meliputi nilai moral, agama, fisik-motorik, sosial emosional, bahasa, kognitif, dan seni. Sementara itu,, tujuan mendasar pendidikan anak yaitu agar memiliki pribadi yang mandiri, rasa empati tinggi, memahami perannya di keluarga dan masyarakat. Selain itu, puncaknya agar anak bisa berkontribusi sesuai dengan potensi yang dimiliki. Hal tersebut karena fase anak merupakan fase keemasan (golden age) sehingga dianggap sebagai waktu yang tepat untuk menanamkan nilai dan karakter. Karena pada saat itu, otak anak saat usia 0-8 tahun akan menyerap setiap informasi yang diberikan dengan cepat tanpa difilter terlebih dahulu. Sejalan dengan pernyataan Suminah, dkk (2022) yaitu kecerdasan anak pada masa golden age berkembang sangat pesat.

Karena pada fase ini, bagian-bagian konteks otak aktif memproduksi sinapsis, yang menjadi faktor utama dalam mendukung kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya (Suminah et al., 2022). Lingkungan memiliki peran penting terhadap perkembangan anak. Hal tersebut sebagaimana yang dinyatakan oleh Mukarromah (2022) yakni diantara lingkungan yang memengaruhi perkembangan anak meliputi keluarga, sekolah, bermain, dan masyarakat (Mukarromah, 2022). Dengan kemampuan daya serap yang baik dimiliki oleh anak, mereka cenderung meniru apa yang didengar dan dilihatnya sehingga lingkungan menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan anak. Oleh karena itu, pendidikan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab guru di lembaga pendidikan anak. Akan tetapi memerlukan kerja sama antara guru, orang tua, masyarakat, dan bahkan professional yang memiliki keahlian terkait pertumbuhan dan perkembangan anak (Astuti, 2022). Pertumbuhan dan perkembangan anak sekitar 70% dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Adapun pengaruh masyarakat atau lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu sebesar 30%. Sebagaimana menurut Human Behaviour Social Environment yaitu bahwa lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan anak.

Oleh karena itu, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan  sinergi atau kerjasama yang baik antara guru, orang tua, dan masyarakat. Karena, tanpa adanya kerjasama yang baik, maka tugas-tugas perkembangan anak tidak bisa tercapai dengan dengan maksimal. Karena nilai-nilai positif yang diajarkan kepada anak bisa diterima dengan baik oleh anak apabila disampaikan secara berkesinambungan. Artinya apa yang diterima oleh anak di sekolah, di rumah, ataupun dilingkungan masyarakat sejalan. Sehingga anak memperoleh penguatan dari apa yang telah dipelajari dan tidak mengalami kebingungan. Di samping itu, guru sangat dianjurkan untuk benar-benar mengenali serta memahami setiap latar belakang peserta didiknya, dalam hal ini anak. Dengan begitu, guru memiliki gambaran mengenai strategi yang bisa diterapkan kepada masing-masing anak. Mengingat bahwa tidak semua anak cocok dengan strategi tertentu. Dan yang perlu diperhatikan adalah tidak semua anak yang terlihat baik secara fisik bisa dijamin bahwa mentalnya sehat atau baik-baik saja. Maka, hal tersebut mendasari bahwa selain harus bekerjasama dengan orang tua dan masyarakat, guru di lembaga pendidikan dianjurkan untuk bekerjasama dengan pihak professional yakni psikolog dan dokter anak.

Sinergi yang baik antara guru, orang tua, masyarakat dan pihak professional merupakan bagian dari manajemen proses pendidikan anak. Manajemen proses pendidikan adalah upaya untuk mengatur dengan sebaik mungkin agar proses pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan tujuan pendidikan bisa tercapai. Namun, seperti yang kita ketahui, setiap proses pendidikan memiliki kendala tersendiri. Salah satu kendala yang menarik perhatian yaitu apabila dalam suatu kelas terdapat anak yang perkembangannya terlambat dan dalam waktu yang bersamaan guru kesulitan untuk menangani. Hal tersebut memerlukan adanya sinergitas antara guru dan orang tua untuk menggali secara mendalam penyebab anak mengalami keterlambatan perkembangan, serta sama-sama mencari solusi untuk menangani hambatan perkembangan yang dialami oleh anak. Di samping itu, pihak professional yang ahli dalam perkembangan anak juga perannya dibutuhkan. Karena terdapat hambatan perkembangan anak yang memerlukan konsultasi dan penanganan secara khusus pihak professional yakni psikolog anak sinergi antara orang tua dan guru dalam proses pendidikan anak memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan anak.

Berdasarkan uraian di atas, tri pusat pendidikan yang terdiri dari keluarga, sekolah, dan masyarakat memiliki peran penting dalam perkembangan pendidikan anak. Tri Pusat Pendidikan harus memiliki komitmen bersama dalam membentuk generasi berperadaban. Komitmen bersama tersebut dapat dilakukan melalui,

Pertama, Keluarga merupakan tempat pertama seorang anak menerima pendidikan. Keluraga memiliki peran penting dan strategis untuk mengembangkan potensi seorang anak. Sementara itu, keluarga memiliki peran yang komplek, seperti pengembangan watak, kepribadian, budaya, keagamaan, moral dan keterampilan. Hal ini dipertegas dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional pasal 10 ayat 4 yang menyatakan bahwa pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dengan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan. Maka dari itu, perlu keluarga kokoh sebagai modal dasar membentuk generasi pemimpin berperadaban. Dalam hal ini, keluarga dan sekolah perlu membentuk strategi jitu guna mendampingi pendidikan anak. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk madrasah keluarga. Madrasah keluraga diinisiasi oleh pihak sekolah untuk memberikan ilmu-ilmu terkait bagaimana mendidik anak yang baik kepada wali siswa. Akhirnya orang tua/ wali memiliki ilmu yang mumpuni dalam mengawal pendidikan anak di rumah.

Kedua, sekolah sebagai lembaga formal memiliki peran penting dalam mengawasi orang tua dan masyarakat dalam mendidik anak. Pihak sekolah harus membuat komitmen bersama orang tua untuk berjuang bersama mendukung proses pendidikan anak. Sekolah maupun orang tua perlu pro aktif dalam memberikan laporan setiap perkembangan anak. Laporan yang diberikan harus transparan dan bermuatan perkembangan pendidikan anak (afektif, kognitif, dan psikomotorik). Salah bentuk sinergi atau kerjasama antara sekolah dan orang tua dalam proses pendidikan anak yaitu dengan melakukan kegiatan kunjungan ke rumah siswa secara berkala. Tujuannya untuk meningkatkan intensitas komunikasi antara guru dan orang tua terkait perkembangan anak serta kendala yang dihadapi oleh anak saat belajar. Di samping itu, kegiatan home visit juga bisa menjadi jalan yang efektif untuk menangani gangguan perkembangan yang dialami oleh anak secara bersama. Selain kegiatan bekunjung ke rumah anak, dapat juga memaksimalkan fungsi whatsapp sebagai sarana edukasi terkait pola asuh juga bisa memberikan dampak positif terhadap perkembangan anak. Kerjasama antara guru dan orang tua sangat dibutuhkan sebagai penunjang penguatan karakter.

Ketiga, masyarakat memiliki peran penting dalam perkembangan pendidikan anak. Secara umum, sudah pasti seorang anak akan berinteraksi dengan masyarakat. Untuk itu, pihak sekolah perlu menyertakan masyarakat dalam pembentukan karakter anak. Sekolah bisa memulai dengan memberikan materi atau informasi terkait pentingnya peran masyarakat dalam pendidikan anak. Kemudian sekolah sebaiknya membuat kesepakatan dengan pemerintahan terkait strategi pembentukan karakter siswa. Hal ini penting karena pemerintah melalui kepala daerah (lurah, RT, RW, atau yang lain) dapat membantu memberikan edukasi kepada masyarakat. Dengan demikian, secara tidak langsung pendidikan anak di masyarakat dapat terkontrol dengan baik. Hal tersebut sejalan dengan anonim yang menegaskan bahwa “mendidik seorang anak membutuhkan orang sekampung”. Hal ini selaras dengan kondisi saat ini, dimana potensi seorang anak dapat berkembang dengan baik melalui sinergisme ketiga lembaga (sekolah, orang tua, dan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun