Sebagian Kompasianer pasti tahu tukang cukur kecil-kecilan yang mangkal di pinggir jalan,biasanya ukuran kiosnya sekitar 3 x 2 meter, bukan barbershop lho?Â
Sebagai tukang cukur, dia mengerjakan semuanya, mulai menerima pelanggan, mempersilahkan duduk, memotong, menerima uang jasa cukur, membersihkan kios dan menutup kios.Â
Semua pekerjaan dikerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain. Orang sering mengatakan jika dalam bisnis semua dikerjakan sendiri disebut manajemen tukang cukur.
Biasanya manajemen tukang cukur sering digunakan pengajar untuk mengkontraskan cara mengelola usaha dengan manajemen modern dan manajemen tradisional.Â
Tidak sedikit usaha rumahan yang menggunakan menejemen tukang cukur akibat modal kecil dan belum saatnya mampu membayar orang lain.
Tentang usaha rumahan dengan manajemen tukang cukur pernah saya lakukan ketika sudah beberapa tahun jadi guru sekitar tahun 1985.Â
Pada waktu itu masih ada Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) yang sekarang sudah dihapus pemerintah. Pemerintah tidak menerbitkan buku pelajaran, buku yang ada terbitan swasta itupun jumlahnya terbatas.
Guru sering kehabisan materi menjelang EBTANAS sehingga meminta siswa mencatat materi soal-soal di papan tulis jasa fotocopy belum begitu banyak pada waktu itu.
Melihat sebagian proses pembelajaran digunakan mencatat soal-soal EBTANAS, pada waktu itu saya terpikir akan menyusul soal-soal  untuk latihan siswa dan diketik serta diperbanyak dengan mesin sheet manual.
Proses pembuatannya cukup lama, mulai mengetik dengan mesin ketik manual di kertas sheet yang bisanya berwarna kuning dan jika ada salah ketik semakin rumit membetulkannya.