Sudah menjadi lagu lama di Ramadhan kalau-kalau penghujungnya tiba jamaa’ah di masjid-masjid pada makin ke depan dan makin maju. Kalau masjid boleh bicara ia kan ngomong gini kali ye, “Wah kalo jamaah itu mah begitu kalau di awal ramadhan semangatnya wow, menggebu-gebu bahkan mengalahkan brigade bung Tomo, subhanallah masjid-masjid pada dipenuhi jama’ah”. Yah gitu deh pada pencitraan diri kali apa ya, bak seorang budak hendak mengambil hati tuannya. Tapi coba ajeh ente sekalian survey di teman-teman ane yang lain, ane jamin di penghujungnya pasti pada sepi untung-untung ente masih ketemu makmum dan imam, udah dah bedua tuh.Jamaah lain pada sibuk nyiapin lebaran dan pada mutar otak tuk gengsi-gengsian kali ye tuk lebaran esoknya, sampai –sampai kagak ingat ama tuhannya.” Astagfirullah.. tuh kan jadi suudzan, ia deh kita coba husnuzan saja mungkin kualitas iman nya pada naik ya dan suasananya juga pas tuh sampai-sampai tempat sandal juga diubah tuh jadi tempat shalat sebab overload-nya jama’ah di wktu awal dan di akhir mungkin dalam kebaikan yang lain. Ok itu kan lagunya masjid ngomong versi gua sebenarnya, tapi coba kita renungkan lagi saudara. Sadaraku mungkin inilah cerminan dari perjuangan hidup seorang hamba semasa di dunia dan pastinya refleksi di akhirat nanti . Sedikit…. Sedikit…. Sedikit saja diantara kita saudara yang akan merasakan nikmat syurga untuk kali awal di masa itu nanti. Sungguh janji Allah tiada keraguan di dalamnya. Kalau kita sering mengevaluasi kinerja-kinerja dakwah dan urgensi berjamaah yang masing-masing orang memiliki pemahaman subjektif mengenai ini, boleh jadi ini adalah satu kegagalan kinerja kita. Realita ini saya yakin kalau pun mau diperdebatkan, jelas tidak bisa disanggah. Hanya satu yang jadi pemahaman kita saudara, yang pasti Sampai detik ini kita masih lalai dalam mengingatkan saudara kita, masih sibuk dengan diri sendiri mungkin. Cobalah kita pahami dan renungkan kembali bukankah Allah dalam surat Al-Asr sudah jelas-jelas mengingatkan kita untuk saling peduli karena sesungguhnya bisa jadi kita sendiri yang jadi penyebab terjerumusnya seseorang ke lembah keburukan. Nauzubillah…. Pemuda kahfi dengan jumlah sedikit saja bisa, kenapa tidak dengan jumlah kita yang lebih banyak? Ikhwahfillah sungguh jalan ini masih panjang dan tidak ingin mendengar keluh kata "bosan" dalam mengarunginya. -Allahu Ma'i, Allahu Naadhiri, Allahu Syahidi-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H