Mohon tunggu...
Pauzan Haryono
Pauzan Haryono Mohon Tunggu... Dosen - -

"Manusia biasa yang berusaha untuk jujur pada diri sendiri"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar, Tidak Hanya Mengetahui tetapi Juga Mengalami

28 Desember 2016   09:42 Diperbarui: 28 Desember 2016   10:23 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada dasarnya tujuan dari belajar adalah perubahan prilaku. Dengan prilaku yang baru, seorang pembelajar diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, baik masalah pribadi, keluarga maupun masalah masyarakat yang dihadapi masyarakat pada umumnya. Untuk mengubah prilaku, setidaknya membutuhkan dua hal, yaitu pengetahuan dan pengalaman. Pembelajaran tidak cukup dengan mentransfer pengetahuan dari buku yang dipegang seorang guru atau dosen kepada siswa atau mahasiswa. Transfer pengetahuan seperti ini hanya akan menambah pengetahuan baru, belum tentu pengalaman baru. Pengetahuan baru juga belum tentu fungsional dalam kehidupan seseorang.

Kecenderungan seorang pendidik yang hanya mengedepankan pengetahuan teoritik tidak akan banyak memberi pengalaman kepada peserta didik. Teori-teori hanya dipakai saat ujian kemudian dilupakan di saat menjalani kehidupan. Lain hal, jika peserta didik diajak langsung mengalami seseuatu yang relevan dengan materi yang diajarkan. Contohnya, dalam mengajarkan toleransi antar umat beragama, tidak perlu seorang pendidik terlalu banyak mengemukan dalil-dalil atau teori-teori dari berbagai buku, tapi cukup dengan mengajak peserta didik berinteraksi langsung dengan pemeluk agama lain.

Wadah interaksi bisa jadi dalam bentuk gotong royong membersihkan lingkungan. Selama gotong royong pasti terjadi interaksi, karena di saat itu mereka saling membutuhkan bantuan. Dan dengan sendirinya mereka akan saling memahami dan merasakan indahnya toleransi. Begitu juga dengan pelajaran  seperti Matematika, daripada repot-repot mengajarkan manfaat penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, ajak aja peserta didik bertransaksi di warung atau bertransaksi antar mereka. Pastinya pembelajaran seperti ini akan jauh lebih menarik dan dinamis.

Begitu juga pendidikan dalam keluarga, orang tua jangan terlalu banyak memberi tahu teori-teori kepada anak-anak, apalagi dengan cara marah-marah.  Cukup beri keteladanan yang baik atau berikan kesempatan kepada anak-anak untuk mendapatkan pengalaman langsung dengan mengerjakan sesuatu secara mandiri. Misalkan mengajarkan kemandirian, tidak perlu orang tua mengemukakan teori-teori kemandirian menurut pakar A, B, C sampai Z. Cukup beri kesempatan mereka melakukan kegiatan jauh dari rumah tanpa didampingi anggota keluarga.

Sedikit berbagi pengalaman pribadi dalam menanamkan sifat mandiri kepada anak-anak. Kami memiliki satu putri dan satu putra. Putri kami sekarang sedang menempuh kuliah di sebuah universitas negeri di Jakarta dan putra saya masih duduk di kelas lima Sekolah Dasar. Dalam mengajarkan kemandirian, saya dan istri tidak pernah memberi teori ini dan itu. Tapi cukup kami beri kesempatan kepada putri dan putra kami untuk mengikuti kegiatan di Rumah Perubahan yang didirikan oleh Prof. Rhenald Kasali. Putri kami mengikuti pelatihan Self Driving dan beberapa kali menjadi volunteer untuk kegiatan Petualang Cilik. Sementara putra kami rutin mengikuti kegiatan Petualang Cilik.  Hasilnya kami rasakan betul.

Kami tidak pernah direpotkan putri kami untuk memilih-milih universitas dan jurusan yang ingin dia masuki. Semuanya dia ambil keputusan berdasarkan analisis pribadi. Kami juga tidak repot-repot menyuruh dia mengambil kursus bahasa asing dan kompetensi pendukung lainnya. Putri kami sendiri yang menentukan kompetensi apa yang bermanfaat untuk masa depannya. Begitu pula dengan putra kami, jarang sekali merepotkan orang tuanya. Kami tidak pernah di buat repot menyuruhnya belajar. Putra kami sudah bisa mengatur sendiri, kapan dia harus bermain, belajar, makan dan istirahat.

Terima kasih yang mendalam kami sampaikan kepada Prof. Rhenald Kasali dan Rumah Perubahan. Selamat Tahun 2017, sejahtera dan sukses senantiasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun