Anda tentu masih ingat dengan fenomena hujan es yang melanda kota Bandung pada hari Rabu (19/4/2017) lalu. Media Kompas.com menyatakan bahwa hujan lebat disertai angin kencang dan butiran es sebesar kelereng membuat banyak pohon tumbang bahkan menutup akses menuju ke perumahan di wilayah Cikutra, Bandung. Meskipun tidak ada korban jiwa, namun kejadian ini menimbulkan banyak kerusakan.
Masyarakat Bandung tentu sudah tak asing lagi dengan fenomena hujan es. Bagaimana tidak, di era digitalisasi ini banyak pemberitaan aktual yang menjelaskan mengapa fenomena hujan es bisa terjadi. Mereka bisa akses informasi ini dengan mudah melalui smartphone atau media lainnya. Selain itu, mereka pasti sudah waspada pada bulan-bulan tertentu setiap tahunnya. Jika terjadi, ya, silakan terjadi. Jika tidak, ya, syukur.
Pernahkah kita coba melihat kebelakang, seberapa seringkah terjadi fenomena ini? Wajarkah hal tersebut?
Saya mencoba survey jumlah kejadian hujan es selama 10 tahun terakhir di kota Bandung dan sekitarnya. Data ini dihimpun dari berbagai media pemberitaan, setidaknya setiap tahun fenomena ini selalu terjadi pada musim hujan, atau peralihan musim hujan ke musim kemarau. Berikut adalah data kejadian hujan es dari media pemberita online mulai tahun 2008 lengkap dengan penjelasan secara umum dari BMKG dan warga setempat:
1.
30 Maret 2008
tekmira.esdm.go.id (Harian Pikiran Rakyat)
bagian dari masa pancaroba menuju musim kemarau, akibat suhu yang mencapai minus derajat Celsius (sumber: BMKG)
2.
5 Maret 2009
ampl.or.id (Kompas)
merupakan fenomena wajar akibat proses penguapan air secara cepat dan memunculkan awan kumulonimbus, berketinggian puncak 10.000 mdpl, suhu mencapai -40 derajat celsius, uap air jatuh sebagai es (sumber: BMKG)
3.
28 Februari 2010
antarajabar.com
biasanya hujan es itu sangat jarang, namun di Bandung makin sering. seminggu lalu juga ada hujan es, dan sekarang terjadi lagi (sumber : warga)
4.