Jagung manis adalah tanaman pangan yang biasanya digunakan sebagai pengganti nasi selain itu rasanya yang manis membuat banyak masyarakat yang menyukainya terutama pada saat perkumpulan keluarga yang akan mengadakan bakar-bakar. Tetapi taukah kalian bahwa jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang produktivitasnya masih kurang, hal ini bisa disebabkan dari faktor eksternal seperti penggunaan benih yang tidak baik, pengolahan lahan yang kurang optimal, jarak tanam dan penggunaan pupuk yang kurang tepat dan serangan hama, panyakit maupun gulma. Selain hal-hal diatas sebenanarnya ada hal lain yang juga dapat menghambat produktivits dari jagung yaitu fakotor internal dalam pendistribusian asimilat yang terhambat karena organ tanaman jagung itu sendiri.
Asimilat adalah zat yang diproduksi dari proses penyusunan senyawa anorganik sederhana menjadi senyawa organik yang kompleks, biasanya proses tersebut salah satu yang kita ketahui adalah proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses pembuatan makanan pada tanaman dengan bantuan sinar matahari, proses ini terjadi di daun sehingga daun-daun jagung pada siang hari akan melakukan fotosintesis menghasilkan asimilat yang akan didistribuskan keseluruh organ tanaman. tetapi bagaimana dengan daun jagung yang tidak terkena sinar matahari? Pada umumnya tanaman jagung yang diusahakan saat ini memiliki kanopi daun yang horizontal sehingga daun saling menaungi satu sama lain yang dapat menyebabkan penerimaan cahaya lebih sedikit pada daun dibagian bawah dibandingkan daun dibagian atas atau bahkan tidak mendapatkan cahaya matahari sama sekali. Daun-daun pada bagian bawah tersebutlah yang akan menjadi parasit karena tidak dapat menghasilkan asimilat tetapi menerima hasil asimilat dari daun yang berfotosintesis, padahal seharusnya asimilat tersebut digunakan untuk menghasilkan biji jagung sehingga produktivitas jagung pun menurun. Seperti layaknya 1 porsi nasi kuning yang seharunya dimakan oleh 1 orang akan kenyang tetapi harus dimakan oleh 2 orang menyebabkan perut pun menjadi tidak kenyang karena kekurangan makanan.
Dari permasalahan tersebut sebenarnya ada teknologi sederhana yang dapat mempengaruhi hasil dari jagung yang kita tanam, teknologi ini sangat mudah dilakukan oleh petani dan tidak memakan biaya yang besar yaitu dengan melakukan pemangkasan daun. Lalu daun mana yang harus kita pangkas dan berapa banyak yang harus kita pangkas, inilah pertanyaan yang timbul dipikiran kita sekarang?
Daun yang dipangkas adalah daun-daun yang tidak menghasilkan asimilat atau daun-daun yang tidak melakukan fotosintesis yang biasanya terdapat pada daun bagian bawah karena daun-daun ini ternaungi oleh daun-daun diatasnya, selain itu berapa banyak daun yang akan kita pangkas? sebenarnya sudah ada penelitian yang dilakukan oleh Sumajow dkk (2016) dimana mereka melakukan penelitian pengaruh pemangkasan daun bagian bawah terhadap produktivitas jagung manis hibrida varietas Bonanza F1 dan pemangkasan dilakukan pada daun bagian bawah sebanyak 1, 2 dan 3 helai pada tanaman jagung yang berumur 50 hari setelah tanam dan hasil yang didapatkan bahwa pemangkasan 3 helai daun bagian bawah mempengaruhi hasil rata-rata lingkaran tongkol, panjang tongkol dan berat tongkol dari yang tidak dipangkas yaitu rata-rata berat tongkol jagung manis tanpa pemangkasan yaitu 235,84 g dengan pemangkasan 3 helai daun dibagian bawah rata-rata berat tongkol jagung menjadi 333,04 g, selain itu rata-rata panjang tongkol dari 19,62 cm menjadi 21,25 cm dan rata-rata lingkaran tongkol dari 16,14 cm menjadi 17,27 cm. Dari penjelasan diatas pemangkasan dapat mempengaruhi produktivitas hasil jagung yang kita akan tanam. Dari hal sekecil itu, bila kita mengerti mengenai tanaman yang akan kita tanam dan mengetahui apa yang seharunya kita lakukan, sebenarnya kita dapat melakukan modifikasi dalam budidaya kita sehingga masalah produktivitas dapat diselesaikan secara perlahan.
Sumber: Sumajow, Augus Y. M, Johannes E. X. Rogi dan Selvie Tumbelaka. 2016. Pengaruh Pemangkasan Daun Bagian Bawah Terhadap Produksi Jagung Manis. ASE. 12(1A): 65-72
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H