Mohon tunggu...
Paulus Teguh Kurniawan
Paulus Teguh Kurniawan Mohon Tunggu... Akuntan - Akuntan

Alumni Master of Science in Finance dari University of Edinburgh, Inggris Raya. Fasih bicara bahasa Inggris dan Mandarin. Saat ini bekerja sebagai akuntan.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Semua Terlalu Lebay Menyikapi "Pembangkangan" Ahok....

5 Januari 2014   19:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:07 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Sikap Ahok yang tetap mengendarai mobil dinasnya pada Jumat 3 Januari 2014 di tengah adanya instruksi Gubernur tentang himbauan menggunakan kendaraan umum bagi PNS menuai banyak reaksi dari masyarakat. Sepertinya sebagian besar merespon negatif sikap Ahok ini, namun masih ada juga sebagian yang tetap membela sikap Ahok. Meskipun kejadian ini sudah berlalu 2 hari, namun hingga kini pun saya memperhatikan bahwa media masih terus memberitakan mengenai "pembangkangan" Ahok ini.

Saya berpandangan bahwa dalam isu ini, media terlalu lebay menyikapinya. Lalu akibat terpengaruh media, masyarakat juga jadi ikut-ikutan lebay. Kenapa saya mengatakan demikian? Coba pikirkan: apa sebenarnya akibat dari tindakan Ahok itu? Apa esensinya? Tindakan Ahok itu sama sekali tidak merugikan siapa-siapa, ia tidak sedang berbuat jahat atau menindas orang. Kalaupun ada yang dirugikan, paling-paling itu cuma Jakarta jadi sedikit lebih macet akibat pengendara mobilnya bertambah SATU.

Dari segi hukum, tindakan Ahok jelas bukan sebuah tindakan kriminal. Dari segi aturan, Ahok juga tidak melanggar aturan apapun. Instruksi Gubernur yang muncul itu ditujukan untuk PNS saja, tentu Ahok tidak termasuk di dalamnya. Dari segi moral, perbuatan Ahok ini tidak merugikan siapa-siapa. Dari segi politik, Ahok juga tidak berbuat salah; kalau misalnya Ahok membuat kebijakan yang salah atau merugikan banyak orang, barulah Ahok berbuat salah secara politik. Apakah saat ini Ahok sedang melakukan itu? TIdak!

Memang dari segi etika, rasanya lebih ideal jika Ahok sebagai wakil gubernur memberikan contoh yang baik bagi PNS dengan menaiki kendaraan umum. Saya sepenuhnya setuju dalam hal ini. Bagi saya pribadi, tindakan Ahok tersebut tidak bisa dikatakan salah; mungkin lebih cocok disebut "tidak/kurang tepat". Namun, biarkan saya memberikan contoh dari segi etika ini.

Saat saya masih SD, ada peraturan di sekolah bahwa siswa tidak diperbolehkan minum selama jam pelajaran berlangsung. Namun saya dan teman-teman sering heran, kenapa para guru selalu bisa minum selama jam pelajaran; bahkan ada pegawai sekolah yang rutin membawakan minuman untuk para guru ke kelas. Kami semua memandang buruk para guru karena hal itu. Namun sekarang saya mengerti: para guru harus berlelah-lelah mengajar dan mengurusi begitu banyak siswa selama berjam-jam, berurusan dengan kenakalan maupun kebodohan. Sangat wajar jika mereka diizinkan minum. Jika mereka tidak boleh minum, mereka pasti sangat kelelahan. Bahkan saat ini saya yang mengajar les privat yang hanya berurusan dengan 1-2 murid saja merasa lelah kok, apalagi mereka yang berurusan dengan puluhan murid sekaligus.

Idealnya, tentu saja seorang guru memberikan contoh bagi murid-muridnya; tidak minum selama jam pelajaran. Namun pada praktiknya, sulit sekali bagi para guru menerapkan hal itu. Dan after all, tindakan para guru yang minum di jam pelajaran itu tidak pernah diributkan siswa maupun orang tua siswa. Kalau misalnya ada guru yang mencabuli siswa, atau memukuli siswa, barulah itu diributkan.

Saya rasa analogi ini sangat cocok dengan kasus Ahok saat ini. Idealnya, tentu saja Ahok seharusnya memberikan contoh bagi para PNS. Namun pada praktiknya, mungkin tidak semudah itu. Pekerjaan sebagai wakil gubernur cukup sibuk dan melelahkan. Apalagi bagi Ahok yang rumahnya terletak jauh dari kantor. Kita yang tidak pernah merasakan menjadi wakil gubernur mungkin tidak mengerti. Jokowi yang rumahnya tidak jauh dari kantor mungkin masih bisa memberi contoh dengan menaiki sepeda, tapi itu tentu berat bagi seorang Ahok. Apalagi Jokowi adalah tipe orang lapangan, sering blusukan ke sana-sini, ia terbiasa berlelah-lelah seperti itu, ia tentu lebih "ahli" dalam hal itu. Jangan membandingkan Ahok dengan Jokowi dalam hal ini, tiap mereka memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Ahok sendiri pernah berkata, "kalau saya yang blusukan begitu sering seperti Jokowi, pasti sudah capek saya". Jangan memaksa Ahok menjadi seperti Jokowi yang sudah terbiasa dengan itu semua. Jokowi sendiri pernah mengatakan dirinya juga tidak bisa kalau disuruh duduk memimpin rapat berlama-lama seperti Ahok.

Saya awalnya heran kenapa perbuatan Ahok ini bisa mendapat porsi pemberitaan begitu besar di media dan mendapat komentar begitu banyak dari masyarakat. Kalau misalnya Ahok berbuat korupsi atau kriminal sih, wajar kalau diberitakan besar-besaran. Atau kalau misalnya Ahok membuat kebijakan yang merugikan rakyat. Itu wajar. Tapi kali ini Ahok tidak melakukan hal-hal tersebut. Jadi kenapa tindakan Ahok ini begitu diributkan? "Ini masih transisi, ini masih transisi, ini masih transisi, ini masih transisi. Ya, sudahlah hal-hal yang kecil itu jangan digede-gedein," kata Jokowi di kompas.com barusan ini. Saya yakin di seluruh daerah di Indonesia banyak kepala daerah lain yang tidak menjadi contoh baik bagi bawahannya.

Mungkin karena selama ini Ahok sudah menjadi media darling, baik masyarakat dan media begitu mengagumi dan mengidolakan beliau, serta menaruh harapan besar pada beliau. Maka begitu 1 kali saja tindakan beliau tidak tepat, langsung muncul kekecewaan besar. Kita mungkin lupa bahwa Ahok juga manusia, tidak mungkin semua tindakannya selalu tepat secara ideal. Jangan lupa bahwa kebanyakan pemimpin lain di Indonesia juga pernah berbuat salah. Dahlan Iskan pernah jelas-jelas berbuat salah dengan mengendarai tucuxi yang belum layak jalan, tanpa mengantongi izin, yang mengakibatkan sebuah kecelakaan berbahaya.  Saat debat kedua pilkada DKI, Jokowi yang disuruh oleh Najwa untuk memberi pujian kepada lawannya (Foke), malah memberi sindiran bernuansa penghinaan pada Foke. "beliau ini hebat dalam merencanakan. Meskipun gak dijalankan, setidaknya beliau sudah memiliki rencana", kata Jokowi kala itu. Yah, memang begitulah yang namanya manusia, pasti pernah melakukan kesalahan.

Jadi kesimpulan saya, tindakan Ahok kali ini tidak salah, hanya sekedar "kurang tepat" saja. Tidak perlu terlalu diributkan. Kalau nanti misalnya Ahok korupsi atau membuat kebijakan yang merugikan rakyat, barulah kita ributkan. Tidak perlu terlalu berlebihan menyikapi tindakan kurang tepat Ahok ini sampai menghina Ahok, menyebutnya tidak amanah, atau bahkan menuding adanya perpecahan antara Jokowi dengan Ahok; saya rasa itu sangat terlalu berlebihan, sejauh ini Jokowi dan Ahok tidak pernah terlihat berkonflik atau membuat kebijakan yang berlawanan kok. Mereka juga masih sering saling memberi pujian. Kalau dikatakan mereka itu tipe orang yang berbeda, ya memang berbeda. Cukuplah sudah membicarakan tindakan Ahok yang sudah berlalu 2 hari dan tidak merugikan siapa-siapa itu, lebih baik membicarakan hal-hal lain yang lebih penting seperti kebijakan dan program-program beliau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun