Mohon tunggu...
Paulus Teguh Kurniawan
Paulus Teguh Kurniawan Mohon Tunggu... Akuntan - Akuntan

Alumni Master of Science in Finance dari University of Edinburgh, Inggris Raya. Fasih bicara bahasa Inggris dan Mandarin. Saat ini bekerja sebagai akuntan.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Barcelona Memang Pantas Terpuruk

17 April 2014   16:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:34 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Hanya dalam rentang waktu 2 minggu, Barcelona yang tadinya memiliki peluang meraih treble winners musim ini, kini terancam mengakhiri musim tanpa trofi. Mereka tersingkir di liga champions, mengalami kekalahan yang vital di liga primera sehingga makin tertinggal dari Atletico Madrid, dan kali ini mereka dikalahkan Real Madrid di final Copa Del Rey. Padahal Madrid tidak diperkuat sang mega bintangnya Cristiano Ronaldo.

Selama ini saya merupakan penggemar Barcelona dan membenci Real Madrid, terutama pada masa Guardiola di Barcelona dan  Jose Mourinho di Madrid. Dalam pandangan saya saat itu,  Barcelona merupakan klub yang tetap rendah hati meskipun mereka berjaya dan meraih belasan trofi berturut-turut hanya dalam rentang 3 tahun. Saya juga kagum dengan permainan indah tiki-taka mereka, juga kebijakan mereka yang mengandalkan pemain-pemain produk binaan sendiri seperti Xavi, Iniesta, Messi, Puyol, dll. Dalam pandangan saya, hal itu sangat kontras dengan Madrid, tim yang suka menerapkan negative football dan terkesan tidak bermoral. Lihat saja insiden Pepe menginjak tangan Messi terang-terangan di el clasico beberapa tahun lalu. Juga insiden Mourinho mencolok mata Tito Vilanova. Saya juga membenci kesombongan Mourinho dan Cristiano Ronaldo, yang dalam pandangan saya 180 derajat jika dibandingkan kerendahan hati Guardiola dan Messi. Dan lagi, saya juga tidak suka cara Madrid yang tidak pernah mengandalkan pemain binaan sendiri, terus-terusan menggelontorkan uang untuk membeli pemain-pemain supermahal; terlebih parah lagi mereka seenaknya menggunakan utang untuk membiayai transfer-transfer tersebut, sampai-sampai utang mereka saat ini mencapai Rp 8 triliun lebih.

Namun saat ini pandangan saya tersebut sudah jauh berubah. Saya perlahan-lahan mulai membenci Barcelona dan mulai respek pada Madrid. Kenapa? Pertama, pergantian pelatih Madrid, dari Mourinho ke Ancelotti. Saya menyukai Ancelotti yang rendah hati dan selalu respek pada lawan, tidak suka banyak mulut. Cristiano Ronaldo juga terlihat lebih rendah hati saat ini dan terkadang memberi pujian pada sang rival Lionel Messi. Kedua, Madrid mulai terlihat mengandalkan pemain-pemain muda, tidak lagi melulu mengandalkan pemain-pemain bintang supermahal; lihat saja mereka musim ini banyak memberi kesempatan pada Jese, Carvajal, Casemiro, Illaramendi, dll.  Ketiga, saya melihat Barcelona belakangan ini semakin suka mengotori permainan; diving, dibantu wasit, dll. Yang paling sering terlihat diving adalah Neymar, sampai-sampai dia sering menjadi bahan ejekan di twitter. Dan yang paling parah adalah insiden injakan Busquets ke kepala Pepe di el clasico beberapa waktu lalu; ditambah lagi pihak Busquets maupun Barcelona masih terus berkelit dan tidak mau mengaku salah. Padahal itu jelas-jelas perbuatan yang sangat keterlaluan.

Dan 1 hal lagi yang membuat saya paling kehilangan respek pada Barcelona adalah kasus-kasus yang menimpa mereka belakangan ini. Pertama, mereka terkena kasus transfer Neymar. Mereka ketahuan memalsukan harga neymar yang sebenarnya untuk menghindari pajak. Mereka juga ketahuan menggaji Neymar sangat tinggi bahkan melebihi gaji Messi sekalipun; sang pemain no 1 dunia yang kehebatannya jelas melebihi Neymar dan sudah berjasa besar bagi Barcelona selama bertahun-tahun. Mereka seakan-akan tidak menghargai jasa-jasa Messi dengan itu. Kasus transfer Neymar tersebut sangat membuat saya kecewa ketika mengetahuinya. Kedua, embargo transfer yang diterima Barca atas transfer pemain-pemain sangat muda yang melanggar aturan FIFA. Saya tidak begitu mengerti soal kasus yang ini, tapi saya melihat argumentasi pihak Barcelona begitu konyol menghadapi kasus ini. Mereka bukannya membuktikan diri bahwa mereka tidak melanggar pasal-pasal FIFA tersebut, namun mereka malah menjawab, "La Masia itu sudah terbukti menghasilkan segudang pemain berkualitas, jadi tidak boleh dihukum", lalu pihak fans Barcelona juga mengatakan, "La Masia tidak boleh disentuh siapapun". Sungguh jawaban konyol. Memangnya kalau La Masia sudah menghasilkan pemain-pemain bintang, lantas Barcelona boleh seenaknya melanggar aturan-aturan FIFA ya? Akibat serangkaian kasus ini, di twitter sampai muncul ejekan "FC Barcelona = Football Crime Barcelona".

Jadi kesimpulan saya sudah jelas: Barcelona sudah sepantasnya mengalami keterpurukan akibat serangkaian tindakan buruk mereka selama ini. Saya masih tetap tidak begitu suka Real Madrid karena mereka seenaknya terus menggunakan utang untuk membeli pemain-pemain supermahal, namun setidaknya respek saya pada mereka lebih bertambah. Saya berharapnya sih semoga musim ini juara liga primera adalah Atletico Madrid. Mereka adalah tim yang rendah hati dan sederhana, mereka tidak mengandalkan uang untuk membeli pemain-pemain bintang, tapi mereka bisa sangat kuat karena melalui proses kerja keras selama bertahun-tahun.

Dalam pandangan saya, keterpurukan Barcelona saat ini diakibatkan semua masalah yang menimpa mereka. Dituduh sering dibantu wasit, dihujat karena insiden injakan Busquets, terkena kasus transfer Neymar, terkena embargo transfer; saya yakin semua itu pasti mempengaruhi mental para pemain. Tak heran performa Neymar maupun Messi jadi terlihat menurun belakangan ini. Mereka pasti mulai tidak bahagia, merasa tertekan, dan bahkan bisa jadi mereka mulai mencemaskan masa depan mereka di Barcelona. Apalagi 2 pemain senior yang mungkin selama ini telah menjadi mentor mereka yaitu Valdes dan Puyol telah memastikan angkat kaki di akhir musim ini. Jadi menurunnya performa Barcelona belakangan ini bukan kesalahan sang pelatih Tata Martino; siapapun pasti akan kesulitan melatih tim yang sedang dirundung segudang masalah seperti Barcelona ini. Keterpurukan Barcelona adalah kesalahan pemain dan jajaran petingginya (direksi), dan menurut saya yang harus paling bertanggung jawab atas semua ini adalah para petingginya. Saya berharap semoga para petinggi Barcelona introspeksi diri atas keterpurukan ini dan bukan mengambinghitamkan Martino.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun