Kenapa orang kaya selalu makin kaya dan orang miskin selalu makin miskin?
Ada 2 penyebabnya: kapitalisme dan demokrasi
Dalam kapitalisme, kepemilikan kekayaan ditentukan dari siapa pemilik modal awalnya. Misal ada suatu perusahaan, seluruh kekayaan perusahaan tsb dimiliki oleh pendiri perusahaan tsb, alias penanam modal awal. Kalaupun misal ada seorang karyawan perusahaan tsb yang telah berjasa sangat besar buat perusahaan tsb, telah mengembangkan perusahaan tsb dari perusahaan kecil menjadi perusahaan raksasa, tetap saja, selamanya ia tidak akan menjadi pemilik perusahaan tsb, kecuali si pemilik bersedia sukarela melepas kepemilikan perusahaan tsb padanya. Di sinilah letak ketidakadilannya.
Dalam kapitalisme, si penanam modal bisa dengan mudah membiarkan modalnya tsb berkembang, bertambah banyak (melalui investasi). Mereka bisa hidup tanpa bekerja. Sedangkan yang tidak punya modal tidak bisa. Mereka harus susah payah terus bekerja tiap hari, tiap saat, demi menerima gaji dari si pemilik modal. Makanya yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.
Kalau begitu kenapa tidak pakai sistem komunisme saja? Dalam komunisme, semua kekayaan dibagi sama rata sama rasa untuk semuanya. Gak peduli seseorang itu jelek atau cantik, pintar atau bodoh, rajin atau malas, semua akan diberi kekayaan yang sama rata. Â Sistem ini punya kelemahan mendasar yaitu, tidak bisa memacu orang untuk maju. Lha untuk apa seseorang bekerja keras, giat belajar dsb, kalau toh semua hasil kerjanya bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dibagikan sama rata ke masyarakat? Ambruknya Uni Soviet di 1989 sudah membuktikan jelas kegagalan komunisme.Â
Saya berikan sebuah contoh. Zaman dulu, telur ayam adalah makanan mewah. Hanya orang kaya yang bisa makan, karena ayam umumnya hanya bertelur 10 butir setiap musim kawin saja, yang biasanya cuma setahun sekali. Jadi seekor ayam hanya bisa memberikan 10 butir telur per tahun. Tapi kemudian, berkat kapitalisme, orang-orang jadi berlomba-lomba mencari cara untuk memproduksi telur dalam jumlah banyak. Muncullah teknologi rekayasa genetika, yang membuat ayam bisa bertelur terus menerus tiap hari tanpa henti selama bertahun-tahun. Sehingga sekarang telur ayam menjadi murah. Jadi kapitalisme itu memiliki sisi baik dan sisi buruk.
Di sinilah perlunya kehadiran negara untuk mengatasinya. Negara melakukan pemungutan pajak terhadap orang-orang kaya itu untuk kemudian menyejahterakan mereka yang miskin. Ini sebenarnya merupakan suatu bentuk komunisme dalam skala minor, di mana uang milik si kaya diambil untuk diberikan kepada si miskin meskipun si miskin tidak melakukan apa-apa untuk memperolehnya. Untuk saat ini, inilah sistem yang paling mumpuni: gabungan antara kapitalisme dengan komunisme.Â
Akibat kapitalisme, sekarang ini, para pemilik modal bisa mudah saja membuat perusahaan dan membiarkannya saja berjalan menghasilkan uang untuknya, sementara para kaum lemah harus terus-menerus bekerja dan mencari pekerjaan pada kaum kapitalis tersebut. Sementara itu kapitalisme terus-menerus mengurangi kebutuhan perusahaan akan pekerja. Misalnya teknologi AI yang membuat banyak pekerjaan manusia tergusur digantikan AI.
Masalahnya, sulit sekali menyeimbangkan antara kapitalisme dengan komunisme ini. Pemerintah selalu akan cenderung kepada memihak kapitalisme, alias memihak si pemilik modal alias si kaya. Kenapa demikian? Demokrasi penyebabnya! Dalam demokrasi, pemerintah dipilih oleh rakyat. Lantas yang bisa terpilih jadi pemerintah adalah mereka yang populer di masyarakat, rajin berkampanye, pandai mempengaruhi rakyat untuk memilihnya, dsb, yang jelas semua itu butuh uang (sangat) banyak. Jadilah pemerintah yang terpilih akan selalu mewakili para kaum kapitalis alias para kaum kaya. Sangat sulit sekali bagi para kaum miskin untuk bisa menembus sistem demokrasi ini, kalau tidak dikatakan mustahil.
Di sinilah terjadinya lingkaran setan ini. Tidak peduli bagaimana, sistem kapitalis dan demokrasi ini akan terus berputar dan mengakibatkan gap kekayaan semakin besar. Kita cuma bisa berharap semoga saja suatu saat rakyat akan cukup beruntung memperoleh pemerintah yang berasal dari kapitalis namun cukup memiliki hati nurani untuk memihak kaum lemah, kaum miskin. Namun sangat kecil sekali kemungkinan itu bisa terjadi. Jika tidak terjadi, mungkin saja suatu saat kaum lemah tidak bisa tahan lagi dan akan melakukan pemberontakan besar seperti revolusi Prancis di masa lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H