Anda semua bisa melihat semua artikel-artikel saya sebelumnya di kompasiana untuk memastikan bahwa saya benar-benar seorang pendukung setia Ahok, yang selama ini selalu mati-matian mendukung beliau dalam pilgub DKI maupun dalam polemik penistaan agama. Namun yang Ahok lakukan dalam polemik gugatan cerai kali ini benar-benar menjijikkan bagi saya.
Suatu ketika, di masa Ali Sadikin memerintah sebagai gubernur DKI, Â pernah terjadi kasus jembatan roboh, yang sangat menghebohkan publik karena banyak jatuh korban. Saat di konferensi pers, Ali Sadikin tidak mau menyalahkan siapa-siapa. Ia hanya berkata, "semuanya tanggung jawab saya. Salahkan saya". Namun konon sebenarnya, di dalam ruang rapat, ia sebenarnya marah luar biasa kepada para instruktur jembatan tersebut bahkan sampai menggebuki mereka. Namun ia tidak mau menyalahkan mereka di depan publik. Ia tahu bahwa sebagai pemimpin, ialah yang bertanggung jawab.
Kontras sekali dengan Ahok, Ia selalu menyalahkan para bawahannya terang-terangan di depan umum. Bahkan termasuk wagub dan sahabatnya sendiri, pak Djarot, yang pernah suatu kali melakukan kesalahan karena terburu-buru memberikan izin penyelenggaraan suatu kegiatan. Ia berulang-ulang menyalahkan sekda, menyalahkan walikota dll di muka publik.
Satu kisah lagi. Dulu saat saya masih SMP, saya pernah menonton film drama Jepang berjudul "Love Generation". Ada adegan yang menarik dalam film tersebut. Seorang muda yang kaya bernama Soichiro, yang sudah bertunangan dengan wanita bernama Sanae, seringkali berkonflik dengan tunangannya tersebut.
Penyebabnya banyak, namun salah satunya adalah karena ia beberapa kali memergoki tunangannya tersebut bertemu dengan Teppei, mantan pacarnya saat masih SMA. Pada akhirnya, mereka memutuskan berpisah. Saat mereka bersama-sama menemui orangtua masing-masing untuk menyampaikan putusnya pertunangan mereka, orangtua mereka tentu saja terkejut dan menanyakan penyebabnya. Soichiro tidak mau menjelaskan detil, ia hanya selalu menjawab "intinya, semua ini sepenuhnya tanggung jawab saya".
What a gentleman! Sayang sekali Ahok tidak seperti itu. Saat ia mengalami polemik gugatan cerai, ia melimpahkan semua kesalahan dan tanggung jawab itu pada istrinya. "Semuanya salah bu Vero!", kurang lebih begitu. Ia bahkan terang-terangan mengumbar pada publik mengenai "perselingkuhan istrinya" tersebut--terlepas dari benar-tidaknya kisah tersebut. Ia dengan terang-terangan menelanjangi aib istrinya di depan publik. Seorang istri yang selama ini selalu ia sanjung-sanjung dan puja-puja setinggi langit.
Dalam pandangan saya sendiri, saya masih ragu apa benar bu Vero berselingkuh. Mungkin saja ya, mungkin saja tidak. Namun kalau dari kisah yang disampaikan pengacaranya, Fifi Leti Indra, yang sekaligus merupakan adik Ahok, agaknya hal ini masih meragukan. Hanya karena mereka berteman baik selama 7 tahun, apakah lantas bisa disebut berselingkuh? Hanya karena mereka pernah bertemu di singgapur pada November 2017, apakah lantas berarti mereka selingkuh? Terlebih pengacaranya selaku saksi mata pertemuan tersebut juga mengakui sendiri bahwa ia tidak tahu apa yang mereka lakukan di Singgapur itu. Bagaimana jika mereka sebenarnya hanya kebetulan saja bertemu?
Bagaimanapun, kita tidak boleh terburu-buru menyimpulkan bahwa bu Vero memang benar berselingkuh, tanpa mendengarkan terlebih dahulu kisah versi bu Vero. Apa benar bu Vero tidak mempunyai argumen apapun untuk membela diri? Dalam hal ini, saya justru salut dengan bu Vero yang mau terus bersabar meski sudah dipojokkan terang-terangan di depan publik seperti itu.Â
Anyway, dalam kasus ini, saya merasa heran melihat betapa banyaknya ahokers yang terkesan mengkultuskan Ahok dan menganggap AHok selalu benar apapun yang terjadi. Saat pertama kali gugatan cerai tsb mengemuka, mereka terus-terusan ngotot bahwa itu hoax, tidak peduli betapapun banyaknya bukti yang ada. Dan sekarang saat sudah jelas bahwa gugatan cerai tersebut memang benar adanya, mereka ngotot menyalahkan bu Vero sebagai penyebabnya. Agaknya Ahok sudah menjelma menjadi Tuhan di dalam hati mereka.
Walaupun saya adalah pendukung AHok, tetap saja bagi saya, Ahok adalah manusia biasa. Punya kekurangan, kelemahan dan bisa berbuat kesalahan. Dan sayangnya, kali ini yang menjadi korban kesalahan AHok, korban sifat buruk Ahok yang suka menyalahkan orang lain di depan publik, kali ini korbannya adalah istrinya sendiri. Bukan lagi bawahan politiknya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H