Mohon tunggu...
Paulus Teguh Kurniawan
Paulus Teguh Kurniawan Mohon Tunggu... Akuntan - Akuntan

Alumni Master of Science in Finance dari University of Edinburgh, Inggris Raya. Fasih bicara bahasa Inggris dan Mandarin. Saat ini bekerja sebagai akuntan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Analisis Objektif Saya Terhadap Debat Capres Tahap 2

17 Juni 2014   03:01 Diperbarui: 4 April 2017   16:14 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14029191471337432741

Sumber: http://mencuatdotcom.files.wordpress.com/2014/06/jadwal-debat-capres-cawapres-2014.jpg?w=700

Saya agak berdebar-debat ketika kemarin menonton debat capres tahap 2. Saya adalah pendukung Jokowi, namun saya berusaha menganalisisnya secara objektif. Debat kali ini bertema ekonomi, debat khusus capres saja, tanpa didampingi cawapres. Sejak dulu saya tahu Prabowo paling suka menonjolkan visi perekonomiannya, sedangkan Jokowi tipe yang tidak begitu pandai bicara, sehingga saya menantikan debat ini dengan kekhawatiran besar Jokowi akan kalah. Saya adalah alumni S1 fakultas ekonomi, sehingga saya yakin bisa menganalisis debat ini dengan baik.

Pada babak 1, kedua calon diminta memaparkan visi-misi perekonomian masing-masing. Jokowi mendapat giliran lebih dulu. Jokowi memulai dengan terbata-bata dan terlihat grogi,  berkali-kali melihat kertas contekannya, dan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mengatakan hal-hal yang tidak perlu. Poin yang saya tangkap dari kata-kata Jokowi adalah: dirinya telah menghabiskan banyak waktu bersama rakyat sehingga mengerti kesulitan ekonomi mereka, dan dirinya akan memfokuskan pembangunan mulai dari pedesaan, rakyat kecil, dll dengan cara membangun UMKM, koperasi, dsb. Jokowi juga menyatakan bahwa masalah utama perekonomian Indonesia sulit adalah kurangnya pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat sehingga SDM nya kurang baik, sehingga dirinya akan membuat kartu Indonesia sehat dan kartu indonesia pintar supaya pendidikan dan kesehatan masyarakat meningkat, dan dengan demikian masyarakat bisa melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi lebih baik.

Sedangkan Prabowo memulai dengan lantang dan tegas, raut wajahnya menunjukkan kepercayaan diri tinggi, tanpa grogi. Ia dengan terang-terangan menyindir gagasan Jokowi tentang  program kartunya dengan mengatakan, "ada orang mengatakan mau program ini program itu, mau bikin kartu ini kartu itu, persoalannya, dananya dari mana?", dilanjutkan dengan memaparkan bahwa kunci utama perbaikan ekonomi adalah menutup kebocoran anggaran negara sebesar 7200 T atau 1000 T rupiah per tahun, selanjutnya dari sanalah menyalurkan anggaran tersebut ke rakyat, terutama dengan program 1 Miliar per desa, sehingga uang mengalir dari pemerintah ke rakyat, bukan sebaliknya. Cukup meyakinkan, dan dengan sedih saya menulis di status FB dan BBM saya ketika itu: "Babak 1 debat capres: Jokowi vs Prabowo 0-1 (mengakui dengan sedih)".

Pada babak 2, kedua calon diminta mempertajam visi-misi sekaligus menjawab pertanyaan dari moderator. Keduanya ditanya "kenapa harus ekonomi kerakyatan? Dan bagaimana menurut anda mengenai investasi asing yang begitu banyak di Indonesia?". Di sini Prabowo mendapat giliran menjawab lebih dulu. Prabowo menjawab bahwa ekonomi kerakyatan harus dilakukan karena berdasarkan konstitusi UUD, ekonomi harus berasal dari rakyat dan memakmurkan seluruh rakyat Indonesia. Namun dalam pandangan saya, Prabowo membuat blunder kemudian dengan mengatakan, "mengenai investasi asing, saya tidak anti terhadap investasi asing, asal jangan sampai menggusur ekonomi rakyat. Jadi investor-investor asing mau masuk, silahkan saja, masuk saja; asal jangan sampai menggusur rakyat", dan juga Prabowo mengatakan, "ekonomi era SBY ini sudah cukup bagus".

Well, sebenarnya ada benarnya perkataan Prabowo mengenai investasi asing, bahwa dalam banyak hal investasi asing itu justru menguntungkan rakyat. Namun mayoritas rakyat Indonesia cenderung menganggap investasi asing adalah musuh yang selama ini membuat rakyat semakin tergusur. Jawaban yang lebih tepat seharusnya adalah "investasi asing boleh masuk karena dalam banyak hal itu justru menguntungkan rakyat, namun selama ini investasi asing kita sudah terlalu banyak, jadi masuknya investor asing harus dibatasi. Setelah investor lokal kita menguasai ekonomi kita, barulah investor asing boleh masuk sebagai tambahan/pelengkap investasi, bukan malah sebaliknya seperti selama ini, di mana justru investor lokal kita yang menjadi pelengkap dan kita terlalu bergantung pada investor asing". Sedangkan perkataan Prabowo bahwa ekonomi era SBY sudah bagus justru akan menggugurkan image yang dibangunnya selama ini bahwa dirinya adalah simbol perubahan, siap mengubah perekonomian Indonesia yang selama ini kacau-balau di era SBY. Ditambah lagi, perkataannya ini kontradiktif dengan perkataannya sendiri di babak 1 bahwa selama ini kebocoran uang negara mencapai ribuan triliun.

Pada babak 2 ini, jawaban Jokowi sebenarnya juga tidak begitu memuaskan. Jokowi sekali lagi menekankan bahwa ekonomi kerakyatan perlu dibangun untuk menyejahterakan rakyat terutama rakyat kecil, dan bahwa satu-satunya cara untuk membangun itu adalah program kartu indonesia sehat dan kartu indonesia pintar. Jokowi juga menegaskan bahwa ekonomi lokal perlu dibangun dengan membangun pasar-pasar tradisional, UMKM, memperbaiki kualitas pasar dsb supaya masyarakat lokal tidak tergusur oleh asing, dan ia menekankan juga bahwa dirinya sudah mengerjakan itu saat menjabat di SOlo dan Jakarta. Jawaban ini menurut saya menunjukkan bahwa pemikiran ekonominya sebenarnya tidak bagus-bagus amat, namun yang paling utama adalah dirinya sudah membuktikan bahwa ia benar-benar sudah melakukan itu di SOlo dan Jakarta, tidak seperti lawannya yang baru sekedar memberi janji.

Kesimpulan saya, di babak 2 ini, kedua calon tidak menunjukkan jawaban yang istimewa. Seharusnya jawaban yang paling kuat untuk pertanyaan ini adalah membangun pendidikan entrepreneurship (kewirausahaan), supaya muncul wirausaha-wirausaha baru yang siap berinvestasi bagi negeri sendiri, bukan mengandalkan investasi asing lagi, dan juga supaya rakyat Indonesia tidak melulu ingin jadi karyawan terus. Namun Prabowo membuat 2x blunder sedangkan Jokowi sedikit berhasil menonjolkan keunggulan dirinya: bukti prestasi di SOlo dan Jakarta. Jadi di babak 2 ini, skornya adalah 1-0 untuk Jokowi.

Di babak ketiga, kedua calon diberi pertanyaan mengenai cara mengurangi kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Jokowi seakan mengulang-ulang lagi jawabannya sebelumnya dengan menekankan perlunya pendidikan (kartu Indonesia pintar). Kemudian ia menegaskan lagi juga pentingnya membangun pasar rakyat, koperasi, UMKM dll supaya perekonomian rakyat semakin maju. Sedangkan Prabowo menjawabnya dengan berfokus pada bidang pertanian. Ia menyatakan akan membuka 2 juta hektar lahan pertanian, mengubah hutan-hutan rusak menjadi lahan pertanian, dan dari sana berdasarkan perhitungannya bisa menyerap 25 juta tenaga kerja baru di bidang pertanian.

Menurut saya jawaban keduanya masih lemah. Jokowi terkesan mengulang-ulang yang sudah-sudah, walaupun jawabannya masuk akal. Sedangkan jawaban Prabowo akan menimbulkan kesan bahwa Prabowo menghendaki seluruh rakyat, terutama yang tidak punya pekerjaan, untuk menjadi petani semua. Padahal menurut saya, mayoritas rakyat tentunya lebih suka menjadi PKL atau penjual pasar seperti yang dikonsepkan Jokowi, daripada menjadi petani. Karena pekerjaan petani selama ini kerap identik dengan hasil panen yang tidak menentu, juga identik dengan orang miskin yang cuma tinggal di gubuk pedesaan. Jawaban yang paling pas untuk pertanyaan kali ini seharusnya adalah ENTREPRENEURSHIP, dan saya berpandangan bahwa hanya inilah satu-satunya solusi bagi masyarakat kita. Rakyat harus diubah mindsetnya supaya lebih suka membuka usaha sendiri daripada menjadi karyawan. Jika mereka menjadi pengusaha yang membuat perusahaan, perusahaan-perusahaan itu akan bisa menyerap banyak tenaga kerja. Jika ada 1 orang saja  menjadi pengusaha, membuka perusahaan yang mempekerjakan 20 orang, maka 1 orang itu saja bisa mengurangi pengangguran sebanyak 20 orang. Itulah konsep yang selama ini didengung-dengungkan oleh Ir Ciputra dan mulai menyebar di Indonesia. Pemerintah harus mengajarkan pendidikan entrepreneurship, memberi kemudahan izin bagi pelaku usaha, membantu permodalan para calon wirausahawan baru, dan sebagainya. Sayangnya Jokowi maupun Prabowo tampaknya belum mengerti ini sama sekali. Skor babak 3 ini adalah 0-0 untuk keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun