Pesan Bung Karno Kepada GMNI, 3 Desember 1966
Setelah terjadi peristiwa G.30.S, situasi sosial politik Indonesia berubah drastis. Presiden Soekarno menghadapi kondisi yang sulit dan tak menentu. Kelompok kekuatan nasionalis pendukung Bung Karno bingun menentukan sikap politiknya. Tahun 1966, keadaan politik semakin runyam. Presiden Soekarno jadi sasaran kritik, sementara berbagai kekuatan politik saling sikut. Mahasiswa turun ke jalan mencaci maki Bung Karno.
Dengan berdalih menumpas anasir-anasir G30S, elemen-elemen pendukung Presiden Soekarno ikut ditangkap dan dijebloskan ke dalam tahanan. Pimpinan Partai Nasional Indonesia/Front Marhaenis (PNI/FM) terbelah dua, antara kelompok Ali Sastroamidjojo – Ir. Surachman, dan kelompok Osa Maliki – Usep Ranuwidjaja. GMNI yang kala itu berafiliasi ke PNI/FM ikut jadi sasaran. Para fungsionaris Presidium GMNI yang dipimpin oleh Ketua Bambang Kusnohadi dan Sekretaris Jenderal Kartjono.Wditangkap dan dijebloskan dalam tahanan tanpa batas waktu.
Jajaran pimpinan GMNI di tingkat daerah kalang kabut. Selain mereka harus pintar menghindar dari usaha penangkapan pihak anti Soekarno, juga menghadapi masalah banyaknya anggota GMNI dikeluarkan dari kampus baik karena dipecat dari status kemahasiswaan maupun kena skorsing tidak boleh ikut kuliah.
Untuk mengisi kekosongan kepemimpinan GMNI tingkat nasional, DPP PNI membentuk Care Taker Presidium GMNI, dan menunjuk Soerjadi sebagai Ketua dan Budi Hardjono sebagai Sekretaris Jenderal.Tanggal 3 Desember 1966, para fungsionaris Care Taker Presidium GMNI dengan didampingi Ibu Lasmidjah Hardiditerima oleh Bung Karno di Istana Bogor. Meski saat itu Bung Karno masih resmi menjabat Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin Besar Revolusi, namun kekuasaan sudah mulai berkurang, sebagian mulai beralih ke tangan Jenderal Soeharto selaku pengemban Surat Perintah 11 Maret.
Karena itu, kehadiran Presidium GMNI dan beberapa fungsionaris DPT (Dewan Pimpinan Tjabang) GMNI Jakarta Raya, sedikit menghibur Bung Karno. Dalam pertemuan itu, Bung Karno selain didampingi Ibu Hartini Soekarno, juga ada beberapa tokoh politik yang lain yakni Mukarto, Adam Malik, J Leimena, Tjokro.
PEMUDA DALAM PERJUANGAN
Bung Karno mengawali pembicaraan dengan mengisahkan perjuangan pemuda-pemudi di masa lampau, termasuk dirinya. Ia mengaku sedih karena para pemuda pejuang dimasa lampau yang kini sedang memimpin bangsa dicaci maki oleh sebagian mahasiswa dalam aksi-aksi jalanannya. Berikut kata Bung Karno:
”Engkau telah sering mendengar mengenai diriku, bahwa aku ini sejak umur 16 tahun, 16 tahun, telah mencemplungkan diri dalam gerakan untuk tanah air, bangsa, cita-cita. Pada waktu aku umur 16 tahun, aku adalah siswa daripada sekolah menengah Belanda di Surabaya HBS, Hogere Burger School. Siswa. Pada waktu itu aku karena telah ikut bercita-cita, menjadi anggota daripada satu organisasi pemuda Jawa, pemuda dan pemudi Jawa. Namanya Trikoro Darmo. Trikoro Darmo.
Demikian pula bapak-bapak tua sekarang ini dulu semuanya, pada waktu masih muda telah ikut berkecimpung di dalam gerakan-gerakan. Ada yang seperti Bapak menjadi anggota Trikoro Darmo. Pak Leimena yang duduk di sana, dedengkot tua Pak Leimena, dulu pun menjadi anggota daripada satu gerakan pemuda Ambon. Bung Hatta juga pada waktu masih muda menjadi anggota daripada satu serikat siswa Sumatera, Jong Sumatranen Bond. Pak Leimena punya organisasi namanya Jong Ambon.
Nah, kita sekarang dedengkot-dedengkot tua. Sejak dari muda kita telah bukan saja ikut, ya nak, jangan lihat itu, lihat hidungnya Bapak. Bapak itu kalau pidato dilihat mata anak anggota GMNI itu lantas Bapak ikut menyala-nyala. Ha, dedengkot-dedengkot itu sekarang ada, ada lo, di kalangan mahasiswa yang waduh, memaki-maki kepada kami, mencerca kami. Sampai tempo hari itu, sampai Bapak itu setengah menangis. ”Pak Leimena yang sejak dari mudanya telah berkecimpung mencemplungkan diri dalam gerakan untuk kepentingan bangsa dan tanah air, cita-cita. Sekarang di kalangan mahasiswa ada yang waduh, bahkan mengucapkan kata-kata yang tidak baik: Kami tidak sudi orang "cap", atau "cap Leimena", "semacam Leimena". Masya Allah, pemuda-pemuda zaman sekarang ini bagaimana. Dan engkau tahu Bapak sendiri sekarang ini ada yang waduh sudah habis-habisan lah, habis- habisan. Padahal, padahal, Bapak, Pak Leimena, Pak Mukarto, Pak Adam Malik, Pak Tjokro, dan macam-macam banyak sekali Pak, Pak, Pak itu, sedari mudanya boleh dikatakan menyerahkan diri, bahkan mengorbankan kebahagiaan hidup untuk kepentingan tanah air, bangsa dan cita-cita.
Nah, sekarang engkau pemuda-pemuda. Bukan saja engkau jangan ikut pemuda-pemuda yang begitu itu tadi, yang mencerca kepada Pak Leimena, Pak Mukarto, dan lain-lain sebagainya, tetapi aku menghendaki supaya engkau pun mengetahui tugas dan kewajiban sebagai pemuda. Tugas kewajibanmu sebagai mahasiswa.
MENJEBOL dan MEMBANGUN
Selanjutnya Bung Karnomenegaskan tugas utama mahasiswa dalam melanjutkan revolusi kemerdekaan, yakni menjadi pelopor di segala bidang. Menurut Bung Karno ada dua tugas utama mahasiswa yakni: Menjadi Pelopor dan Membina Kehidupan bangsa.
”Pernah kukatakan, menjadi mahasiswa zaman sekarang ini tugasnya adalah dua, tugasnya dua. Satu, untuk terus ikut menjadi pelopor daripada revolusi kita sekarang ini. Kan menjadi pelopor itu berarti, bukan saja berjalan di muka, tetapi yaitu sebagai kukatakan berulang-ulang, jangan meninggalkan sumber daripada revolusi, jangan menyeleweng daripada riilnya revolusi. itu satu. Kedua, untuk menjadi unsur mutlak di dalam pembinaan. Sebab, revolusi kataku, kemarin pun diterangkan panjang lebar dihadapan anggota MPP PNI, revolusi adalah di satu pihak menjebol, di lain pihak membina. Menjebol kepada imperialisme, menjebol kepada sistem yang tidak sesuai dengan revolusi, sistem sosial yang tidak sesuai dengan revolusi. Tegasnya menjebol sistem feodalisme, menjebol sistem kapitalisme. Di samping itu membina, membina, membangun satu barang baru yang memberi kebahagiaan kepada rakyat Indonesia seluruhnya. Dus di satu pihak menjebol, di lain pihak membina.
KUASAI ILMU PENGETAHUAN
Bung Karno kembali mengingatkan hakekat revolusi yakni menjebol dan membangun. Revolusi adalah simfoni daripada destructie dan constructie. Destructie yaitu menghancurkan, atau dengan perkataan yang baru tadi kuucapkan menjebol. Constructie, membangun, membina, mencipta, to create, scheppen, kata orang Belanda.
Agar dapat kreatifmaka perlu penguasaan ilmu pengetahuan. Kata Bung Karno:
“untuk to create, kamu orang semuanya mahasiswa mengerti perkataan create. Scheppen, itu tidak semua kamu mengerti, yaitu bahasa Belanda, tapi artinya sama dengan create, membina, membangun, mencipta. Created itu kita memerlukan pengetahuan, memerlukan skill. Sebab, tujuan revolusi adalah, sebagai kukatakan berulang-ulang dan engkau katakan berulang-ulang, satu masyarakat adil dan makmur tanpa exploitaion de l'homme par l'homme, tanpa exploitation de nation par nation. Pendek kata, tujuan revolusi adalah Ampera. Ampera di dalam arti aksi Ampera, arti aksi Ampera. Jangan Ampera sebagai diterangkan atau dikatakan oleh satu golongan mahasiswa zaman sekarang. Nanti aku terangkan.
MESTI BANYAK MEMBACA
Kepada GMNI Bung Karno menganjurkan agar banyak membaca. Sebab dengan banyak membaca akan membuat banyak ide-ide yang dimunculkan dalam perjuangan. Bung Karno mengaku bahwa ia gemar membaca karena sumber semangat adalah ilmu pengetahuan.
:”aku gemar sekali belajar, gemar membaca. Sampai, boleh dikatakan, aku kadang- kadang meninggalkan pelajaran-pelajaran di sekolah untuk, waktunya aku pakai untuk, membaca buku-buku politik, yang tidak diajarkan di sekolah kepada saya. Aku membaca sejarah dunia, aku membaca sejarah bangsa-bangsa, aku membaca kitab-kitab tentang gerakan kaum buruh, aku membaca tentang gerakan Islam. Sampai-sampai aku tahun yang lalu, tahun yang lalu,jadi 1965 ini, aku perintahkan untuk menyalin misalnya kitabnya Lothrop Stoddard, Lothrop Stoddrad, The New World of Islam. Sekarang sedang diterjemahkan. Tempo hari sudah sampai tercetak. Jadi, aku ini gemar membaca, oleh karena aku anggap perlu untuk mengisi otakku, mengisi pikiranku, mengisi semangatku selebar-lebar mungkin. Jendela terbuka, ide-ide itu masuk di dalam ingatanku, pikiranku itu.
Ini aku ajarkan kepadamu. Jangan kamu itu ya mahasiswa, mahasiswa, mahasiswa, mahasiswa, tetapi cuma diam, tidak. Apalagi, nah ini,engkau ini berjuang di atas front dua macam, destructie, constructie, menjebol, membina. Dalam hal pembina ini, tidak bisa kita membina tanpa orang yang tahu, tidak bisa kita membina tanpa apa yang kukatakan, kader. Dengan gampangnya saja, sosialisme, Saudara-saudara, yang harus kita bina itu. Sosialisme itu, aku katakan berulang-ulang, tidak seperti air embun jatuh pada waktu malam, tes. Tidak. Sosialisme harus dibina, didirikan, diperjuangkan, dengan segala keuletan. Dan di dalam pembangunan pembinaan sosialisme itu, saya tidak cukup hanya dengan semangat. Bahkan sumber semangat sebetulnya haruslah pikiran. Sumber semangat adalah pengetahuan. Orang yang kurang pengetahuan, semangatnya ya semangat yang sekedar he put. mati lagi. Oo kobar-kobar. put. mati lagi. Tetapi semangat yang timbul daripada pengetahuan yang betul-betul lantas paku di otak. Semangat yang demikian itu tidak bisa mati, Saudara-saudara.
SEMANGAT TAK DAPAT DIKERANGKENG
Bagi Bung Karno, semangat mengabdi kepada bangsa dan tanah air, tidak dapat dimatikan. Tak ada penjara yang dapat membelenggu semangat kemerdekaan. Tak ada sebutit peluru pun dapat menghancurkan api semangat. Semangatitulah yang menyebabkan Bung Karno tetap teguh pada pendirian.
Kepada GMNI Bung Karno menegaskan:
Semangat yang demikian itu adalah semangat sebagai yang dikatakan oleh Thomas Carlyle; orang bisa dikerangkeng, orangnya bisa dikerangkeng, dimasukkan kerangkeng, tetapi semangatnya keluar darikerangkeng. Semangat yang demikian itu adalah apa yang dimaksud oleh Mahatma Gandhi, yang dia berkata, semangat yang bisa brake prisson wall, memecahkan tembok-temboknya penjara. Ia tidak bisa semangatnya dikurung. Semangat yang betul-betul sudah timbul daripada alam pikiran yang yakin, semangat yang demikian itu brake prisson wall, memecahkan tembok-temboknya penjara.
Sebagaimana aku boleh memakai contohku, apa hasil Belanda memasukkan aku di dalam sel. Umpamanya aku mati di dalam sel, toh semangatku diambil oper oleh orang lain, diteruskan oleh orang lain.
Maka, Saudara-saudara, benar pula ucapan seorang pemimpin yang berkata idea have lage. Idea have lage, ide mempunyai kaki. Ide mempunyai kaki. Orangnya dimasukkan bui di dalam penjara, diikat, dikerangkeng, dirantai, tetapi dia punya ide berjalan terus. Idea have lage. Idea brake prisson wall. Nah, Saudara-saudara, karena itu maka aku anjurkan engkau membaca banyak, supaya semangat. Tapi semangat saja didalam pembinaan sosialisme juga tidaklah cukup. Pengetahuan, bolak-baliknya itu.
Pengetahuan membangunkan semangat. Semangat harus didasarkan atas pengetahuan. Pembinaan sosialisme harus dijalankan dengan semangat dan dengan pengetahuan. Karena itu di dalam pembinaan sosialisme diperlukan lebih daripada pembinaan lain-lain, kader, kader, kader.
BUNG KARNO SESALKAN GMNI TIDAK BOLEH IKUT KULIAH
Bung Karno juga akhirnya mengetahui bahwa banyak anggota GMNI dipecat dari kampus, dan dilarang masuk kuliah. Tidakan tersebut menurut Bung Karno sangat ngawur. Karena itu kepada GMNI Bung Karno berpesan agar tetap teguh pada pendirian. Ilmu tidak hanya diperoleh di bangku kuliah, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut kata Bung Karno:
Saya tahu kamu orang banyak yang tidak bisa masuk kuliah karena, ada hal-hal, tidak boleh, tidak boleh, GMNI tidak boleh kuliah.
Nah, ketawa itu. Ya, apa tidak?
Asal tahu aja.Ini memang yang menghalangi kamu masuk universitas ini, menghalang- halangi kamu berkuliah ini, mereka itu semuanya, semuanya ngladrah.Ia, itu yang ngladrah itu, artinya sudah tidak benar mereka punya pikiran. Bagaimana mau membentuk satu negara, bagaimana mau membentuk satu masyarakat sosialis tanpa kader, tanpa pemuda-pemudi masuk kuliah. Hh, mereka itu ngladrah. Apa bahasa Indonesia ngladrah? Ha, tidak benar itu lo.
Ha, Bu Hardi, apa ngladra itu? Tidak beres. Ngawur.
Tapi toh aku minta kepadamu, tekun engkau cari pengetahuan. Sebagaimana bapak-bapak Saudara telah berbuat, dengan diriku sendiri, dulu itu cari pengetahuan. Bisa di sekolahku, ya disekolahku, tidak bisa, aku cari sendiri, agar supaya kita bisa menjadi kader daripada revolusi ini.
Memang revolusi itu ya tentu, sebagai Saudara-saudara kemarin kuterangkan panjang lebar, kalau revolusi benar-benar revolusi, dan bukan sekadar insurectie. Ada beda antara revolusi dengan insurectie. Revolution and insurection. Insurection itu apa? Ya, sekadar ada semacam pemberontakan bersenjata daripada suatu golongan. Angkat senjata mengadakan pemberontakan dengan senjata, itu adalah insurectie. Kalau golongan yang kecil-kecilan itu namanya coup. Coup de ta. Coup de ta itu bukan revolusi. Insurectie bukan revolusi. Itu gendeng-gendengan.
REVOLUSI ADALAH PERUBAHAN
Tentang pengertian Revolusi, Bung Karno menegaskan bahwa:
Revolusi sejati ialah sebagai kukatakan tadi, suatu proses, satu proses masyarakat yang berisikan, berintikan penjebolan dan penanaman, satu proses masyarakat untuk membongkar sistem masyarakat itu sampai ke akar-akarnya. Sistem masyarakat, sistemnya,
Saudara- saudara. Karena itu aku selalu berkata, orde, dalam pengertianku, orde itu adalah satu social political system. Itu orde. Ada orde kapitalis. Ada orde feodalis. Itu orde. Nah, ini revolusi adalah satu proses masyarakat untuk mengubah sama sekali social political system yang berjalan di masyarakat itu. Bukan sekadar mengubah mental thinking, neen, neen, neen. Social political system, susunan masyarakat, susunan politik masyarakat. Masyarakat. Susunan ini harus kita ubah. Sebagai kukatakan tadi, ada orde kapitalis, ada orde sosialis. Nah, kita berjuang untuk orde sosialis ini. Dan jikalau kita membongkar orde kapitalis untuk menjadi orde sosialis, itulah revolusi.
Revolusi menurut ucapan yang aku citeer dalam pidatoku Indonesia Mengugat. He pemuda-pemudi baca-o, baca-o, baca, baca Indonesia Mengugat. Baca Sarinah. Hh, mahasiswa-mahasiswi baca Di Bawah Bendera Revolusi dan lain-lain. di situ aku citeer ucapan seorang profesor, Blunschli. Kamu di dalam kuliah barangkali pernah mendengar nama Prof Dr Blunschli, yang dia berkata, revolution ist apa? Eine Ungestaltung von Grund aus, revolusi adalah satu perubahan. Ungestaltung, bukan supervisel, bukan di kulit, tetapi von Grund aus. Eine Ungestaltung von Grund aus.
Nah, jikalau engkau tidak mengadakan Ungestaltung von Grund aus, engkau bukan revolusioner. Revolution ist eine, Revolution ist eine Ungestaltung von Grund aus[1]. Dan kita ini revolusioner, oleh karena kita mau mengadakan social political system yang imperialistis, yang feodalistis, yang kapitalistis. Yang tidak sosialistis menjadi satu social political system yang sosialistis. Itu sebabnya kita ini bernama revolusioner dan menamakan diri kita revolusioner, dan hanya jikalau mengejar political system yang sosialistis itu, baru kita mempunyai hak untuk berkata, kita ini progresif revolusioner. (bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H