Mohon tunggu...
Paulus Aidant Wardojo
Paulus Aidant Wardojo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Murid

Seorang murid dari SMA Kanisius.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Spesies Invasif Keong Mas (Pomacea canaliculata) di Indonesia

4 Mei 2023   20:37 Diperbarui: 4 Mei 2023   20:40 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Beberapa spesies tanaman atau hewan dapat beradaptasi di habitat asing yang tidak jauh berbeda dari tempat asalnya. Seperti salah satu hama pertanian di Indonesia yang terkenal sangat sulit dikendalikan dan memiliki potensi untuk berdampak buruk pada perekonomian pertanian. Hewan tersebut merupakan keong mas (Pomacea canaliculata).

Keong mas yang berhabitat asli di Amerika Selatan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984 dari Filipina, Cina, dan Singapura. Keong mas dibudidayakan secara komersial sebagai sumber alternatif protein, hewan hias untuk akuarium, dan sebagai pakan ternak. Fungsi-fungsi tersebut yang mendorong masyarakat lokal untuk membudidayakannya di alam bebas dalam kolam-kolam dekat lahan pertanian (Isnaningsih, 2011: 446), menyebarkan keong mas ke hasil pertanian. 

Keong mas sendiri dikenal bersifat polifag (Bunga et al., 2018: 823), yaitu sifat organisme yang membuatnya sangat rakus dalam proses memakan. Keong mas menyukai tumbuhan yang masih muda dan lunak. Berarti tanaman sayur-sayuran seperti kangkung, terutama padi sering menjadi sasaran bagi hama ini. 

Sampai saat ini masih terdapat populasi yang cukup signifikan tersebar di lahan pertanian di seluruh Indonesia: Jawa, Sumatra, Kalimantan, bahkan sempat terjadi eksplosi populasi keong mas di Malaka, NTT (Bunga et al., 2018: 822). Hal ini dikarenakan keong mas sangat mudah beradaptasi di lingkungan sekitarnya dan berkembang biak secara cepat: seekor keong mas betina dapat menghasilkan sebanyak 50-500 butir telur per klasternya, dan telur-telur tersebut akan menetas dalam kurun waktu 1--15 hari dan mencapai kedewasaan hanya dalam waktu 1 bulan (Bunga et al., 2018: 824). Berarti keong mas memiliki siklus hidup yang sangat cepat untuk organisme yang bisa hidup selama sekitar 3 tahun, memenuhi lahan per hektar sawah dengan ribuan keong dalam berbagai usia. 

Target keong mas ke tanaman muda yang daunnya lunak serta kemudahannya beradaptasi dalam lingkungan sawah yang berair mengakibatkan ribuan hektar semai padi muda rusak dihamai keong mas (Saputra et al., 2018: 190). Pada tahun 2011, puluhan ribu hektar sawah di Aceh diserang keong mas, 31 hektar sawah di Kabupaten Purworejo, dan 80 hektar lahan di Pekalongan. Semua serangan ini memukul hasil panen padi di tiap daerah hingga sekitar 20 % (Mengatasi Keong Mas Dengan Pengelolaan Air, 2011). Adapula kasus eksplosi populasi keong mas hingga menyebabkan puso di Kabupaten Malaka pada tahun 2012, menurunkan produksi padi hingga kurang dari 2 ton/hektar.  

Hingga saat ini keong mas masih kerap menyerang padi muda yang baru disemai seperti yang dialami petani-petani di Lebak, Banten pada tahun 2020 (Aminah, 2020). Oleh karena itu perlu ada usaha pengendalian populasi hewan invasif ini. Idealnya solusi tersebut jangan sampai merusak keseimbangan ekosistem yang sudah ada sekaligus berada dalam jangkauan petani. 

Pertama yaitu menghambat proses keong mas memakan padi-padian yang baru ditanam. Ketika cuaca mendukung, sawah diairi dengan sedikit, hingga cenderung kering agar keong mas masuk ke dalam masa dormansi sampai padi yang disemai setidaknya berumur lebih dari 3 minggu sehingga padi memiliki cukup waktu untuk bisa menumbuhkan daun-daun yang lebih kuat dan tahan terhadap serangan keong sebelum tanah sawah diairi kembali (Suproborini & Laksana, 2022: 65). Ada pun alternatif berupa langsung menyemai padi yang umurnya sudah cukup tua.

Keong mas dan telurnya secara manual dapat diambil dan dimusnahkan. Memasang umpan di dalam selokan menggunakan dedaunan pisang dan memasang tongkat kayu di persawahan sebagai tempat bagi keong mas untuk bertelur agar telur-telur tersebut mudah disingkirkan . Sementara keong mas yang terkumpul dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak unggas seperti itik yang sangat efektif karena nutrisi yang terkandung dalam keong mas cukup tinggi (Saputra et al., 2018: 190). 

Terakhir, beberapa tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai moluskisida alami yang ramah lingkungan. Akar tanaman tuba (Derris elliptica) dan daun sembung (Blumea balsamifera) dapat dicampur dengan 0,1% detergen untuk disemprotkan ke tanaman padi yang cukup poten untuk mematikan keong mas tanpa memberi dampak negatif ke lingkungan sekitar atau ke manusia (Suproborini & Laksana, 2022: 66).  

Walau dekat dengan mustahil untuk benar-benar memusnahkan populasi keong mas dari habitat-habitat yang sudah diserang, menghambat perkembangan keong mas secara serentak di Indonesia memungkinkan populasi keong mas untuk dapat dikontrol. Pengetahuan dari para petani untuk memikirkan opsi-opsi yang mungkin sangat penting dalam usaha ini, jadi sungguh krusial untuk dilakukan penyuluhan ke petani-petani Indonesia mengenai pemberantasan hama keong mas agar semua kemungkinan solusi bisa diadaptasikan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun