Mohon tunggu...
Paulus Aditya Christianto
Paulus Aditya Christianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - fresh graduate

Hobi mengamati fenomena sosial-politik baik nasional ataupun internasional

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Krisis Imigran di Eropa: Generosity or Too Generous?

3 Mei 2021   15:38 Diperbarui: 4 Mei 2021   10:48 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polisi Jerman mengatakan, serangan seksual massal – mulai dari meraba-raba hingga pemerkosaan – di  Cologne telah melibatkan 2.000 pria imigran.(Internasional Kompas, 12/07/2016)

Tingginya angka kriminalitas dari kalangan imigran tentunya juga disebabkan kurang pengawasannya pihak imigrasi terhadap imigran ilegal yang masuk ke suatu negara tanpa dibekali skill yang memumpuni untuk bersaing di negara tujuan. 

Membludaknya imigran di EU tentunya membawa konflik di dalam tubuh pemerintahan itu sendiri, di mana kelompok partai sayang kanan kerap menekankan pembatasan imigran serta menutup perbatasan guna kepentingan keamanan dan kesejahteraan warga negaranya.

"Guna mengurangi arus migrasi, akan sangat membantu jika Merkel dengan jelas dan secara terbuka menyatakan bahwa tidak ada lagi akses arus masuk tanpa kendali ke Jerman," kata Lindner. (DW, 03/03/2020)

https://www.dw.com/
https://www.dw.com/

Dari segi agama tentunya menjadi topik yang populer dengan adanya Islamophobia. Timbulnya Islamophobia di Eropa tentunya bukan tanpa sebab, maraknya aksi terorisme berkedok agama Islam kerap menghantui masyarakat Eropa sehingga akan menjadi wajar timbul rasa tidak nyaman akan kedatangannya imigran yang berasal dari negara yang dilanda konflik karena aksi separatisme yang berlatar belakang agama seperti ISIS, Boko Haram, Al-Qaeda, Taliban, dan lain-lain. 

Perasaan waspada timbul sebagai wujud khawatir akan adanya penyusup yang hendak melancarkan aksi terorisme, seperti pada peristiwa bom Paris, tragedi 11/09, dll.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun