Seberapa besar otak
Seberapa besar batok
Seberapa besar kepala
yang bertumpu pada pangkal raga! Tak seberapa!
Tapi jangan lupa, sayang!
Adamu menggoncangkan dunia,
Melumatkan jagat walau sekejap.
Karena itu,
Kau dipuja kerna hebatmu.
Kau juga dihujat kerna sesatmu.
Tapi bukan salahmu!
Itulah yang mesti
ada pada hakikat segala.
Sayang. Â
Otak ini telah menjelma
menjadi otak-otak lalu diperhamba
untuk memporakkan misteri Illahi.
Kau juga diperalat untuk menebarkan kebencian,
kebohongan dengan beribu legitimasi.
Kau dipaksa untuk perdebatkan sesuatu
yang sudah terang benderang sehingga ludahmu
yang mulai mengerak kau
jilat kembali tanpa rasa sesal.
Bagai pengantin baru,
Mengayun-ayun kaki di pinggir ranjang.
Sementara di luar sana
Beribu-ribu,
Berjuta juta menjaga dan memujimu,
Mempersolek dengan kata-kata
manis buat merayu atasan,
Buat menjungkirbalikkan fakta
Lalu bersekutu dalam secarik memorandum, peringatan, ancaman.
Kau telah dipersunting oleh hati
yang tumpul, kemudian membiarkan dirimu
Didandani dengan ayat-ayat suci,
Memperlengkapimu dengan Â
narasi penyelamatan,
narasi kebajikan, Â
narasi kebenaran, Â
narasi pengorbanan, dan Â
narasi persaudaraan.
Apalah kuasamu!
Sesungguhnya,
Teramat dalam.....
Tidak, teramat dangkal!
Tempatmu bukan sebatas terpurung lagi.
Bukan juga sebatas raga lagi.
Adamu menjadi semakin menganga pada waktu
Sang Pemberi,
Lalu, bersekutu dengan api yang kekal.
Mengangaaaaaaaa!
Jkt, 2608020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H