Bukan Pilihan Siswa
Seringkali terjadi bahwa anak memasuki sekolah tertentu atau anak memilih jurusan tertentu bukan atas pilihan anak. Orangtua lah yang memilih sekolah yang menurutnya favorit atau berkualitas. Orangtua lah yang memilih jurusan bagi anaknya dengan harapan tertentu di masa mendatang. Misalnya, agar anak bisa meneruskan atau mewariskan bisnisnya di kemudian hari tanpa mempertimbangkan kemampuan anaknya.
Pemerataan Kualitas Sekolah
Kita hendaknya menyambut positif peraturan PPDB yang dibuat oleh pemerintah ini. Kita semua, termasuk orangtua calon siswa hendaknya melihat peraturan ini secara jernih. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Dalam setiap kesempatan pertemuan mengadapi Ujian Nasional (UN) dari tahun ke tahun, pemerintah, khusus rayon selalu memaparkan prosentase kelulusan siswa dan pencapaian hasil UN. Sekolah-sekolah swasta, khususnya sekolah-sekolah nonfavorit seperti tertampar melihat kenyataan. Sampai-sampai terkesan, rendahnya peringkat kelulusan pada skala nasional atau skala kota atau kabupaten dipengaruhi oleh rendahnya pencapaian nilai UN sekolah-swasta yang nota bene jumlahnya lebih banyak daripada sekolah negeri.
Untuk mengantisipasinya, sekolah-sekolah diarahkan untuk menggiatkan siswa kelas VI, IX, dan XII dengan mengikuti latihan-latihan soal, berkali-kali try-out (TO), bahkan desiminasi materi UN yang melibatkan semua sekolah negeri maupun swasta. Hasilnya? Tetap saja! Sekolah-sekolah swasta kelas menengah ke bawah tetap terpuruk.
Jika kita jujur, salah satu faktor rendahnya nilai UN pada sekolah-sekolah swasta adalah in put siswa. Kebanyakan siswa yang masuk ke sekolah-sekolah swasta adalah siswa-siswa yang tidak lolos seleksi di sekolah-sekolah negeri.
Oleh karena itu, penerimaan siswa dengan jalur zonasi perlu dilihat juga oleh orangtua sebagai suatu upaya positif pemerintah. Jalur zonasi dengan syarat umur sangat penting untuk mengatur pemerataan kualitas sekolah dan peserta didik pada tingkat kota di DKI Jakarta, khususnya antara sekolah negeri dengan sekolah swasta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H