Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Akankah Gawai Bernasib Sama dengan Rokok?

27 Mei 2020   09:26 Diperbarui: 27 Mei 2020   09:29 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga saat ini pembicaraan mengenai gawai tidak pernah sepi. Benda buatan manusia ini dipandang telah menimbulkan efek negatif pada perkembangan anak. Pembicaraan pun melebar ke mana-mana, seperti alasan anak kecanduan bermain gawai, pola pendampingan orangtua, kesalahan orangtua, dosa orangtua, dan berbagai upaya mengalihkan perhatian anak dengan kegiatan lain.

Pertanyaannya, apakah kita orang dewasa berhasil menghentikan kecanduan anak terhadap gawai? Marilah kita beralih sejenak ke persoalan rokok.

Rokok adalah salah satu "pembunuh" manusia. Menurut World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia, terdapat sekitar satu miliar perokok di dunia atau sekitar sepertujuh dari populasi global pada tahun 2018. Setiap menit, hampir 11 juta batang rokok diisap di dunia dan 10 orang meninggal karenanya. Sekitar 80 persen perokok dunia hidup di negara berpenghasilan rendah dan menengah dan 226 juta di antaranya dianggap miskin.

Di Indonesia, 76 persen pria dewasa (berumur di atas 15 tahun) sebagai perokok. Jika dilihat dari prosentase penduduk, Indonesia menempati prosentase penduduk sebagai perokok terbesar di dunia.: 76 persen pria berusia di atas 15 tahun tercatat sebagai perokok (liputan 6, 31/5/2018).

Apakah para perokok tidak tahu akan bahaya rokok? Jawabannya, para perokok tahu betul akan bahaya rokok. Terdapat 13 bahaya merokok bagi kesehatan tubuh:

kanker paru-paru, penyakit jantung, koleaterol tinggi, komplikasi diabetes, keguguran, gigi menguning dan keropos, bernagai jenis kanker, monopause prematur, gangguan mata, gangguan ereksi dan kesuburan, menurunnya sistem imun tubuh, rasa cemas dan gelisah, jari menguning dan kulit keriput (sehatq-com, 21/1/2020).

Jika ditanya, mengapa orang merokok? Inilah alasan-alasannya: mengurangi tegang syaraf dan menghilangkan rasa lelah, mengendurkan persendian dan menimbulkan rasa lega, merokok untuk menyendiri, merokok karena ingin menyertai sesuatu perbuatan, merokok sebagai penganti makanan, merokok sebagai sikap sosial, merokok untuk menumbuhkan rasa percaya diri (Kompasiana, 27/1/2016)

Sejak lama pemerintah bekerja sama dengan produsen rokok memberikan peringatan melalui gambar-gambar yang menyeramkan pada bungkusan rokok. Pemerintah puga melarang media massa mengiklankan rokok dengan menampilkan secara langsung orang sedang merokok, atau gambar bungkusan rokok sekalipun. Apakah berhasil? Tidak. Nyatanya orang tetap merokok. Peringatan tetaplah peringatan. "Apalagi merokok ditemani secangkir kopi.Alangkah nikmatnya!" Kata si perokok.

Kembali ke persoalan gawai. Penggunaan gawai yang berlebih berdampak negatif pada perkembangan anak: penurunan perkembangan otak, bahaya radiasi, penurunan kemampuan interaksi sosial, merusak penglihatan, kurangnya minat bermain di alam terbuka, dan tempramental (Kumparan, 3/11/2019). Dampak negatif gawai menjadi heboh ketika pada Oktober 2019 diberitakan bahwa Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di daerah Jawa Barat merawat 209 pasien anak akibat dari kecanduan gawai. (Kompasiana, 29/12/2019).

Perihal kecanduan anak terhadap gawai tidak ubahnya dengan pecandu rokok. Menghentikan anak agar tidak menggunakan gawai sepertinya sulit. Mengapa? Sejumlah kondisi berikut yang memungkinkan gawai tidak bisa dilepaskan dari kehidupan anak.

Produksi Gawai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun