Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mewaspadai Gangguan Mata akibat Belajar dari Rumah (Learning from Home)

15 April 2020   14:35 Diperbarui: 15 April 2020   19:12 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Belajar dari rumah (Learning from Home), selanjutnya disebut LFH, awal mulanya disambut gembira oleh siswa. Kegembiraan ini bisa didasari berbagai alasan, seperti tidak lagi diburu waktu untuk tiba di sekolah tepat waktu, tidak lagi menderita panas atau dingin selama dalam perjalanan ke dan dari sekolah, atau alasan-alasan sentimentil semisal tidak lagi bertemu dengan si A yang suka usil, atau tidak lagi bertemu guru B yang metode mengajarnya membosankan.

Lambat laun, siswa mulai mengalami kebosanan selama LFH, karena setiap hari ia harus mengerjakan tugas yang diberikan guru sesuai jadwal hari itu. Bagi siswa yang pada dasarnya memiliki motivasi belajar, tugas-tugas ini dikerjakannya dengan tekun. 

Berbeda dengan siswa yang motivasi belajarnya kurang. Tugas yang diberikan guru dari hari ke hari membosankan. Kejenuhan pun muncul sehingga, bisa saja ia mengerjakan tugas dari gurunya sesuka hati. Mata pelajaran mana yang disukai, itulah yang dikerjakan. Bahkan, tugas-tugas pada hari tertentu tidak dikerjakan.

LFH membutuhkan seperangkat elektronik yang terhubung dengan internet, seperti HP, laptop atau PC. Berkat ketersediaan kuota internet, siswa mengerjakan tugas-tugas dari gurunya setiap hari secara daring. 

Persoalan keterbatasan kuota sering kali menjadi kendala siswa tidak aktif dalam LFH. Sebagai contoh, pada laporan harian LFH oleh kepala sekolah menengah kejuruan dalam Rayon X, di salah satu belahan Jakarta terpapar dengan jelas bahwa kendala keterbatasan kuota internet siswa masih tinggi. Karena itu, dibutuhkan jalinan komunikasi optimal antara sekolah dengan orangtua dalam menyelesaikan permasalahan ini.

Persoalan yang mungkin sedang atau akan terjadi adalah kesehatan mata siswa. Intensitas mata yang melek pada layar HP atau laptop atau PC bukan tidak mustahil mengganggu keaehatan mata. 

Berbeda manakala siswa belajar di sekolah. Sebagian besar waktunya terisi dengan interaksi verbal dan nonverbal selama di kelas maupun di luar kelas. 

Ketika LFH, mata siswa dipaksakan untuk melotot di depan layar dari pagi hingga sore. Belum lagi persoalan HP siswa yang beragam merek dengan tingkat resolusi kecerahan yang berbeda-beda. Hal ini tentu saja lambat laun akan menimbulkan efek gangguan pada mata. 

Oleh karena itu, pemerintah, orangtua maupun guru diharapkan mengambil langkah antisipasif untuk mencegah gangguan tersebut. 

Pertama, guru hendaknya merancang materi dan tugas sebelum diberikan ke siswa. Materi hendaknya bervariatif, tidak melulu bersifat tekstual, yang memaksa siswa untuk membaca berlama-lama, atau mengharuskan siswa menjelajahi situs-situs tertentu untuk mencari bahan. Tugas yang diberikan bisa melibatkan rekaman audio atau video.

Kedua, orangtua pun diharapkan berperan aktif mendampingi anaknya. Membuat kesepakatan bersama anak untuk mengatur waktu belajar dan waktu istirahat sangat penting. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun