Pengembaraan sudah kumulai
Tapi, Kau bilang belum cukup
Belum mampu membakar alam raya
Aku terjerat jaring-Mu
Disekap dalam semarak
cahaya sutra-Mu.
Ketika sampai waktuku
Aku Kaulepas
bagai amuba
pesawat tempur
panah api
memancarkan kilat.
Dengan lazer Illahi
Kujelajahi
kutelusuri setiap sudut hati
rongga-rongga dada
pikiran
daging
dan kepingan darah:
        yang merintih
      meronta
   terbelenggu
dan terpanggang menganga.
Ternyata,
dalam segala
Engkau telah hadir
Menanti dengan senyum
seorang kekasih
menyambut cahayaku
adalah cahaya-Mu:
yang menyelamatkan
yang membebaskan.
(Bekasi, Oktober 2010)