Globalisasi memungkinkan invasi kebudayaan Barat ke Indonesia. Salah satunya hiruk-pikuk kehidupan malam seperti diskotek, bar, pub, dan sejenisnya. Tempat-tempat ini kian marak dijumpai. Pengunjungnya dari berbagai kalangan, dengan tujuan beragam. Minuman keras, dentaman musik, dansa-dansi hadir dengan aneka dampaknya.
Tak sedikit mahasiswa ikut dalam hingar-bingar tersebut. Motifnya berbeda-beda. Bisa sekedar ingin tahu, ingin melepaskan diri dari kesuntukan perkuliahan, bisa juga untuk keperluan akademis (misalnya melakukan penelitian). Amat disayangkan apabila ada mahasiswa yang kecanduan, apalagi kalau sampai putus kuliah karenanya.
Mahasiswa sebagai intelektual muda penerus bangsa, sekaligus pewaris/penjaga budaya bangsa, harus menyiapkan diri sebaik-baiknya agar bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu. Dengan manajemen dana dan waktu yang baik, mahasiswa akan lebih siap terjun ke masyarakat untuk mengabdikan diri dan keilmuannya, sekaligus menjaga budaya Indonesia.
Waktu luang hendaknya digunakan untuk kegiatan positif dan menunjang, seperti membaca, berdiskusi, dan berolahraga. Kalaupun ada yang “masuk” dalam kehidupan malam, itu hanya untuk refreshing dan merupakan pilihan terakhir. Juga harus selalu dipatrikan pentingnya mawas diri dan selektif dalam merespon pernak-pernik kehidupan malam dan berbagai kebudayaan asing lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H