Wisanggeni merupakan tokoh pewayangan yang tidak kenal kompromi. Batasan baginya satu yaitu kebenaran. Apapun dia lakukan asal itu demi kebenaran. Wisa yang berarti racun atau bisa, dan geni yang berarti api, racun api yang membumihanguskan semua yang beraroma jahat, tidak baik dan keburukan.
Kelahiran Wisanggeni merupakan salah kodrat, Arjuna sebagai pahlawan yang mampu mengalahkan pengacau khayangan endapatkan hadiah beberapa bidadari. Hadiah yang menyukakan Arjuna, dan hasilnya adalah hamil semua. Kehamilan yang akan merusak tatanan kahyangan, maka perlu penyelesaian instan diputuskan dan aborsi masal. Satu-satunya bidadari yang bersikukuh untuk mempertahankan kehamilannya itulah yang melahirkan Wisanggeni.
Kemaluan yang membesar di kalahngan para dewa membuat cara lain untuk menutup aib yang ada. Nasib tragis harus dialami Wisanggeni bayi. Bayi tidak berdosa itu dibuang ke kawah candradimuka. Kehendak Yang Kuasa benar-benar tidak mampu dihentikan siapapun, maka api tidak membakar bayi malang tersebut, justruu membuatanya sakti mandra guna.
Tokoh kasar, bahkan ada yang memberi julukan wong edan, orang gila, gila dalam arti tidak mengenal takut, siapapun dia lawan kalau berlawanan dengan kebenaran dan prinsip keadilan.
Dia tidak mau menggunakan bahasa halus kecuali kepada Hyang Wenang. Baginya semua adalah sama. Sikap tidak ambil pusing dan peduli membuat pribadi Wisanggeni disegani baik oleh Pandawa ataupun Kurawa.
Kesalahan kodrat menjadikan Wisanggeni justru akan membawa kekalahan jika dia ikut berperang membela Pandawa. Keputusannya ialah dia korbankan diri untuk mengambil keputusan moksha, dibandingkan membela kebenaran dan membawa kekalahan bagi pihak yang dia bela.
Ada dua tokoh di Indonesia, satu moncer dan cepat melejit, karena matang di pengalaman organisasi kemahasiswaan. Dia menggunakan nama profil Wisanggeni, namun memilih sikap yang berbeda dengan Wisanggeni, dia selalu menggunakan bahasa halus, selalu memikirkan masak-masak sebelum menyatakan buah pikirannya. Racun, memang bisa dikatakan demikian karena apa yang diungkapkan sering membuat berang dan panas banyak pihak. Konflik yang tercipta atas buah pikirnya yang santun, halus, hati-hati, sering tidak mudah reda, sikap saling curiga kalau dia menyatakan pendapat membuat panas banyak pihak. Saat ini dia sedang masuk kawah candradimuka, entah akhirnya nanti, hanya waktu yang akan memberikan pembuktian, benar-benar seorang Wisanggeni ataukah racun ular beludak.
Satunya tidak pernah menggambil tokoh pewayangan ini, sama-sama masih muda, matang dalam organisasi dan birokrasi, namun sikap dan tindaktanduknya justru memberikan gambaran Wisanggeni secara total. Keberaniannya menghantam siapapun yang menghalangi kebenaran ditegakkan. Cerita mengenai siapa saja yang terang-terangan memusuhi sering disuguhkan, Â tidak takut apapun. Gaya ngamuk-ngamuk dan marah terhadap siapa saja yang berlaku curang. Bisa yang keluar dari mulutnya jelas bisa yang mematikan bagi pembela kejahatan. Atasan sekalipun karena bertindak tidak semestinya, berani dia nyatakan salah dan dia benarkan. Dia membuang diri sebelum dibuang oleh yang melahirkannya. Dia salah kodrat, karena lahir di lingkungan yang berbeda dengan apa yang ia cita-citakan. Konfrontasi baginya makanan sehari-hari demi kebaikan dan kebenaran. Sikap yang teguh, berani, dan apa adanya.
Salam Damai.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H