Media, baik cetak ataupun elektronik merupakan sarana untuk menyebarkan pemberitaan yang memiliki kaidah-kaidah jurnalisme yang telah diatur. Tentu semua yang berkecimpung di dalam perusahaan media telah memegang hal tersebut sebagai pedoman. Obyektivitas akan menjadi panglima. Berita, obyek pewartaan akan dapat di dekati dari berbagai sudut, itu yang akan menjadi nilai lebih lembaga penyiaran dan para pekerja yang telah menemukan sudut-sudut pandang berbeda pantas mendapatkan apresiasi.
TV One yang memiliki pilihan sebagai televisi berita dan olah raga, memiliki semboyan TV One memang berbeda, tentunya yang dimaksudkan ialah berbeda dengan televisi-televisi yang lain. Bagus dan perlu mendapatkan apresiasi dan penghargaan ketika hal tersebut benar-benar menambah wawasan pemirsa sehingga mendapatkan sudut pandang yang beragam.
Beberapa waktu terakhir bukan menambah pemahaman secara menyeluruh namun mengambil sudut sebaliknya, yaitu sesuatu yang tidak mendasar namun berbeda dengan yang lain. Ini bukan memang beda, namun waton sulaya, asal berbeda. Contoh berikut memberikan gambaran tersebut.
Ketika semua media menyoroti mengenai perselisihan di MK karena PHPU, pembahasan banyak hal, TV One menyajikan mengapa UU mengenai mencontreng yang belum dicabut sudah kembali ke coblos. Ini baik dan memang berbeda, namun mengapa bukan sejak pilkada, pilleg, dan setelah pilpres selesai, dan posisi di PHPU menuai banyak kritik dan masukan dari berbagai pihak, terutama dari hakim-hakim Konsitusi.
Pemberitaan mengenai saksi-saksi yang kurang menguatkan gugatan tim nomor satu, bagaimana malah melemahkan gugatan bukan mendukung, semua media mengulas tersebut. TV One memang beda dengan menyajikan bahasa tubuh oleh pengacara KPU, pengacara pihak terkait, yang dinilai sebagai lelah, tidak baik bahasa tubuhnya. Pembahasan luar biasa tidak ada yang salah, namun mengapa tidak membahas pengacara pihak penggugat yang lemah dalam menghadirkan saksi. Saksi yang emosional dan bahkan bisa dikatakan menghina lembaga peradilan.
Hasil DKPP telah keluar, pemberitaan media berkaitan dengan apresiasi adanya penghukuman dan penghargaan pada penyelenggara pemilu. Memang beda membahas mengenai kesalahan yang dilakukan oleh penyelenggara sebagai hal yang mengurangi nilai yang dihasilkannya, yaitu presiden dan wakli presiden. Mengapa tidak membahas ketika pilleg yang dilakukan oleh lembaga yang sama dan persoalan yang tidak berbeda pula.
MK telah mengetuk palu, berarti keputusan final dan mengikat itu telah dijatuhkan. Pilihan rakyat mayoritas sama dengan pemikiran hakim konstitusi. Itu harus diapresiasi bukan karena suka atau tidak suka. TV One menyajikan yang berbeda, bagaimana ada narasumber yang dipanggil dan menyatakan polisi telah mengepung gedung itu dan adanya kekuatan yang menganggap negara dalam keadaan gawat, dan dibandingkan dengan tahun ’98 yang dinilai level keamanan sama siaga 1, entah narasumber ini kehabisan kata-kata atau karena terlanjur bersemangat menggebu untuk mendukung salah satu calon sehingga apa yang dinyatakan tidak mendasar berkaitan dengan keadaan di lapangan dan kepentingan pihak keamanan.
Polisi yang mengamankan oleh media lain dianggap sebagai biasa saja. TV One menilai berlebihan dan bahkan berlaku berlebihan sehingga ada yang terluka dan menderita sampai masuk rumah sakit. Memang Beda dapat juga sebenarnya membalik dengan kritis mengapa ada massa yang berkumpul, ini oleh siapa, dan mengapa, bukan langsung menilai pihak kepolisian sebagai bertindak berlebihan.
Media-media menayangkan dan memberitakan mengenai hasil sidang MK dan yang berkaitan secara langsung, TV One memberikan warna yang berbeda dengan perlakuan polisi dan pihak keamanan, mengapa tidak memberikan penilaian yang sungguh berbeda siapa nanti yang akan menanggung beaya kerusakan taman, siapa yang membersihkan sampah yang ditinggalkan, dan beaya yang di rumah sakit. Jangan-jangan pemprov DKI harus menanggung itu semua, taman, beaya rumah sakit, padahal ini bahan kritik mereka atas kinerja Jokowi.
Beda baik dan bahkan sangat bagus sehingga memberikan pemandangan dan penilaian utuhh menyeleruh namun bukan asal berbeda atau dalam bahasa Jawa waton sulaya.
Salam Damai.
[1] Asal Berbeda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H