Persoalan anggaran DPRD Jakarta banyak memberikan kepada kita pembelajaran, baik hukum, politik psikologi massa, ataupun kelucuan demi kelucuan. Pelajaran dari berbagai pernyataan ataupun tingkah polah para pelakunya. Saling tuduh saling hujat ataupun perang opini demi opini.
Sekian lama belum berakhir, selain adanya harapan membaik ketika ada pertemuan Presiden, Gubernur, dan Ketua DPRD. Keputusan yang terbaik semoga bisa menjadikan pembangunan Jakarta lebih baik.
Taufik
Pribadi yang paling getol menyuara yang intiknya ABA, Asal Bukan Ahok. Apapun mengenai Pak Ahok akan bisa dinegasi oleh Pak Taufik. Berkali-kali, persoalan ada pada pilihan Pak Ahok untuk keluar dari Gerindra, atau jangan-jangan sudah sejak lama, posisinya yang tersingkir oleh kedatangan Pak Ahok. Apapun keputusan Gubernur akan dapat dipastikan dicela dan dicari-cari permasalahannya. Persoalan demi persoalan di antara mereka berdua selalu saja hangat dan bahan yang menjanjikan bagi media, soal gubernur tandingan Pak Taufik juga mendukung tandingan, bukan memihak Pak Ahok. Puncak perseteruan ada pada anggaran yang berujung pada saling tuding, saling tuduh, dan saling lapor adanya dana siluman. Satu melapor ke KPK, satu memasukkan laporan ke Bareskrim. KPK belum beranjak dan Bareskrim telah menetapkan beberapa tersangka di pihak pemerintah. Peluru diperoleh, Pak Taufik menyatakan dengan bahasa yang gampangnya dipahami, “Lihat tuh, yang maling, ngerampok, kalian, wong yang dinyatakan tersangka, dari pihak kalian.” Apa yang menjadi simpulan Pak Taufik ini, menjadi pembenar bagi orang-orang yang suka dengan proses instan dan cepat percaya dengan opini dan fenomena.
Ariel
Beberapa tahun lalu, kita dihebohkan dengan menyebarnya video porno dengan para pelaku yang sudah kita kenal. Aktornya satu dengan beberapa artis. Aktor tersebut telah kembali ke kancah percaturan selebritas nasional. Penjara telah dia rasakan, persidangan telah dia jalani, dan kembali ke jagad musik nasional lagi. Namun apa yang dia alami, hanya sendiri, sidang, vonis, dan menjalani penjara. Hubungan badan yang direkam dalam film tersebut tentunya tidak sendirian, kalau sendirian kan tidak akan jadi film porno, paling-paling tindakan cabul solois. “partner”-nya sama sekali tidak disentuh, bahkan bergembira ria dalam berbagai acara di televisi, tertawa-tawa, berjingkrak-jingkrak, sedangkan “partner”-nya dalam film sedang di dalam penjara.
Hukum Kita
Dua dunia yang jauh berbeda, selain sama dalam menunjukkan hiburan, jagad politik dan dunia musik, namun ketika berkaitan dengan hukum memiliki hasil yang mirip. Ariel menanggung penjara tanpa partner, berbeda ketika melakukan adegan yang membuat dia dihukum. Dunia politik menyajikan keadaan yang mirip, apalagi ketika opini telah terbentuk bahwa pelaku dana siluman hanya pemerintah, dan DPRD aman. Jangan-jangan nanti mereka aman sedangkan para pejabat masuk sendirian. Apalagi pak taufik mendukung pula mantan anggota dewan yang hendak menuntut tuduhan para demonstran yang menyatakan mereka terlibat dalam pengadaan UPS periode yang lalu.
Pelaku video porno, minimal dua, jauh lebih banyak itu pasti. Aktor dan artis minimal dua, perekam, pengganda, dan ada lagi lah. Lucu kalau hanya satu. Pembuat anggaran tentu minimal dua pihak, pihak bukan orang, kalau hanya satu pihak saja, aneh juga. Kalau memang hanya pejabat pemerintah yang memasukkan anggaran gelap, bagaimana pengawasan mereka? Jangan pura-pura bersih dong. Kan tidak mungkin kalau ada yang aneh diam saja, dan berlaku bersih, di mana tanggung jawabnya?
Janganlah ada Ariel-Ariel yang menanggung kesalahan dan pidana komunal menjadi pribadi. Saatnya bongkar-bongkaran demi kebaikan bersama, demi bangsa yang lebih bersih.
Salam Damai.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H