Pertama-tama apresiasi patut diberikan kepada TNI yang berupaya membuat sepak bola Indonesia berjaya. Tahun yang silam mereka merekrut prajurit khusus yang ikut divisi utama. Usaha yang layak untuk diacungi jempol. Kali ini ada khusus PS TNI untuk ikut dalam turnamen.
Sama sekali tidak ada masalah untuk hal itu, juga layak juga permainannya sehingga usaha itu tidak sia-sia. Paling tidak bisa juga berbicara banyak.
Tadi siang, melihat arak-arakan truk TNI yang kelihatannya akan meramaikan pertandingan PS TNI. Kalau tidak salah ada sekitar 5-7 truk penuh, plus satu mobil kecil, dan satu bus. Beberapa hal yang patut dicermati bersama, atau kalau ada yang tahu bisa urun rembug.
- Ingat saat masuk terminal beberapa tahun lalu, saya mahasiswa, di depan saya ada TNI masuk begitu saja, dan saya ditarik retriusi. Saya protes dan petugas menyatakan itu aparat negara. Sangat tidak masuk akal, uang lima ratus malah aparat gak bayar sedang mahasiswa bayar. Jangan-jangan pemahaman petugas di stadion juga sama, mereka aparat negara sehingga tidak bayar. Kalau demikian,sangat tidak adil bagi klub atau kesebelasan lain. Berapa saja mereka harus membayar sedangkan PS TNI mendapatkan suporter dengan “hak khusus.” Memang ini gawe mereka dan mereka berhak untuk mendapatkan beberapa hak istimewa. Namun tentu tidak boleh berlebihan sedangkan penonton lain hanya menjadi “tamu” yang nyempil di stadion?
- Mobilisasi suporter dari beberapa daerah, bea untuk BBM angkutan, ini dari mana? Kalau negara atau institusi, tentu tidak adil bagi klub lain. Ingat bahkan ada yang menyabung nyawa dari Malang dan Surabaya. Suporter klub lain harus berusaha keras dengan uang sendiri.
- Dulu telah sepakat bahwa dana APBD dan APBN tidak boleh lagi mengucur ke klub, setelah sekian lama tidak ada peningkatan prestasi yang signifikan. Jangan sampai hal yang identik bisa terjadi dengan cara lain dan lembaga lain. Sponsor atau pembina bagi klub baik dan harus sehingga bisa menjadi harapan perbaikan prestasi, namun menjadi lucu ketika suporter pun juga dibeayai. (Ini emang masih berupa asumsi, darimana dana untuk itu).
- Beberapa perusahaan baik plat merah atau swasta menjadi sponsor klub besar di luar negeri, mengapa hal ini tidak diminta untuk dialihkan bagi klub olahraga di dalam negeri lebih dahulu. Benar bahwa mereka berhak untuk menggunakan dananya untuk apa saja, namun perlu juga memikirkan bangsa sendiri tentu tidak ada salahnya. Mana ada perusahaan luar yang mau jadi sponsor bagi cabor kita yang minim prestasi.
Pekerjaan rumah kementrian olah raga banyak banget, dan seperti tersedot habis hanya untuk sepak bola saja. Belum lagi menyentuh bidang pemuda yang tidak kalah memrihatinkan. Amuk massa hampir semua ada pemudanya. Membakar ketika perselisihan pilkada ataupun pemilu, selain itu juga soal sepak bola dengan suporternya. Sayang energi berlebih itu sia-sia saja. Perlu dipikirkan energi itu disalurkan untuk hal yang jauh lebih positif.
Salam Damai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H