Rumah Makan Padang, paling terkenal di Indonesia, hampir seluruh kota rumah makan yang satu ini tentu ada. Mengenai harga relatif sama, dan paling aman dari kata “dikepruk,” harga yang dimark-up karena belum kenal. Sajian makanan yang mengundang selera. Apalagi pelahap sambel, sudah barang tentu akan suka ria di rumah makan Padang.
Salah satu resep dan andalan kudapan rumah makan Padang, diakui penikmat kuliner dunia sebagai makanan terenak sedunia, yaitu rendang. Namun masih ada yang khas dari rumah makan Padang, yaitu:
Cerita nyata yang baru diketahui alasannya.
Saya pernah hidup di kota yang didominasi warung makan Padang, sedang warung Tegal, hanya satu dua, dan bukanya pun satu dua kali setiap kesempatannya. Bulan puasa, banyak warung yang tutup. Buka satu-satunya warung Padang, yang pas dengan kantong kami. Dengan percaya diri kami bertiga makan, dan saat membayar, betapa kaget, kami karena habisnya tiga kali lipat kalau kami membeli dengan cara dibungkus.
Menyaksikan salah satu tayangan televisi, ternyata sejarah panjang mengenai hal ini, mengapa ketika membeli nasi Padang itu sangat murah kalau dibungkus dibandingkan membeli di tempat. Sejarah warung makan Padang, zaman dahulu, hanya orang berduit, dalam hal ini pejabat kerajaan dan Belanda, waktu masa penjajahan, sedang rakyat jelata tidak boleh membeli di tempat, harus dibungkus dan dibawa pulang. Harga yang diberikan relatif lebih murah dan dibebankan kepada pembeli di tempat yang akan diberi harga yang relatif lebih mahal. Subsidi silang yang diterapkan dengan baik bagi konsumen yang “kaya” dan yang “miskin”.
Mengapa beli nasi Padang dibungkus nasinya pasti banyak?
Pembeli nasi yang dibungkus kebanyakan adalah petani, karena lahan di Padang relatif banyak sebagai pertanian, banyak petani yang membeli bekal ke warung, karena kan tidak boleh membeli di tempat. Maka nasinya diukur sebagai takaran wong macul, orang yang mencangkul, lebih banyak membutuhkan energi dan itu diperoleh dari karbohidrat, di dalam nasi. Lauk relatif sedikit dan biasanya nasinya berlebih ketika dimakan. Nasinya masih banyak sedangkan lauknya habis terlebih dahulu.
Mungkin saja para penjual nasi Padang saat ini banyak yang tidak tahu mengapa mereka memberikan harga yang berbeda terhadap konsumen makan di tempat dan membeli dan membungkus nasi untuk memakan di tempat lain. Mungkin juga tidak tahu mengapa membungkus nasi lebih banyak dibandingkan lauknya ketika membeli untuk dibawa pulang.
Salam Damai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H