Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sertifikasi Guru Harapan Tinggi dan Realisasi

15 Januari 2015   15:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:06 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pagi-pagi ada rekan guru yang memberitahukan bahwa sedang ada rumor bahwa sertifikasi guru akan dihapuskan. Ide pemberian sertifikasi guru adalah meningkatkan taraf hidup guru sehingga bisa mengajar dengan profesional dan tidak terbebani mengenai faktor ekonomi. Gagasan yang bagus dan membahagiakan, karena guru bisa berdiri sejajar dengan profesi-profesi lain. Gaji yang menjanjikan menjadikan sekolah-sekolah tinggi keguruan serta fakultas keguruan yang dulunya sempat sepi peminat berubah menjadi salah satu fakultas favorit.

Fakta kesejahteraan guru meningkat, tidak bisa diabaikan. Parkiran sekolah-sekolah baik negeri, sekolah dasar negeri pun saat ini tidak heran ada minimal satu mobil yang terparkir. Ide awal telah tercapai, yaitu kesejahteraan guru yang diwakili mobil telah tercapai. Rumah-rumah guru juga layak bahkan beberapa sudah masuk kelas mewah. Hampir tidak ada lagi guru yang berjalan kaki, atau naik sepeda sebagaimana lagu Oemar Bakri, bahkan semua punggung guru sekarang dihiasi tas bermerek dengan laptopnya. Guru telah naik pangkat kesejahteraannya.

Rekan-rekan guru dulu sering mengatakan kalkulator guru itu luar biasa, bagaimana gaji yang pas-pasan selalu saja bisa memenuhi kebutuhan dan sekolah anak-anaknya, hal ini sekarang sudah mulai berkurang. Sewajarnya kalau kalkulatornya sudah baik, tentu konsentrasi mengajar sepenuhnya, persiapan, pengajaran, dan pendidikan bagi anak didik sepenuhnya.

Fakta yang ada di lapangan ialah, gaya hidup meningkat, namun kinerja masih sami mawon. Ingat saat rekan guru ditegur kepala sekolah karena bel masuk kelas sudah berbunyi 15 menit namun masih asyik menyusun berkas data yang berguna untuk pencaiaran dana sertifikasi periode beikutnya. Ide untuk memberikan dana lewat rekening untuk mengurangi suap dan potongan masih saja bohong. Cara-cara untuk mencari keuntungan pihak-pihak tertentu masih saja ada. Guru masih pontang-panting untuk menyiasati itu, bahkan amplop juga masih berlaku. Persoalan administrasi masih banyak celah dan lobang yang perlu perbaikan.

Gaya hidup guru yang meningkat drastis tidak diikuti dengan pola kerja dan peningkatan kemampuan. Seorang petugas keamanan sebuah bank berkomentar kalau ada mobil tidak bisa memarkir, sudah pasti guru. Mengapa demikian? Penerima sertifikasi saat ini kebanyakan guru senior yang membeli mobil sedangkan peningkatan skil mengemudi sudah sulit dicapai, maka akan merepotkan pihak lain seperti petugas bank tersebut.

Laptop akan menjadi sebuah tanda kemajuan bagi seorang guru dan media pembelajaran memang penting bagi pendidikan. Persoalannya adalah media itu hanya akan menjadi benda mati kalau operatornya masih sama saja. Bagaimana kemampuan mereka akan meningkat kalau dasar dari laptop adalah mesin tik, yang tidak mereka kenal, apalagi PC, yang merupakan benda mewah bagi guru saat itu, belum lagi internet dan segala tetek bengeknya. Lompatan teknologi tanpa dasar ini, bagi yang tidak mau maju sulit mengejarnya, lumayan kalau tidak kaget dengan kemajuan yang ada.

Budaya baca yang masih rendah, apalagi budaya tulis. Kemampuan guru akan terasah dengan membaca, jendela dunia akan terkuak, bagaimana kalau jendela itu tidak pernah ditutup. Membaca saja rendah apalagi menulis. Padahal dunia pendidikan tidak akan pernah lepas dari baca-tulis.

Beberapa catatan kecil tersebut bisa menjadi cerminan besarnya harapan adanya sertifikasi guru, namun perlu juga mengerti adanya persoalan-persoalan yang masih melilit dunia pendidikan. Pendapat saya, sertifikasi guru masih perlu dan bahkan mutlak, perlu adanya perbaikan dan cara meningkatkan kualitas guru yang makin profesional. Penilaian kualifikasi guru yang layak, evaluasi peningkatan keprofesionalan, dan apakah benar-benar telah menghasilkan kualitas pendidikan yang semstinya, perlu dilakukan dengan jujur dan terbuka.

Salam Pendidikan....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun