Saefullah Tidak Mendengar, Taufik Kehilangan Saksi, Siap-Siap Masuk Bui
M.Taufik menyatakan kalau Ahok setuju dengan penghilangan tambahan kontribusi dinyatakan saat pertemuan informal. Apa yang “dinyatakan” Ahok tersebut menjadi perdebatan berkepanjangan apalagi hingga membawa adik M. Taufik yaitu Sanusi masuk persidangan KPK dengan OTT. Taufik menyatakan bahwa kata-kata Ahok ini juga didengar oleh saksi Saefullah.
Ditanya media, Saefullah menyatakan apa yang sangat tidak diharapkan oleh Taufik, yaitu dia tidak mendengar karena posisi duduknya tidak dekat. Saefullah juga mengatakan, belum tentu juga ia ingat apa yang pernah dikatakannya apalagi kata orang. Sangat menarik adalah, dengan pernyataan Saefullah ini, Taufik tentu kehilangan saksi kuat untuk bisa menyelamatkan diri. Saksi menjadi penting dalam konteks ini. Bukti jelas saja memberatkan posisinya, karena ada dua data yang berbeda.
Apa yang terjadi ini bisa saja jebakan Ahok. Ahok sebagai pengusaha dan naluri berusahanya tahu dengan pasti kalau pengembang tentu enggan untuk memberikan kontribusi yang cukup besar itu. Jelas mereka tidak akan rugi, namun keuntungannya menjadi berkurang. Tidak mungkin tidak kalau Ahok tidak menyadari hal ini. Bisa saja Ahok mengatakan itu sebagai jebakan bagaimana sikap yang akan diambil oleh dewan dalam hal ini Taufik. Dia tahu juga posisi yang nyaman akan diambil oleh oknum yang mencari-cari kesempatan yang bisa dipakai untuk kepentingan diri dan kelompok oleh dewan. Hal ini hanya Ahok dan Taufik serta Yang Kuasa yang tahu. Apa akibatnya? Ya jelas posisi lemah ada pada Taufik yang terjebak pada permainan ini.
Naifnya Taufik jika benar demikian adalah, betapa tingkat permainan politiknya sangat kanak-kanak yang begitu percaya ada perkataan seperti itu, karena pada sisi lain, Ahok getol bahkan sempat mengancam jajarannya untuk tetap mengamankan kebijakannya ini. apa yang dilakukan pihak eksekutif selalu direkam, juga ketika ada pertemuan dengan legeslatif, artinya apa? Posisi gubernur sangat aman, berbeda dengan kondisi Taufik yang justru ada pada ujung tanduk.
Saefullah, mengaku kalau hubungannya dengan Taufik biasa saja bahkan lebih akrab antara Ahok dan Taufik. Padahal Ahok mengatakan kalau Taufik dan Saefullah telah bekerja sama untuk mengangkat gubernur dari Betapi asli. Dari sini bisa dibaca bahwa Taufik pada posisi yang tidak aman dan nyaman karena Saefullah yang diharapkan menjadi saksi menguatkan bahwa Ahok yang menyetujui penghilangan kontribusi tambahan berkata tidak mendengar karena posisi duduknya yang tidak dekat. Pada sisi lain juga ia mengatakan kalau apa yang dibicarakan pada pihak eksekutif selalu direkam dan itu bisa didapatkan karena memang ada petugas yang merekam.
Sederhana pernyataan Saefullah ini, namun tidak demikian pada implikasi politik dan koruptifnya. Bagaimana Taufik bisa mencari lagi penguat untuk ide penghilangan kontribusi tambahan ini. Karena pihak Ahok memliki bukti dan saksi yang tidak sedikit. Rekaman itu menjadi bukti yang sulit dibantah, sedangkan perkataan Ahok yang dikatakan secara informal tidak ada bukti apalagi saksi.
Akibat tidak langsung, bisa juga Gerindra membatalkan dukungannya pada Saefullah sebagai pendamping Sandiaga Uno. Taufik tentu tidak rela kalau partainya mendukung orang yang tidak mau mendukungnya mengamankan diri. Posisi strategis yang dimiliki Saefullah, jika ia mengatakan iya benar saya mendengar, tentu ia tidak bisa memberikan bantahan bagaimana rekaman mengatakan sebaliknya, tentu dia tidak mau bahwa ia dikaitkan dengan kasus ini dan malah masuk penjara. Artinya Saefullah bisa masuk penjara dengan tidak mendapatkan apa-apa, hanya menjatuhkan Ahok dengan bukti yang sangat lemah. Tentu Ahok tidak akan tinggal diam, dan dia kehilangan banyak kesempatan. Berbeda jika ia mengatakan tidak mendengar, meskipun posisi cawagub lepas namun ia masih tetap bisa berharap di birokrasi sebagai PNS tetap masih bisa berjalan.
Sayang Taufik ternyata belum sekaliber dengan cara ia berkata-kata. Permainan sangat sederhana dimainkan pihak lain dan dia masuk dengan kegembiraan besar. Jelas kalau pengusaha pasti akan suka ria mendengar adanya penghapusan kontribusi ini, namun ia lupa bahwa Ahok melakukan banyak hal yang mendukung bahwa ia tetap pada pilihan tidak akan mengurangi. Taufik seharusnya belajar apa yang dikatakan Ahok itu tidak sesederhana apa yang terucap, apa ia lupa bagaimana pas mau memilih wagub kalauitu, kadang mengatakan Boy, lain media ia minta Dian Sastro, lain waktu ia mengatakan mau ibu-ibu biar ada kesejukan, ada pula mengatakan Djarot, dan akhirnya Djarot. Soal Heru yang ia tuduh mau memboikotnya karena tidak menjalankan programnya, yang ia nyatakan hanya becanda, dan banyak lagi.
Saefullah tidak jadi cawagub namun masih bisa berkarir di pemerintahan, namun bagi Taufik, pintu gerbang bui makin terbuka. Siapa yang memainkan gendang dan siapa yang menari bisa disaksikan dengan gamblang sebenarnya, jika mau berhati-hati dan tidak terjebak oleh keinginan karena ketamakan.
Salam