Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Resolusi Kocak: Menjadikan Rizieq Nasionalis

23 Januari 2017   10:00 Diperbarui: 23 Januari 2017   10:17 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Diskusi hangat, penuh persaudaraan, dan diiringi dengan derai tawa, makan camilan ala pesta rakyat, kacang rebus, ubi bakar, minum kopi hitam, dan tidak ada jarak. Habib Riziek tidak lagi garang namun lembut, mendengarkan, dan teduh menyimak apa jawaban yang aku sampaikan. Beliau mengundangku untuk urun rembug bagaimana FPI ke depan terutama 2017 ini.

Aku awali dengan tawa ngakak, bagaimana tidak, lha jelas-jelas tulisanku selalu tidak mendukung pola kerja dan tindakan mereka, lha napa malah ngundang aku. Sambil menepuk-nepuk bahuku ia mengatakan bahwa ia suka bahasa blak-blakan bukan semata membela dan jelas percaya Kompasiana jaminan mutu bagi kemajuan mereka.

Pertama, perjuangannya dengan kelompoknya selama ini ada baiknya juga, paling tidak soal semangat. Lihat saja sekian lama dengan bendera, cara kerja, dan pola yang identik. Semangatnya seolah tidak ada matinya. Semangat militansi yang bisa dikemas, dipoles, dan dijadikan lebih positif, lebih berdaya guna bagi kepentingan umum bukan semata kepentingan pribadi dan kelompok. Ia manggut-manggut, sambil mengelus jenggot panjangnya. Namun perlu dicatat, bahwa sering apa yang awalnya semangat dan spirit ini kebablasen dan itu yang menjadi momok bagi kelompok yang kena pelaporan, serangan, apalagi kalau sedang melakukan kegiatan dibubarkan. Coba semangat yang berapi-api ini disalurkan dengan lebih baik kan keren.

Kedua, fokus kegiatan. Menyikat penyakit masyarakat. dari tahun ke tahun, sweeping, penutupan warung, penyitaan miras, itu baik, jangan sampai dinikmati oknum di lapangan lho. Dia ngakaklebih keras dan menyambung bisa saja demikian, kan gak tahu juga di bawah dan di lapangan bisa saja melenceng. Masukan lagi, napa juga narkoba, apalagi korupsi tidak ada tindakan sekelas kutukan saja tidak ada apalagi sweeping dan pengerahan massa. Jangan salah lho narkoba, korupsi itu jauh lebih merusak dan menggerogoti sendi-sendi kehidupan secara besar-besaran. Kaca matanya perlu dikir lagi biar lebih bagus melihat keadaan.

Ketiga, gigih. Lha ini layak dicontoh, asal tidak memaksakan kehendak dan kekerasan. Pengerahan massa yang militan boleh saja ketika semua jalan sudah mentok dan demi kepentingan umum, bukan kepentingan penggede sendiri dan pesanan kelompok, masuk juga masukan nanti point berikut. Kegigihannya patut mendapatkan acungan jempol, namun ya itu coba untuk bangsa dan negara. Meninggalkan primordialisme dan lebih murni tidak main politik dan kepentingan segelintir elit kelompok apalagi bangsa.

Keempat, konsisten. Konsistensi ini bisa dengan mudah dimanfaatkan oleh kepentingan lain. hati-hati model ini, menunggangi dan melepaskan tanggung jawab jika tidak ada keuntungan. Jangan sampai kelompok yang sudah dibangun itu hanya dijadikan tameng, ban serep, dan kambing hitam sekelompok orang yang mencari aman dan keuntungan sendiri.

Kelima, ini penting dan perlu mendapatkan perhatian lebih. Selalu menyalahkan pihak lain atas ulah, kesalahan, dan perilaku sendiri. Berkali-kali melaporkan orang, lembaga, atau pihak-pihak yang dinilai berbeda, namun ketika mendapatkan balasan malah mencari-cari kambing hitam. Mau meneliti kebaikan tapi juga kelemahan dan kesalahan itu ciri pemimpin dan kelompok besar. Coba berapa saja artis yang harus ribet dan ribut dengan mereka, berapa warung harus tutup dan hancur, belum lagi orang-orang yang sedang beribadah harus kocar-kacir.

Beeer....lha malah diguyur air, tadi senyum-senyum....ternyata aku ketumpahan kopi dari jendela pas aku menejelaskan dengan berapi-api, kopi itu tersenggol. Lha dalah mimpi to ternyata...

Aku ingat-ingat, sambil ngelap air kopi, gimana bisa seperti itu.....

Hujan tidak berhenti sejak pagi, rintik sih bukan deras yang membuat banjir dan genangan di sana-sini. Usai dari gereja, makan, nongkrongi Sentilan-Sentilun, sambil ngopi dan gorengan yang dibeli di ujung jalan sana. Lezat, hangat, dan gurih yang membuat nagih, soal sehat belakangan, he..he....bola masih beberapa jam lagi yang pertama, ah ambil bantal dan sarung, sambil meringkuk hangat biasanya nyaman apalagi Butet asa njeplaknya kumat.

Suara teve sudah tidak terdengar lagi di telingaku, malah makin hangat saja badan ini. Dan jatuhlah tertidur, bola mulai, dan mimpi itu terbawa karena membaca berita berjalan soal kasus Habib Riziek dan bacaan Kitab Suci di gereja, soal bagaimana nanti anak domba akan makan bersama singa, bayi akan bermain dengan ular tedung....

Jayalah Indonesia!

Salam 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun