Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perkosaan itu Karena Perempuannya, Dosen Killer Dibunuh itu Wajar, Maling Ketangkep itu Apes, Sesat Pikir atau Tidak Mikir? (Penyelesaian Kambing Hitam)

6 Mei 2016   06:28 Diperbarui: 6 Mei 2016   07:21 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perkosaan itu Karena Perempuannya, Dosen Killer Dibunuh itu Wajar, Maling Ketangkep itu Apes, Sesat Pikir atau Tidak Mikir? (Penyelesaian Kambing Hitam)

Soal nama atau istilah tidak menjadi penting. Beberapa hal mengemuka adanya pembelokan masalah sepertinya korban itu justru menjadi pesakitan dan pelaku malah aman sejahtera. Akhir tahun hingga awal tahun yang baru lewat, kita disuguhi drama YANG MULIA, dewan dengan argumennya yang sok alim dan benar, padahal jelas sesat, saya dulu tidak lulus mata kuliah logika, jadi lupa istilahnya apa, yang jelas mencoba pembusukan dengan seolah-olah benar.

Pertama, perkosaan itu perempuannya menggoda, baik pakaian, perilaku, atau sikapnya. Dan dasar ini akhirnya dibelokan ke arah suka sama suka. Entah pola pikir darimana, sudah diperkosa malah dipojokkan, dan dipersalahkan dengan berbagai-bagai dalih dan pembenar oleh pelaku dan pendukungnya. Perkosaan jelas saja nafsu binatang  laki-laki yang dipaksakan pada perempuan, soal alasan itu nomor dua, yang utama perkosaan. Kriminal dan mengenai alasan hanya meringankan dan bukan  malahmenyalahkan korban seolah-olah jadi pelaku dan pelaku mendapatkan pembelaan berlipat-lipat.

Kedua, dosen dibunuh, karena killer,pembunuh mendapatkan “pembelaan” seolah-olah pelaku dendam itu sah, salah sendiri harus killer,dan bagi yang biasa tegas/galak/displin kalau mendapatkan kekerasan silakan ditanggung risikonya. Pemikiran entah mendapatkan pembenaran dari mana, bagaimana disiplin hendak ditegakkan jika malah  bentuk perlawanan dengan kekerasan ini malah mendapatkan toleransi dan pembenaran yang bisa mendapatkan pembenaran akan perilaku jahat dan kriminalnya atas nama dosen killer?Bisa-bisa perilaku zaman kuno soal gigi ganti gigi menjadi hukum yang dipakai lagi.

Ketiga, maling ketangkap kog apes, itu bukan apes tapi konsekuensi logis atas perbuatan. Maling alias korupsi seolah tradisi baik kalau tertangkap itu sial atau apes. Jelas saja salah dan keterlaluan. Bagaimana kemudian mereka merasa seolah-olah korban atas konspirasi jahat, menjadi sasaran ketidaksukaan lawan politik atau yang tidak suka, dan menjual derita seperti ini yang akhirnya tidak menyelesaikan masalah dan malah menjadi masalah yang berlebihan di kemudian hari.

Beberapa sikap tersebut bisa menimbulkan hal-hal berikut:

Kesalahan itu bisa dicari pembenar dan ketika bisa menggiring opini dan banyak pendukung bisa lepas. Lihat bagaimana pelaku kriminal bisa dilepas karena kantor polisi digerudug massa. Izin bisa tiba-tiba dicabut karena aparat penegak hukum kalah banyak dengan massa. Sering kita temui kasus-kasus demikian. Apakah negeri ini beradab atau biadab?

Hukum dan kebenaran itu sesuai kepentingan dan kekuasaan, yang besar dan banyak pendukung dan penganut bisa memutarbalikan keadaan.  Berkali-kali, berulang kasus demikian terjadi. persoalan yang justru ditunjukkan dan dipertontonkan oleh elit politik dan pejabat baik daerah atau pusat. Salah satu apa yang dikatakan oleh Fuad Amin, uang yang ia terima itu rezeki, mosok harus ditolak.

Praktek jual beli pasal dan membeli penegak hukum menjadi biasa, kalau ketangkap kembali alasan apes sebagai andalan. Tidak heran dari pengadilan negeri hingga MA ada kasus demi kasus yang diungkap berkaitan dengan hal ini. Di  pengadilan sana kalah, di sini bisa menang, penafsiran seenak wudel bisa dillakukan karena sudah kena jerat uang.

Praktek Penyelesaian Kambing Hitam,didikan anak-anak yang sering kalau jatuh dikatakan sebagai  lantainya jahat, selain mencari kambing hitam juga dendam dan itu dinilai sebagai hal yang wajar.

Perilaku Tidak Bertanggung Jawab dan Melempar Batu Sembunyi Tangan,jangan heran kalau ramai-ramai berani dan saat sendirian menangis meraung-raung. Hal ini sering kita jumpai bukan? Berani dan benar karena kekuatan massa , bukan kebenaran hakiki, dan itu bagi sebagian sebagai hal yang sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun