Seksualitas itu sejatinya adalah kita, namun mengapa jarang dibicarakan di area yang terang benderang dan malah di ranah remang-remang yang bisa membawa bencana? Anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa pun sering mencari-cari sendiri mengenai hal ini. apa yang terjadi? Jika (asumsinya) benar akan mulus sampai tujuan, namun jika ketemu orang buta sedangkan kita sendiri buta, ya maaf, masuk parit ramai-ramai.
Keprihatinan yang berawal dari pengalaman konkret, pertama kisah yang disampaikan guru, pas mengetahui seorang gadis siswi sekolah menengah atas setiap hari melakukan hubungan badan dengan kakak angkatnya. Ketika dinasihati itu salah dan dilarang agama, ia menjawab dengan santai, enak kog dilarang. Kedua, rekan mahasiswa melihat film biru masih takut, gemetar, dan sangat tegang. Ketiga, seorang menteri yang mengatakan bahwa pendidikan seksualitas itu natural dan tidak perlu diajarkan secara formal. Apakah demikian? Kisah nyata yang menjawab bahwa itu bukan hanya natural, ada sepasang pengantin baru sang istri mengeluh sakit pada pusatnya, apa yang terjadi, ternyata yang dimasuki penis si suami adalah pusat bukan vagina. Jelas menjawab bahwa seksualitas tidak sesederhana/natural itu.
Ketika mendampingi anak sekolah, pada kegiatan luar sekolah, tema ini adalah tema yang paling heboh, menarik, dan membuat anak antusias. Mengapa? Di rumah mereka akan dijawab tabu atau saru jika bertanya tentang seksualitas, demikian juga gurunya. Mengapa jawaban tabu? Jujur saja. Jawaban itu sebagai upaya ngeles karena tidak mampu menjawab. Pro kontra pendidikan seksualitas memang ada di dunia, bukan hanya Indonesia. Hal tersebut bisa dipahami karena seksualitas adalah perkara yang kompleks. Dokter bisa berbicara pada ranah safe sex. Pokoknya tidak menularkan PMS saja sudah bisa dimaklumi, atau yang penting tidak hamil. Bisa diterima secara medis. Intinya adalah kesehatan, psikologi berbeda lagi sudut pandangnya, paling penting adalah moral. Bagaimana boleh, mengapa, dan kalau tidak boleh apa yang menjadi alasannya. Boleh dan tidak, pantas atau tidak ada pada ranah ini.
Kembali heboh ketika ada anak gadis 14 tahun diperkosa 14 pemuda, dan dibunuh. Dari sana muncul lagi gadis 19 tahun diperkosa 19 orang dan diduga dua orang pelaku adalah polisi. Berbagai dalih dan seolah pembelaan bagi pelaku dan tekanan bagi korban, bisa terjadi demikian ini.
Seksualitas itu segala sesuatu mengenai kelaki-lakian dan keperempuanan. Baik segi moralitas, budaya, psikologi, medis, dan seluruh hal ihwal yang menjelaskan aku laki-laki berhadapan lawan jenis sebagai perempuan. Seks atau jenis kelamin hanya salah satu aspek saja.
Seks, jenis kelamin, laki-laki dengan penis dan penunjangnya, serta perempuan dengan vagina dan kelengkapannya sebagai perempuan. Berhenti dan tidak lebih. Jenis kelamin hanya laki-laki dan perempuan.
Gender, pembedaan peran secara sosial dan budaya. Gender bisa berubah, misalnya dulu perempuan hanya bekerja domestik, kini tidak lagi, atau laki-laki rambut bisa gondrong. Beda peran, beda penilaian secara sosial dan kultural.
Kedewasaan seksual bisa ditengarai dengan reaksi yang wajar ketika berbicara mengenai penis, vagina, atau payudara. Sama wajarnya seperti ketika membicarakan tangan, kaki, rambut. Saya mendampingi anak sekolah biasanya memegang rambut ini namanya apa, turun-turun, dan dekat dengan pangkal paha mereka akan tertawa atau sangat takut. Mengapa? Karena takut membicarakan hal yang vital namun sangat jarang dibicarakan. Yang takut biasanya didikan di rumahnya sangat ketat. Pegang saja ditampel atau gak boleh pegang-pegang jorok, dosa, dan sebagainya. Hati-hati bisa vaginismus bagi cewek. Atau yang tertawa karena senang ada tempat untuk eksplorasi dengan bebas dan jujur. Atau ada orang kalau berbicara apapun bisa dikaitkan dengan yang seksual, ini ada sesuatu yang perlu dilihat apakah sehat pemahamannya mengenai seksualitas.
Pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah ciuman bisa membuat hamil. Sekali berhubungan seksual apa bisa hamil, mengapa hubungan di kuburan tidak bisa lepas, dan apakah di kolam renang ada yang ejakulasi sehingga bisa membuat mengandung. Paling miris mendengar pertanyaan apa benar kata komik kalau hubungan ramai-ramai (termasuk perkosaan) tidak membuat hamil, pertanyaan anak perempuan. Ada pula (ini) anak sekolah SMA lho, pernah bertanya: apakah minum sperma bisa hamil.
Jangan dikira anak-anak sekarang tidak tahu apa-apa. Sangat jauh keingintahuan mereka, namun sarana mencari jawaban tidak ada yang  memadai. Pendampingan bagi mereka menciptakan suasana yang nyaman, bebas, dan berani berinteraksi secara terbuka bukan vulgar, terus terang dengan bahasa mereka. Bukan menghakimi, melainkan mendampingi. Sangat penting bagi mereka.
Cakupan yang sangat luas, mulai dari calon janin, bahkan mulai dari sel telur dan sperma hingga masuk kubur menjadi ladang pembicaraan ini. Dari medis hingga moral. Usia masing-masing, dan perkembangan kekinian pun masuk di sana.