Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Penentang Ahok

26 Agustus 2016   07:53 Diperbarui: 26 Agustus 2016   08:05 2463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penentang Ahok

Penentang belum tentu anti, pendukung belum tentu pemuja, dan kalau baca tidak perlu sensi dan nyinyir. Kalau ada perbedaan itu  hanya sudut pandang. Soal arogan, soal kasar, sepertinya Bu Risma juga demikian, mengapa Ahok yang dicap kasar disingkirkan dan membawa yang “kasar” pula? Rizal Ramli apa juga halus, santun, dan lembut? Nyatanya biasa saja bertikai bahkan dengan wapres, kolega, dan biasa saja. Soal etnis dan agama tidak lagi seksi untuk dikaji, karena itu sama juga kembali ke masa pra Boedi Oetomo. Soal SARA yang lalu, dan kini soal kasar, apa benar begitu?

Birokrat lelet

Ini suka atau tidak suka malah tugas MenPAN-RB yang bertanggung jawab, bukan hanya  gubernur dan bupat/walikota. Kinerja yang seadanya, memang sudah banyak berubah, namun di mata Ahok, masih belum  optimal. Tidak heran mereka ini paling keras menilak gubernur dengan segala cara. Jajaran menengah atas menggunakan cara tidak melakukan instruksi sesuai dengan perarturan dan instruksi. Mereka bekerja sebagaimana biasanya, keinginan mereka sendiri, keuntungan mereka, ingat mereka biasanya sudah lebih dari separo menjadi birokrat yang kerjanya ya semua sudah tahu. Hal ini tidak mudah. Resistensi tentu tinggi, belum lagi yang sudah senior dan jabatan tinggal di depan mata, melayang karena sistem berubah.

Level menengah hingga pegawai biasa, selama ini kerja seadanya, main hp, catur, pingpong, dan belanja bagi ibu-ibu, susah juga melakukannya dengan tuntutan kerja yang tinggi. Waktu untuk main games,sms-an, bbm-an, hilang. Masing-masing level tergoncang karena kehilangan kesenangan.  Ini suka atau tidak suka terjadi.

Dewan

Mereka ini sudah sangat lama, bahkan sebelum pilpres pun sudah kasak-kusuk, bahkan ada gubernur tandingan segala. Kemudian interpelasi dengan berbagai-bagai alasan yang kemudian juga mentah di tengah jalan.  Belum lagi pelaporan ke mana-mana, KPK, BPK, bareskrim, semua sudah dilakukan dewan. Dari reklamasi hingga Cengkareng, selalu Ahok dikatakan terlibat. Entah yang pasti hingga kini tidak satupun yang mengantar Ahok ke bui, baik kejaksaan, kepolisian, ataupun KPK. Paling keren, nyanyian seperti kelompok mau outbond,yang meneriakan Ahok pasti tumbang.

 Mereka ini jelas orng parpol dan dewan. Mengapa mereka marah-marah, “berdoa” seperti itu, ah ini cerita basi yang semua sudah tahu bukan? Soal UPS, soal anggaran siluman, soal macam-macam yang biasanya lancar-lancar saja kog, mengapa jadi berubah? Macet krannya. Nyalon mahal, eh gak bisa cari semperan. Tidak heran yang ditangkap dewan, eh mau nyeret-nyeret eksekutif, dan hingga kini belum bisa (lihat belum lho, gak sah sensi masih bisa juga kena, kalau ada bukti).

Parpol.

Ini soal klasik, parpol malas kaderisasi dan comot sana comot sini. Eh pas dapat yang macam Ahok mereka bak kebakaran jenggot, di mana merasa dijadikan batu loncatan, ditinggal pergi, dan sebagainya. Benar soal ini? jika iya, memang hanya Ahok yang tukang pindah partai? Lha yang melamar ke partai mana-mana itu, apa juga tidak bisa dikatakan yang sama?  Masalahnya adalah potensial namun tidak bisa diatur dan membahayakan parpol. Kejengkelan mereka ini bukan soal pindah parpol, tapi gak mau bantu parpol.

Mafia segala jenis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun