Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemerintahan Jokowi, Rezim Positif, Pemberi Harapan Di Tengah Pesimisme

7 Desember 2015   07:15 Diperbarui: 7 Desember 2015   07:29 1708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemerintahan ini mungkin yang paling gaduh setelah masa awal kemerdekaan. Saat itu banyak orang  merasa pantas dan merasa berjasa, sehingga kabinet dan parlemen silih berganti. Ketika kini kedewasaan dan demokrasi makin dewasa, bentunya berbeda. Hari ini pemerintah yang oleh sebagian warga negeri merasa tidak memilih dan memiliki, membuat argumen-argumen yang asal pemerintah tidak baik. Sikap melaju ke depan dan tidak peduli dengan masukan negatif patut mendapatkan apresiasi yang baik.

  • Rastra. Beras rakyat sejahtera menggantikan kata beras rakyat miskin. Ahli psikologi dan motivasi sering mengatakan apa yang dikatakan itu yang akan menjadi kenyataan. Demikianpun semua agama sepakat bahwa apa yang telah diyakini dan diimani lebih banyak terjadinya. Selama ini kita justru telah memberikan label dan cap bahwa akan miskin terus menerus. Hal ini fundamental baik dalam bersikap maupun dalam bertindak. Berbeda dengan yang dulu-dulu mengubah namun bukan esensi, seperti SMA ke SMU ke SMA lagi atau SLTP ke SMP, departemen ke kementrian namun tidak diikuti oleh sikap mental dan perilaku, hanya di atas kertas. Miskin itu termasuk sikap mental. Bagaimana yang kaya saja tidak malu mengaku miskin demi BLT dan kawan-kawan, atau masih ngobyek jelas bukti ada di ketua dewan.
  • Mengurangi Subsidi. Bertahun-tahun hanya berkutat dengan persoalan subsidi. Yang tidak tepat sasaran lah, yang membebanilah, atau memanjakan dan banyak lagi. Subsidi adalah kewajiban negara terhadap warganya yang tidak mampu, dalam pelaksanaan penyelewengan itu masih banyak. Menaikan harga BBM memang akan menjadi gejolak, namun tetap dilakukan karena memang telah terjadi pemborosan. Pengalihan itu juga terlaksana dan bisa.
  • Tindak nyata bukan semata wacana. ide demi ide mencuat, soal bebas narkoba namun tidak berani menghukum tegas. Mengatakan kemalingan laut besar, namun mengamankan tidak pula dilakukan. Sikap memusuhi dari beberapa negara tetangga itu sebuah reaksi sesaat yang sangat wajar, namun keberanian memutuskan itu sangat penting dan terjadi. Sekarang, setahun lewat tidak ada lagi suara sumbang itu.

Optimis bukan berarti membalikan keadaan dengan serta merta.

Semua perlu proses dan waktu. Bayi untuk bisa mengatakan maem saja perlu belajar dan ada yang mengajarkan. Bagaimana Tarzan legenda yang dibesarkan oleh hewan tidak bisa berkata-kata laiknya manusia, karena tidak belajar dan diajar. Demikian pula masyarakat kita, selama ini dimanjakan dengan berbagai hal dan itu memudahkan, maka tidak pernah belajar hidup dalam kenyataan, selain asyik dengan buaian impian.

Selama ini tidak mau membangun waduk dan irigasi, namun mau swasembada beras, wajar tidak? Mau tidak tergantung impor BBM namun tidak membangun kilang baru dan sikap boros BBM di depan mata. Percaya calo yang mengatakan murah impor daripada membuat bendungan dan kilang baru. Iya bagi makelar, bagi negara jelas sesat pemikiran ini. Jangka pendek bagus, namun bobrok untuk jangka panjang. Sikap pesimis dan penakut yang ditanamkan penjajah itu sekarang dipakai oleh para makelar untuk mengelabui rakyat tentang keadaan. Dan itu sukses karena diiyakan dan didukung oleh pejabat-pejabat tamak.

Ada halangan dan tentangan. Orang beriman dan di Indonesia tentu beriman, tahu namanya setan dan itu adalah penghalang orang untuk maju. Apapun yang dilakukan untuk berubah dan maju, kakinya dijerat, kemudian dikatakan ah cengeng begitu saja jatuh.  Orang yang lemah iman dan mental akan tetap di bawah dan meratapi keadaan. Selama ini demikian. mendengarkan kata orang yang belum tentu kebenarannya, menunjukkan sikap minder yang berlebihan. Halangan itu kesempatan bukan malah membenarkan penilaian orang yang hendak mencari keuntungan. Tentangan tentu dari kelompok yang selama in itelah merasakan enaknya mencari keuntungan dari terciptanya pemikiran sempit. Pikiran sempit ini juga dirancang agar bertahan lama.

Kesalahan bukan untuk dihukum namun diperbaiki. Kritik itu baik dan harus, namun hujat perlu dikurangi. Menggunakan energi positif tentu lebih bermanfaat daripada berkutat dengan jelek-jelek dan jelek saja. Harapan perlu dipupuk dan dikembangkan bukan pesimisme yang dikedepankan.

 

Salam Damai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun