Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Otak-atik Pilkada ala Senayan

8 Agustus 2015   12:25 Diperbarui: 8 Agustus 2015   15:27 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

Barisan sakit hati sejak awal telah mengibarkan bendera untuk mencabut mandat rakyat untuk memilih pimpinannya untuk dipilih sendiri. Pertikaian berkepanjangan yang menghasilkan dewan tandingan dan sandera menyandera kepentingan di Senayan, akhirnya dengan berbagai manuver ada jilat ludah, ada yang mendadak lupa, ada pula yang pada periode lalu getol berubah arah, aneka dagelan terjadi, dan sim salabim berubah tetap pilkada tetap langsung.

Rencana hemat energi dengan wacana pilkada serentak. Lagi-lagi terganjanl dengan berbagai dagelan yang seolah benar dan lucu, lagi-lagi dari Senayan. Mulai denga perselisihan Golkar dan PPP. Berbagai cara dan dalih dipakai. Ada yang menuntut menhum dan HAM mundur karena memihak. PTUN demi PTUN dan pengadilan yang sama semrawutnya. Kali ini menang esok kalah dan sebaliknya. Wapres turun gunung dan ada kesepakatan sementara, mulai terurai dan tetap lanjut.

Dana anggaran untuk keamanan tenyata kurang. Digoreng lagi, siapa lagi kalau bukan Senayan, berbagai dalih diajukan, bahaya, polisi harus menyatakan tidak siap perlu diundur. Jaminan keamanan adalah segalanya. Kekurangan itu tidak mampu menggoyahkan ketika polisi menyatakan tidak masalah.

Laporan BPK kalau KPU banyak melakukan pelanggaran mengenai keuangannya. Lagi, Senayan bersemangat untuk menyatakan KPU tidak layak melanjutkan rencana pilkada serentak. Mereka lupa kalau KPU tidak layak mereka juga tidak layak jadi DPR karena dihasilkan oleh organisasi atau lembaga yang tidak layak, sikap mendua yang tidak pernah usai.

Model melarikan diri atau mundur serta tidak ada calon sehingga beberapa tempat hanya memiliki satu calon. Kembali wacana pemilukada langsung serempak akan digoyang untuk ditunda. Tekanan perppu hingga revisi uu pemilukada untuk menggagalkan pesta rakyat ini.

Maling teriak maling soal mahar politik dan politik mahal, namun tidak berani membuka rekening masing-masing dengan jujur. Kalau memang DPR hebat buat UU pembuktian terbalik.

Kembali nampak agenda terselubung mereka bukan untuk kesejahteraan rakyat namun kepentingan pribadi dan kelompok yang masih kuat dan menggejala. Muaranya tetap saja satu, barisan sakit hati itu belum usai. Penyelesaian yang instan dan kompromi yang tidak tuntas sehingga tetap saja muncul riak-riak dan itu nyata kembali ke arah yang satu, pilpres yang ternyata bagi sebagian pihak belum usai.

DPR sudahlah kerja dengan baik dan empat tahun bukan waktu yang lama, kembali berkompetisi dengan lebih baik. Sekarang saatnya membangun negara, apa hasil kalian hampir setahun ini? Selain mencela saja pemerintah, kalian belum ada kerja. Salah atau benar paling tidak pemerintah sudah melangkah.

Parpol, bukan hanya kursi RI-1,B-1, dan seterusnya yang bisa untuk kalian mengabdi, masih banyak asal dijalankan dengan hati bukan orientasi uang. Uang itu akan hadir sebagai penghargaan atas prestasi jangan dibalik.

Salam Damai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun