Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Noriyu dan Betapa Cepat Lupanya Kita

26 Agustus 2014   17:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:30 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Noriyu sedang hangat menjadi bahan perbincangan di media sosial dan komentar di pemberitaan-pemberitaan. Nazar sukses mengalihkan perhatian dari dirinya. Semua berkonsentrasi ke arah Noriyu dan Anas. Ada yang menhujat kepribadian Noriyu sehingga jadi angggot dewan, keglamourannya, dan sebagainya. Demikian juga komentar yang berkaitan dengan Anas, mengenai Anas yang alim, santun, dan lemah lembut ternyata beristri dua, eks ketua HMI ternyata berlaku buruk, tidak beda dengan yang lain, dan banyak lagi.

Nazar sukses karena apa? Karena semua fokus ke arah Noriyu dan Anas, dan semua lupa dengan apa yang sudah dilakukan Nazar. Semua lupa, bahkan ada yang memuji Nazar sebagai pahlawan, karena membuka banyak hal apa yang sudah  terjadi.

Boleh menganggap Nazar sebagai pahlawan ketika dia mengungkapkan itu sebelum dia masuk bui. Dia tahu banyak sejak awal, ketika dia jatuh mengajak yang lain jatuh itu bukan pahlawan namanya. Pujian layak dia terima ketika sejak awal dia tahu ada yang tidak beres, dia berhenti dan ketika ada orang yang membuka persoalan ini dia memberikan peneguhan, benar memang seperti itu yang terjadi. Memang tidak akan bisa dia tahu kemudian lapor ke pihak berwenang sejak awal karena akan dijatuhkan terlebih dahulu. Namun bukan ketika enak dia diam saja dan bahkan tertawa-tawa dan bersenang-senang, ketika menderita dia berlagak seperti bersih dan menampilkan diri sebagai sosok yang berjasa mengungkap tindak korupsi besar-besaran.

Dia mengigit pihak lain lagi, ketika terdesak dan ketahuan apa yang dia perbuat. Ini berkaitan ketika tahu bahwa dia masih memimpin perusahaannya di balik sel. Kalau benar milik Anas mengapa yang masih saja rapat Nazar dan bukan Anas? Hal ini memang urusan para pejabat yang demikian ribet dengan hal kecil, apalagi yang besar seperti itu.

Lupa dengan yang lain, heboh Prabowo sebagai penculik, ketika beberapa tahun kemudian menjadi capres juga dimaafkan, bahkan hingga detik inipun masih banyak yang mendukung, bahkan mati-matian menjawab ide-ide lain, seperti tulisan inipun akan dimaki-maki. Lupa akan apa yang pernah diungkapkan sendiri ataupun orang lain. Kemarin sudah lampau ya sudah.

Aceng Fikri, ketika sedang menjadi pesakitan atas kasusnya, heboh luar biasa, belum ada satu dasa warsa sudah dipilih jadi DPD dengan suara yang luar biasa besar, bahkan termasuk yang terbesar. Hujat cela dan penghakiman yang sepertinya hanya bisa dikatakan orang tidak berpendidikan, nyatanya lupa belum lama padahal.

Soal Ariel, ketika ramai-ramainya kasus itu, sepertinya akan habis apa yang telah dirintisnya namun sekarang jaya lagi. Bahkan pengagumnya bisa dikatakan bisa bertambah luar biasa. Benar bahwa karya perlu dibedakan dengan perilaku, namun benarkah demikian waktu dia sedang terkena dan melakukan, apakah sikap demikian juga yang mengemuka?

Sikap mudah lupa ini sering dipakai oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Baik kita layak memberi apresiasi dan penghargaan bagi yang bertobat dan berbalik arah dengan perilaku yang bertolak belakang dengan apa yang sudah dilakukan di masa lalu, namun banyak juga yang mengulangi dan lebih parah karena di penjara belajar hal baru dan lebih canggih.

Salam Damai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun