Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

N219, Mobil EseMKa, dan Kebanggan Anak Negeri

21 Januari 2015   18:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:41 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi menargetkan PT. DI tahun ini, tepatnya pertengahan tahun sukses menerbangkan N219, pesawat hasil kolaborasi PT. DI dan Lapan. Pesawat yang diproyeksikan untuk penerbangan perintis ini bisa membawa angin segar bagi daerah-daerah yang memerlukan pembukaan akses yang lebih besar, seperti pedalaman Papua yang begitu luas, Kalimantan yang berawa-rawa, dan jalan darat yang makin padat dan macet di Jawa.

Jepang, beberapa dekade lalu menguasai dunia teknologi, dengan casio, fuji, kodak, dan banyak referensi produk yang terkenal handal dan teknologi majunya. Perkembangan dunia digital ternyata membuat Jepang seolah mati kutu, maka kodak menyerah dan tinggal kenangan. Sekarang Korea Selatan yang maju pesat melalui brand samsung-nya yang berani bersaing dan berkelahi dengan USA yang menjadi penguasa dunia. Bahkan samsung berani head to head dengan apple. Korea Selatan telah melesat bahkan bisa dikatakan meninggalkan Jepang  di era tenologi informasi ini. China mulai merangkat naik dengan berbagai produk murahnya. Beberapa tahun lalu, motor, hp China dicibir dan dianggap murahan. Ah ini hp China kog, murahan dan disembunyikan karena malu menunjukkan di depan rekan-rekannya. Sekarang, hp China memiliki nama dan mulai bersaingi dengan samsung, meskipun belum sejajar, namun sudah mendekati dan bukan tidak mungkin bisa sejajar dan melampaui sebagaimana Korea Selatan melewati Jepang. Lenovo sudah mencanangkan untuk menjadi brand nomor satu di China. Bukti dan bukan semata jargon dibuktikan dengan produk-produk yang mumpuni. Xiami, beberapa type harus inden untuk memiliki. Produk-produk baru dengan teknologi yang baru pula, dengan harga yang benar-benar miring, tentu membantu berkibarnya merk mereka. Oppo, banyak perbedaan signifikan yang ditawarkan dan itu belum ada pada hp Korea Selatan sekalipun. Cara cerdas untuk merebut pasar dari samsung dengan inovasi mereka.

Korea Selatan dulu sering dianggap sepuluh tahun di belakang Jepang, dan kita satu dekade terlambat dari Korea Selatan. Berarti kita terbelakang dari Jepang sejauh 20 tahun langkah. Perkembangan yang pesat dan bukan melangkah namun berlari oleh Korea Selatan, kita mungkin saat ini bisa dinilai terlambat setengah abad dari mereka yang telah tinggal landas itu.

Kemauan, kerja, dan usaha keras dengan dukungan kebanggaan akan jati diri bangsa membantu negara-negara tersebut melesat dan maju pesat. Apakah kita mampu mengejar ketertinggalan tersebut? Jawabannya ada dalam diri kita sendiri, mau atau tidak?

Masih ingat saat Jokowi masih menjadi walikota dan mencoba membangkitkan mobil EsEmKa? Tidak ada dukungan positif yang cukup. Berbagai alasan dan analisis yang sama sekali bukan berdasar secara ilmiah, hanya asumsi, dan kedengkian yang kuat. Dukungan bukan berarti harus memaksakan membeli, bisa berupa apresiasi dan dorongan untuk memperbaiki dan menyempurnakan. Dukungan dengan memborong alangkah lebih baiknya. Komentar sinis bahwa akan banyak masalah dan tidak aman, kecurigaan sebagai pencitraan, tudingan hanya asembling, dan omongan miring lainnya. Sikap lebih menghargai produk asing bagi sebagian besar bangsa ini. Kapan produk sendiri bisa maju kalau demikian. Batik saja diberi label Malaysia akan lebih dipilih, padahal jelas-jelas batik milik Indonesia. Pengusaha otomotif yang sudah mapan mengganjal dengan membesar-besarkan kekurangan, bukan diperbaiki namun dihembuskan lebih besar agar orang tidak memiliki keercayaan lagi. Faktor ekonomi berkaitan dengan sentimentalitas berbangsa. Kebanggaan akan bangsa dan negara yang lemah.

Saatnya untuk lebih percaya dengan produk dalam negeri. Kualitas tidak akan mampu meningkat kalau produksinya direspon dan ada masukan untuk memajukan industri dalam negeri. Jangan hanya bangga menjadi pabri ini itu, namun teknologi dan tenaga ahli selalu saja milik asing. Cinta negeri dan produk negeri sendiri bukan berarti anti asing.

Salam Damai...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun