Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengharukannya Pengorbanan Politik Demokrat

22 September 2016   06:29 Diperbarui: 22 September 2016   07:17 5031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengharukannya Pengorbanan Politik Demokrat

Demokrat ini sungguh mengharukan demi Jakarta yang lebih baik menurunkan egonya untuk mengusung ketum parpol tanpa kursi dan memaksa pemilik kursi nomor dua untuk menjadi wakilnya. Hebat luar biasa, mengharu biru dan patut mendapatkan apresiasi tinggi untuk itu.

Salah satu petinggi Demokrat menyatakan sedang mencoba menurunkan ego partai untuk Jakarta yang lebih baik dan menyejahterakan rakyat. Menurunkan ego entah yang mana yang dimaksud, maaf apakah ini bukan sebentuk kebodohan dan kemalasan mereka saja di dalam berproses untuk pilkada kali ini.  mengapa maaf bodoh?

Pertama, Yusril semua sudah tahu siapa dia ini, SBY berkali-kali dipecundangi di dalam urusan hukum tata negara, sulit yakin kalau pola pikirnya untuk menurunkan ego namun ABA jelas lebih kuat. Selain Yusril juga gatot di dalam mengelola partainya sendiri.

Kedua, mereka toh punya kader mumpuni, ada Nara yang mau nonjok Ahok jika tidak jadi gubernur.  Tentu energinya luar biasa besar bukan, selain semangat untuk berdemokrasi juga kemarahan pribadi bisa menjadi momentum untuk kerja lebih baik lagi.

Ketiga, ada pula Edi Wibowo, mantan KaSAD, tentu jauh lebih bermartabat jika mengajukan kader sendiri, beda dengan PDI-P yang meskipun bukan kader toh sudah mereka usung sebelumnya, dan kinerjanya obyektif baik.

Keempat, lucu dan naif lagi memaksa pemenang pemilu untuk mau diatur non kursi dan jumlah kursinya Cuma sepertiganya. Atau parpol sedang bermurah hati dan baik hati? Ha...ha...kog belum ada kisahnya parpol murah hati. 

Kelima, lebih dominan soal ABA daripada Jakarta lebih baik. Mengapa demikian? Jika melihat reputasi selama ini susah melihat mereka bisa berbuat banyak dan lebih baik. Apa yang sudah mereka lakukan terutama untuk lapangan, menghadapi preman-preman termasuk preman berdasi?

Keenam, sungguh tragis keadaan Sandi ini, sudah dibiarkan seperti anak ayam yang kehilangan induk, ke mana-mana sendiri, salah omong bukannya dibantu dan malah pura-pura tidak mendengar dan dipermainkan  untuk mau dijadikan apapun. Ini bukan mengendalikan ego namun memaksakan kehendak yang tidak beda dengan egoisme yang dikemas dengan bahasa keren. Padha wae dobol.Tidak ada bedanya.

Siapa yang untung dan siapa rugi?

Sandi jelas paling rugi, sekian lama sudah babak belur karena memang masih ingusan (kalau ini pasti masih boleh, bukan hak Pak Amien, beda dengan dajjal), keluar unag banyak, eh harus mau dijadikan wakil, oleh pemilu pun tidak punya kursi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun