Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mafia Internasional Ngacir Entah Kemana, Mafia Lokal Ikuti Jejak

7 Maret 2016   06:12 Diperbarui: 7 Maret 2016   11:14 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mafia demi mafia terungkap. Mafia minyak yang selama berabad-abad  terjalin dengan senyap mulai terkuak. Entah sekarang ke mana perginya pentolan raja minyak itu.  Eh lah sekarang mafia kelas lokal juga menghilang padahal digrebeg dengan ratusan kekuatan aparat terlatih.

1.  Labora Sitorus

Perwira pertama yang fenomenal dalam banyak hal, kekayaannya yang erbilang spektakuler. Tidak banyak lho yang memiliki harta sekelas T. Coba hanya setingkat itu saja sudah T lha kalau jenderal apa tidak akan mengalahkan Om Hartono pemilik Djarum. Kreatif ya, polisi dan bisa jadi pengusaha sukses luar biasa. Kekayaan yang luar biasa, skil sebagai polisi pun juga luar biasa, bagaimana disergap oleh ratusan aparat terlatih, gabungan polisi dan tentara saja bisa lolos. Coba kalau jadi perwira, teroris di Tamrin tidak akan mampu meledakan diri.

2. Menangani ratusan kasus, eh jatuh juga dengan kasus yang selama ini ditangani (Abdul Latif)

Pangkat yang tidak jauh berbeda dengan Labora. Ratusan kasus ia selesaikan, namun akhirnya ia dipidana mati dengan kasus yang telah ia selesaikan selama ini. Ironis,  prestasi selama ini, hancar karena jatuh di sana pula.

3.  Mau grebeg perdagangan narkoba eh malah ditembak duluan oleh AL

Seorang perwira AL usai ngopi, digrebeg polisi dan langsung ada tembakan, tergelepar polisi yang pangkatnya jelas di bawahnya. Lha kalau selalu begini kapan Indonesia bisa jaya, kalau selalu berkelahi antarinstansi. Semudah kata panglima kalau anak buahnya tidak salah, ketika tentara terancam langsung menembak, padahal itu juga aparat negara? Bagaimana polisi bisa menegakkan aturan kalau kalah dengan tentara terus? Benar salah paham, apakah tidak bisa mengatakan kalau polisi, atau polisi yang berlebihan tanpa mengatakan apa-apa menodongkan pistol, kalau begitu apa beda polisi dan begal?

4.  Intai Koruptor eh digelandang polisi

Setali tiga uang kala polisi ditembak AL, kali ini petugas KPK yang digelandang polisi. Apakah tidak ada komunikasi, bahasa sandi, atau arogansi lembaga? Sesama penegak hukum dan keamanan saja saling berkelahi, apa negara ini bisa menjadi kuat an besar?

5.  Kasus-kasus lain

Saat lampau, ada petinggi yang membuang jam tangan yang ia klaim sebagai KW, usai geger di luar negeri karena jamnya berharga M-M-an. Langsung jam yang ia klaim berharga sekian juta itu dibuang. Luar biasa ya, jutaan dibuang, jelas kecil baginya, namun apakah benar ketika seharga gaji pokok resmi sebulan itu dibuang? Jelas menunjukkan arogansi dan kesomongan di atas kemiskinan sebagian anak bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun