KPK, lembaga ad hoc yang dibentuk karena keprihatinan mendalam mengenai tindak korupsi. Gurita korupsi itu sudah akut sehingga memerlukan banyak tangan untuk mengoperasi agar tidak makin parah menjalar ke mana-mana. Penyakit yang bernama korupsi itu bukannya mereda, malah seperti makin naik saja stadiumnya. Hampir semua lini, sekarang ini bisa melakukan dan menjadi pelaku korupsi, dari kelurahan dan lurah, hingga istana dan para pejabat tinggi negara. Kolaborasi indah dalam orkestra harmoni tindakan korupsi. Pengawas dan yang diawasi sama-sama menjadi tersangka dan menunggu bui. Jero Wacic dan Sutan Batugana sudah memainkan simponi sumbang korupsi, pengadilan dan penjara menanti tidak pasti. Pejabat BPK sedang ulang tahun dan hendak mengakhiri karir di usia senjanya juga tidak kalah terhentak saat menerima status baru sebagai tersangka. Hitungan bulan berlalu masih juga masih juga belum beranjak untuk mengadili. Heboh, tiba-tiba televisi mengadakan breakingnews, ada tersangka baru, namun sama sekali tidak ada terdakwa yang mengikuti status naik kelas ke orkes yang lebih besar.
Bupati, mantan bupati, ketua DPRD ataupun mantannya, gubernur, menteri aktif ataupun mantan menteri, anak menteri ataupun anggota dewan tertinggi di negeri ini telah membentuk negara di Cipinang yang lengkap alat kelengkapan negara. Ada ketua parpol, ada bendahara parpol, ketua MK, jaksa, hakim, dan semua perangkatnya lengkap, semua karena kerja KPK yang apik. Apresiasi yang tinggi untuk kerja mereka.
Satgasus yang masih benih, apakah mampu untuk bertindak luar biasa ketika jeruk harus mengupas jeruk? Sapu bersih saja masih meninggalkan serpih debu, apalagi sapu kotor dan sudah banyak yang rontok? Pesimis itu tidak boleh, namun realitas itu makin nyata dan melenggang di depan mata.
Hakim Bao, menurut legenda Tiongkok kuno seorang hakim yang tegas, keras, dan yang pasti sangat adil dan jujur. Tidak peduli siapapun dia akan berlaku sama. Suatu hari ibu dengan dua anak menuntut suaminya yang lupa daratan di muka pengadilan. Suaminya telah berpaling dan menjadi menantu kaisar. Peradilan berjalan, dan menantu kaisar itu menantang karena anak pemilik negeri. Bao hanya mengatakan anak kaisar saja saya hukum kalau bersalah, apalagi menantu yang menyakiti keluarganya. Ibu suri didatangkan untuk meluluhkan hati Bao yang keras, dan hampir saja luluh, karena yang berani memenggal kepala menantu kaisar akan dipenggal pula oleh ibu suri. Kehilangan kepala hapir mengikis keberaniannya. Hati nurani jernihnya berbuat berbeda, dia lepaskan lambang kebesarannya dan terpenggalah menantu kaisar.
Bubarkan KPK dan juga satgasus apapun itu, yang kita butuhkan adalah Bao-Bao masa kini yang memiliki mental baja dalam menghadapi kejahatan. Apapun kejahatannya, bukan hanya korupsi.
Sebelum menjadi pejabat harus lebih dulu menjadi manusia
(ungkapan Tiongkok kuno)
Salam Damai
Sumber: Kumpulan Cerita Klasik China oleh Pangesti A. Bernadus dan M. Herwiratno
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H