Ini bukan soal baper ala Mbah AAA, atau sok lebay karena jawara, hanya mau ungkapkan apa yang dirasa karena kemarin sudah pakai [1] harus ada dua kan?
Usai pengumuman, perlu cari penginapan, karena bus luar kota sudah tidak ada. Dengan sesama Kompasianer udik (kamsudnya bus sudah habis dan perlu perjuangan), bersama Bang Bo mencari penginapan dan dekat terminal yang membawa ke asal masing-masing. Ide Mas Sigit awalnya saya mau dibonceng Mas Sigit diputuskan ke Bekasi, pilihannya, Mas Sigit arah sana. Tanpa pikir panjang dengan bantuan Mas Agita, saya dan Bang Bo diiringi hujan ke sana. Olah raga tengah malam di bawah rintik hujan pun jadi, hotel terdekat sesuai ide di Jakarta yang direkomendasikan Mas Sigit, penuh. Jalan lagi dengan pikiran kalau ini penuh juga, entah mau apa. setengah frustasi. Akhirnya dapat.
Kompasianival usai dan kembali rutinitas lagi. Nulis, becanda, dan kembali ngompasiana. Saat episode satu ada komentar dari Mas Achmad Saifullah Syahid, yang mengingatkan saya mengucapkan dengan pelukan hangat dua kali, usai penerimaan penghargaan. Sekali lagi saya mohon maaf kepada Mas Achmad, yang sama-sama menjadi nominasi di opini terbaik, jadi ada empat nomine yang di sana dan tanpa ada perasaan sebagai persaingan yang saling mengalahkan, sayang Mbak Suci tidak hadir atau ketemu. Terima kasih atas kebersamaan rekan, sahabat, dan bahkan saudara bagi saya. Ada Bang Peb yang dua kali finalis, ada saudara lain yang hebat-hebat. Saya bukan siapa-siapa dan memang tetap bukan siapa-siapa.
Mau apa to di Kompasiana.
Tanya yang lahir usai saya menjadi bahan candaan saudara-saudara terkasih dua hari lalu. Saya makin malu dengan artikel Mas Profesor Felix dan Mas Ken di mana komentar yang lahir itu luar biasa memperlihatkan persaudaraan yang amat luar biasa. Candaan yang berlangsung sangat panjang, terima kasih untuk itu. Mau apa di K?
Pertama, cari label, biru, hijau, merah, atau jagoan HL, hlt, ter, atau NT, dengan hormat bukan merendahkan rekan-rekan, itu bisa dengan mudah diraih. Konsistensi, belajar dari kebersamaan hal itu dengan cepat diperoleh. Artinya ini bisa saja dengan relatif mudah didapat.
Dua, belajar atau mau menyerahkan artikel dan kabur, apa beda dengan koran atau mading? Jangan lupa soal sharing dan connecting, ini roh yang menyatukan, artinya di sini ada perjumpaan di komentar dan vote.
Tiga, mencari vote, gampang sekali, ngider saja ke mana-mana, tiap ada artikel diberi vote, paling tidak setengahnya akan memberikan bintang balik kog. Apa itu cukup? Bisa rekan renungkan sendiri.
Empat, berbagi dan terhubung. Di sinilah kekhasan untuk K. Ada berbagi namun juga terhubung. Bagaimana bisa terhubung berarti adanya saling balas dan bisa bentuk canda dan ledek-ledekan. Ingat kebersamaan itu bisa diperoleh dari sana. Bagaimana mau kenal dan bisa berbagi kalau lihat lapak teman saja sudah enggan. Atau mikir pantas dan tidak pantas untuk dikunjungi.
Hemat saya, semua penulis adalah terhebat. Satu publish pun ada yang tidak berani lho, takut sepi, takut dibully, atau ketakutan yang lain, denga publish sudah mengalahkan ketakutan.
Dua, memiliki kemauan kuat untuk belajar. Bagaimana tanpa sadar kita akan belajar dari yang ada. Mengapa tulisan itu begini, begitu, dan itu sebagai sekolah yang penuh dengan tutor dan murid saling berinteraksi.