Melihat sepak terjang Komjen Budi W selaku bareskrim dengan kinerja cepatnya, bukan membicarakan kontroversi atau kriminalisasinya, namun kecepatannya, kita juga jadi ingat bagaimana Abraham Samad beberapa waktu yang lalu.
Abraham Samad
Pak Samad menjadi rising star saat menunjukkan  kinerja yang jauh lebih progresif dibanding sebelum-sebelumnya. Tindakan tangkap basah banyak kasus. Keberanian membongkar gurita Demokrat, mengobok-obok tahta suci Trunojoyo, silih berganti menteri aktif, petinggi partai politik bahkan penguasa, pengusaha dan gubernur aktif pun ada menjadi gegap gempita media dan masyarakat. akhirnya timbul Jumat keramat, karena banyak maling yang digelandang dengan jas orange kebanggaannya. Prestasi hebat dan sangat membanggakan karena negara terbantu dengan sepak terjangnya Pak Samad dan kawan-kawan.  Keuangan negara terbantu dengan penyitaan demi penyitaan, pengembalian uang negara. Hambalang mega proyek terkuak kalau banyak kebocoran. Soal haji yang sekian lama diam saja, menggeliat.
Dua keanehan dan ironi. Berani jujur itu baik, ah sebenarnya aneh jujur itu keharusan bukan prestasi luar biasa. Jujur itu perbuatan baik yang sudah sepantasnya dilakukan bukan untuk diukur sebagai prestasi. Kedua Jumat keramat, sangat disayangkan, pada dasarnya Jumat hari baik bagi kaum Muslim yang melakukan ibadah Jumat, mengapa dinodai dengan menangkap maling. Jauh lebih bernilai dan menjadi Jumat keramat, ketika hari itu banyak koruptor datang dengan hati terbuka sebagai bukti orang beriman untuk menyesali dosanya dan mengaku salah telah korupsi. Nyatanya mereka tidak merasa bersalah.
Komjen Budi Waseso
Hiruk pikuk kinerja Pak Budi W. Dimulai dengan menangkap Pak Bambang W dengan alasan pengarahan saksi, lepas dari kontroversi, dilajutkan Pak Samad, pemeriksaan soal UPS DKI Jakarta dengan menciduk dari pihak pemerintah daerah, mengeledah ruangan Pak Lulung, melebar ke Jawa Barat, SSK Â migas yang kebal hukum selama ini, menteri aktif dan partnernya di DPR kena mereka masih aman sejahtera. KPK diobok-obok, pemerintah daerah dicokok, kisruh PSSI pun Pak Budi dan jajarannya sigap mengatasinya.
Persoalannya, sama sekali belum menunjukkan kinerja ke dalam di mana begitu banyak persoalan di kepolisian belum ada yang disentuh, satu soal suap bandar narkoba, apakah akan sampai ke peradilan umum atau tidak. Patut ditunggu dan kembali waktu yang akan membuktikan kinerja beliau profesional atau tidak.
Pak Samad dan Pak Budi W identik dalam kinerja. Bombastis danmenjadi santapan edia dengan empuk karena memang luar biasa, bukan biasa-biasa saja. Keberanian dan teribisan yang belum pernah terjadi. Pak Samad tergelincir oleh masa lalu. Korban atau memang pelaku biar saja pengadilan dan Tuhan yang mennetukan, tapi bahwa kerikil telah menjungkalkannya, bukan batu besar yang bisa dia elakkan. Masa lalu, tidak pula besar, dalam arti banyak kog perilaku demikian ternyata menjadi senjata besar bagi pihak lain. Pak samad tentu sekarang bisa merenung dan melihat, apa yang terjadi dengan ini semua. Sejarah itu selalu terulang. Apakah beliau akan tersenyum seperti biasanya, kalau menyaksikan sepak terjang Pak Budi W kali ini? Pencitraan dan hasrat kekuasaan menjadi senjata untuk menyeretnya turun dari kursi yang telah membawa begitu banyak koruptor ke Cipinang dan Sukamiskin.
Pak Komjen Budi W sepak terjangnya ngawu-awu, bahasa jalanannya. Siapa sangka begitu cepat membabat banyak pihak. Apa di balik kecekatannya ini, motivasinya, tentu hanya beliau dan Tuhan yang tahu. Hati-hati saja agar tidak dijungkalkan kerikil kecil karena konsentrasi pada hal yang besar di atas. Pak Antasari telah mengalami Pak Susno pernah merasakan, dan Komjen Budi W tentu telah mengantisipasinya.
Janganlah yang cepat dicurigai dan dilengserkan dengan berbagai cara, didukung dan diluruskan kalau sudah melenceng dikritik kalau sudah lalai.
Salam Damai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H