Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kepemimpinan Nasional, antara Jabatan atau Pilihan

29 Juni 2017   11:02 Diperbarui: 30 Juni 2017   12:45 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kepemimpinan Nasional, antara Jabatan atau Pilihan

Stephen R. Covey dalam bukunya, THE 8TH HABIT,menyebutkan kepemimpinan itu bisa sebagai jabatan yang dengan istilah lain sebagai kekuasaan formal, atau sebagai pilihan dengan istilah, keibawaan moral. Meminjam terminologi dan ciri-ciri tersebut, saya mengistilahkan jabatan itu sebagai tujuan, jika pilihan itu adalah sarana. Kepemimpinan itu sebagai tujuan atau alat.

Beberapa hal yang membedakan kepemimpinan sebagai jabatan atau pilihan adalah sebagai berikut:

Pertama. Kepemimpinan jika itu jabatan adalah, kekuatan menentukan kebenaran,pada kepemimpinan sebagai pilihan, kebenaran menentukan kekuatan.Kita saksikan dalam kepemimpinan  nasional kita, dari banyak level masih berkutat pada kebenaran itu tergantung kekuaran.  Tidak heran atas nama demokrasi namun menciderai demokrasi itu sendiri dengan  membeli  suara, mengerahkan massa untuk memaksakan kehendak.  Jelas orientasi adalah jabatan sebagai tujuan.

Kedua, jabatan menekankan loyalitasdi atas integritas, pada pilihan, integritas adalah loyalitas.Kita saksikan bersama bagaimana loyalitas itu segalanya, padahal integritasnya sama sekali tidak ada. Apa beda dengan preman jalanan, benar salah ada temanku, benar salah adalah kelompokku.

Ketiga, jabatan, salah adalah ketika tertangkap basah,jika kepemimpinan adalah pilihan, salah adalah melakukan kesalahan.Kita paham betul bagaimana pemimpin kita dari segala lini hanya merasa bersalah ketika OTT, begitu saja masih sering ngeles,dan malah memfitna Tuhan atau pihak lain.

Keempat, jabatan , elit hanya bisa berbicara dan berwacana tanpa melakukan,kepemimpinan sebagai pilihan, menjadi contoh atau panutan, dan bukan semata pengritik.Jelas apa yang ada dalam kepemimpinan bangsa ini, bagaimana ucapan dan perbuatan jauh bertolak belakang. Belum lagi soal kenyinyiran,jauh lebih banyak daripada yang melakukan tugasnya dengan lebih baik.

Kelima, citra adalah segalanya,sisi lain, benar-benar menjadi bukan semata terlihat.Apa yang ada itu semata pencitraan, penggambaran semata, demi popularitas, bisa dengan menyalahkan pihak lain, atau memutarbalikan fakta. Tidak ada susah mendapatkan model kepemimpinan pencitraan di negeri ini. Susah ketika mencari pemimpin yang benar-benar melakukan.

Keenam, ketika ada persoalan, pemimpin akan mengatakan, tidak ada yang memberi tahu saya,berbeda dengan kepemimpinan sebagai pilihan, menanyakan dan membuat rekomendasi.Berapa banyak pemimpin bangsa ini yang hanya ngeles,menyatakan dan berlindung dalam koridor sesuai prosedur, meskipun itu melukai banyak pihak.

Pejabat, pimpinan, dan organisasi bangsa ini termasuk parpol tentu dan pastilah telah mengenal buku kepemimpinan sekaliber Stephen  R. Covey. Mengapa melakukan apa yang sebaliknya dari rekomendasi kepemimpinan era kekinian ini?

Satu, mereka tidak mampu mencerna apa yang dikatakan, semata membaca, mungkin seminar, dan berdiskusi, namun memang tidak paham apalagi untuk mengaplikasikannya. Tentu tidak banyak kalau level ini. Sangat naif jika elit apalagi tidak paham akan hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun