Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hebatnya Penjara di Indonesia

4 Maret 2016   20:13 Diperbarui: 5 Maret 2016   04:50 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Film-film Holiwood sering menyajikan di penjara ada perkelahian, rebutan kuasa, atau sejenisnya. Perdagangan narkoba dan yang tidak jauh dari itu. Hebatnya lapas dan penjara Indonesia jauh lebih membanggakan.

Dulu, beberapa dekade lalu, ada sebuah induk organisasi olah raga dipimpin dari balik tembok penjara. Karena dekat dengan penguasa kalau itu, uang yang tak berseri, induk organisasi dunia pun menutup mata dengan kejadian luar biasa itu. Beberapa waktu kemudian juniornya ternyata mengikuti. Dukungan luar biasa besar dan tetap bisa melenggang hingga kini. Penjara bukan akhir segalanya ternyata terbukti.

Hal yang masih wajar, lebih hebat lagi kala di penjara bisa menghamilii istrinya, dan tidak ada khabar apapun untuk itu, melengkapi tahanan bisa menonton pertandingan yang disukai, di luar pulau lagi, berarti bisa masuk ke bandara dengan biasa, masuk ke hotel dengan melenggang saja, dan duduk manis di stadion. Melengkapi kisah kehebatan lain. Ada penjara serasa hotel berbintang, ada salon kecantikan, teve layaknya home theater, pelayanan ekstra yang luar biasa lux bagi tahanan.

Lebih hebat lagi, pabrik sabu bisa dibangun dengan leluasa di penjara, dan tidak ada yang tahu lho, baik sipir, kalapas, dan pejabat yang terkait. Atau yang buat itu semacam Bandung  Bondowoso yang tidak kasat mata, kog bisa berproduksi dan mengelola perusahan tingkat dunia tanpa ada yang tahu. Hebat bukan.

Biasanya penjara itu satu jenis, laki-laki dan perempuan jelas dipisahkan, tidak ada yang bisa mencampurkan, bisa jadi pabrik anak. Kebutuhan seksual yang ada, biasanya akan terjadi hubungan sejenis, kecuali di sini, kantor kalapas bisa untuk pesta seksual dengan harga mahal lagi. Di mana bisa coba, beda kalau ada bilik khusus yang diwacanakan namun dengan berbagai dalih belum ada.

Dari balik penjara masih bisa berkuasa untuk mengader orang untuk melancarkan perlawanan kepada yang  memberi makan kepadanya, dan mendukung musuh dunia. Berani teriak, mempublis di dunia maya, kekuatan mereka. Di penjara saja masih bisa main dunia maya coba, dan merongrong tempat mereka hidup demi kelompok yang jauh di sana, dan musuh dunia.

Terpidana masih bisa mengendalikan usahanya dengan lebih canggih, bisa meeting di penjara, bahkan masih melakukan hal yang sama, suap, kolusi, dan mengedarkan narkoba. Bisa sekalian pabrik dan konsumen di satu gedung. Koruptor pun masih bisa mengendalikan usahanya dari dalam. Beda kalau maling jemuran akan mampu maling milik sesama tahanan.

Tidak heran kalau tahanan masih bisa hadir di ultah cucu, sangat gampang, apalagi jalan, makan-makan dan narsis di medsos sangat mungkin. Apa yang tidak mungkin di Indonesia. Tongkat saja jadi tanaman, kolamnya susu, batu bisa jadi roti, coba, betapa hebatnya bangsa ini.

Lha ini yang paling hebat, organisasi dan partai politik salah satu tertua itu ada di balik penjara dan bisa mengeluarkan SK, apa ora hebat. Parpol saja dikendalikan dari penjara. Memangnya kurang orang baik di Indonesia ini, sehingga yang di balik penjara itu masih begitu berkuasa.

Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Syahrir, wajar di penjara masih bisa begini begitu, namanya tahanan politik. Kalau tahanan kriminal bisa berlaku seperti itu? Hebat luar biasa bukan. Dan semua diam saja, merasa seolah semua baik-baik saja.

Ide menghilangkan signal komunikasi saja banyak penolakan. Pembelaan atas nama HAM, sedang mereka pelanggar HAM dengan perilaku kriminal mereka. Pembatasan kebebasan untuk menyadari kesalahan dan memperbaiki perilaku itu sama sekali tidak ada, bagi beberapa kelompok, bukan maling sandal di mesjid atau kotak amal di warung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun