Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Daeng Azis dan Setya Novanto, Dua Orang Kuat, Beda Nasib

27 Februari 2016   08:55 Diperbarui: 27 Februari 2016   09:08 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Daeng Azis dan Setya Novanto, Dua Orang Kuat, Beda Nasib

Hukum tegas ke bawah dan loyo ke atas terjadi lagi. Pedang keadilan tajam ke orang biasa  dan tumpul ke pejabat kembali terbukti. Daeang Azis orang kuat (merasa begitu) menjadi perbincangan di awal 2016 sudah masuk kurungan polisi, sedangan Setya Novanto yang menjadi buah bibir akhir 2015 hingg kini, masih melenggang dengan tawa rianya, bahkan menjadi petinggi di dewan.

Setya Novanto.

Ketua DPR yang melanglang buana dengan cara dia itu memang kuat. Dengan pembelaan dari para kroninya, paling tidak duo pimpinan dewan kala itu, seolah tidak tersentuh hukum. Pergi ke Amerika dan ikut kampanye salah satu kandidat presiden, dan tidak mau mengaku salah. Berjalan seperti biasa, datang khabar dari Freeport, bahwa ia minta saham, dan heboh pun terjadi. Road show, ke mana-mana dengan dalih mengedarkan undangan mantu. Drama akhir tahun tersaji dengan majelis dagelan dewan yang mulia, menjadi ledekan dan tertawaan publik. Semua berlalu dengan lahir dagelan dagelan baru. Hanya turun kasta dari ketua dewan menjadi ketua fraksi, sedangkan kendali tetap saja sama. Keputusan pun tidak dibacakan, semua mengambang dan akan menguap paling-paling. Sang Dasamuka masih menunggu Anoman.

Kejagung, datang dengan sigap gagah perkasa sebagai penegak hukum. Akhirnya juga gak kedengaran, panggilan demi panggilan tidak direspons. Datang seenak udelnya, di luar jam kerja, dan kejagung diam saja, penegak hukum kalah garang dengan orang yang mau dihukum. Apa tumon? Dan hingga kini entah ke mana beritanya, dan semua adem ayem saja.

Daeng Azis.

Tokoh perwakilan kelas rakyat biasa, dalam arti kuasa, soal uang beda lagi. Kali ini uang tidak bisa mengubah hukum. Mengulang cara Setya Novanto, dia road show ke mana-mana, Komnas HAM (yang lebih galak dari LSM, padahal lembaga negara), ke dewan daerah, yang dikira kolega ternyata, ciut nyali juga, apalagi Pangkostrad telah menyatakan sepenuhnya akan bela kebijakan pemerintah, dalam hal ini Gubernur Ahok soal penertiban. Balon gubenur yang mau cari nama dan menjadi pahlawan kesiangan, seperti uap yang gak jelas, dan penertiban tetap berlangsung, dan daeng Azis hanya bersama pengacaranya. Pengacara ini memakai pola sama ketika mendampingi pejabat negeri yang memiliki kuasa untuk menjadi warna sesuai dengan kehendaknya, ia memangdang Daeng punya uang dan sama dengan pejabat, lupa ada kuasa yang beda dengan milik Daeang Azis. Mungkin Daeng Azis sakti di Kalijodo, namun  tidak di kantor polisi. Pemanggilan demi panggilan dianggap angin lalu. Semua bisa dikendalikan dan diatur, pikir sang pengacara. Dia lupa, kuasa Daeng Azis tidak sekuat Setnov, dan bui akhirnya ia rasakan dengan pasal lain soal kriminalnya.

Setnov dan Daeng Azis

Dua Dasamuka yang sakti tidak mudah dihentikan sepak terjangnya ini memiliki catatan panjang di dunia masing-masing. Prestasi di levelnya sendiri-sendiri. Cara menghadapi hukum pun relatif identik. Licin bagai belut dan bisa bergelut hingga aman sampai saat ini, semua ada waktunya, dan ternyata jusrus Gundala Putra Petir PLN yang mengakhirnya. Apakah in kebetulan? Tentu tidak, memangnya baru sekarang pencurian listri diketahui? Memangnya PLN tidak tahu ada kebocoran itu? Dan Anoman untuk Daeng Azis ternyata UU PLN katanya.

Sepakterjang orang berkuasa di Kalijodo yang berani menodong pistol di jidat perwira polisi itupun usai. Tamat. Anak panah, parang, miras ratusan jumlahnya masih bisa dibantah, entah mengapa begitu alot, di sisi ini.  PLN datang dan menyambar usai sudah perlawanan, ditangkap, sedang sendirian. Mana koleganya yang ada di dewan? Sudah lama enggan bertemu. Di mana rekan di kepolisian, kejaksaan, dan penegak hukum lain. Harus diselidiki jika ingin negara ini benar-benar bersih. Dunia gelap yang membuat semua gelap, diterangi PLN dan semua usai.

Setnov, masih dikeliling orang-orang hebat dan luar biasa. Bukan hanya kelas coro dan teri, namun elit negeri membuat pagar betis, karena saling memegang kartu truf yang memang bisa membahayakan keadaan. Perlindungan yang sejatinya melindungi negeri ini. Semua lini dipakai untuk mengeruk kekayaan negeri, karena beda level dia masih melenggang. Apa beda dengan Daeng Azis? Azis masih kerja keras dengan okolnya, lha Novanto? Dengan lidahnya saja. Dan semua datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun