Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandara, Arogansi, dan Tabiat Pesohor Negeri

7 Juli 2017   05:45 Diperbarui: 8 Juli 2017   01:08 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bandara, Arogansi, dan Tabiat Penggede Bangsa Ini

Kemarin, lagi dan lagi ada kejadian emosional berlebihan seorang ibu terhadap petugas di bandara. Sering terjadi hal demikian, beberapa waktu lalu, petinggi TNI juga melakukan hal yang sama. Jauh ke masa silam, ada menteri minta penerbangan balik lagi karena ketinggalan pesawat. Sebelum itu juga ada petinggi yang tersingung karena ditegor.

Bandara, Level Elit, Perilaku Barbar

Entah mengapa perilaku sumbu pendek, mudah marah, mudah ngamuk gegara hal yang sepele selalu terulang. "Penganiayaan" di bandara bukan barang baru, selalu saja terulang. Memalukan kebiasaan demikian, apalagi sekarang banyak rekaman, hampir semua orang bisa merekam dan menjadikannya bahan pembicaraan. Sebenarnya, bandara, tempat paling elit di antara pusat transportasi lainnya, semisal terminal angkutan darat, stasiun untuk kereta api, apalagi pelabuhan laut. Sangat wajar jika pelabuhan, maaf lebih banyak perjalanan jauh dan panjang, ekonomi terbatas, menjadi emosi dan panas. Ini malah bandara. Luar biasanya bangsa ini.

Kekuasaan, Pejabat, dan Keluarga Pejabat

Kekuasaan bisa diperoleh dengan kekayaan. Lihat saja orang kaya bisa merasa membeli semua hal. Membeli kursi jabatan struktural dan birokrasi. Mentalitas ndoro dan penguasa menular ke keluarga pejabat. Ingat keluarga pejabat namun gayanya kadang melebihi pejabat itu sendiri. Beda dengan negarawan,abdi negara, tentu akan berbeda sikapnya. Jangan heran orang berlomba-lomba mau jadi ini itu, namun tidak dibarengi dengan kualitas dan jati diri sebagai pemimpin. Berhenti pada kekuasaan semata.

Pelayanan yang Masih Buruk

Bagaimana pelayanan mau baik, jika pelayannya saja bermental juragan dan main perintah. Marah jika ditegur dan diberi nasihat. Bagaimana mau menjadi abdi negara jika mentalnya justru ngebos dan minta dilayani. Salah satu hal yang membuktikan mental ini adalah potong kompas, mental terabas, tidak suka diatur, mau menang sendiri, dan tidak taat azas. Mental ini yang membuat pelayanan menjadi buruk.

Perilaku Elit yang Buruk pula

Bagaimana bisa membaik negara ini, jika justru elit, tokoh populer, penguasa, pejabat malah perilakunya buruk. Menggunakan segala cara demi untung sendiri. Mau dilayani terus menerus, malas namun selalu minta fasilitas. Tidak taat aturan dan seenaknya sendiri dalam bersikap. Tidak menghargai bawahan dan orang yang dinilai di bawahnya.

Cerminan Bangsa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun