Artikel ini tidak hendak mengkritisi soal ide atau wacana balon gubernur Yusuf Mansur, namun mau berbagi soal hidup berasrama. Rekan di K juga banyak banget yang mengalami hal yang sama, kalau sempat membaca bisa menambahkan apa yang pernah mereka alami, yang jelas memang menyenangkan meskipun tidak pula bisa dikatakan bebas dari masalah dan persoalan yang tidak sesederhana dalam ide. Saya mengalami dengan ide dasar yang sama saja masih banyak kesulitan, lha bagaimana kalau ini adalah “paksaan, tidak ada pilihan lain.”
Jelas banyak banget kebaikan dan nilai positif soal asrama
Pertama, pendidikan intensif, personal, dan mendalam. Panjangnya waktu di sekolah sekaligus asrama bisa sangat membantu pendidikan. Rekan banyak bisa tahu dengan baik kelebihan dan kekurangan, dengan begitu, kita bisa saling membantu untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan rekan kita. Semua sudah terbuka dan sangat mungkin untuk diatasi bersama-sama
Kedua, kepribadian terolah, bagaimana sikap toleran itu sangat terbentuk. Saling menyesuaikan dari beragam latar belakang, sangat membantu. Contoh sikap tanggung jawab, kebersihan rumah dan sekolah ditanggung bareng-bareng, pembagian kerja yang sangat jelas dan terartir. Disiplin, waktu yang ada diatur dengan sangat ketat, tidak banyak waktu luang yang terbuang percuma, semua telah ada gunanya, baik untuk istirahat, main, belajar, sekolah, ataupun demi kesehatan. Kepemipinan bisa dibina dengan sangat baik. Jangan heran kalau melahirkan kepemimpinan yang keren dan brwawasan luas. Terkontrol dengan baik semua hal.
Ketiga, selera humor yang tinggi, mengatasi kepribadian dengan baik menghasilkan pribadi yang mampu melahirkan humoris dalam banyak bidang. Salah satunya panggilan keakraban. Kebebasan mendasar yang membuat pribadi tersebut menjadi pribadi yang menyenangkan, banyak humor yang mengatakan idaman mertua, karena mandiri, bertanggugjawab, dan bisa mengatasi banyak hal.
Di balik itu tetap saja banyak catatan yang mendesak untuk dipikirkan, apalagi di luar seperti sekolah umum sebagaimana ide balon gubernur ini;
Siapa yang mengawasi atau pamong asrama atau pembinanya? Guru? Apa mau, bagaimana keluarganya sendiri? Jika hanya hidup bersama di sekitar sekolah, lha bagaimana pertanggungjawaban sebagai sekolah dan harus tetap saja ada pihak dewasa yang menjadi pamong. Polisi? Jelas tidak mungkin bukan kewenangan dan tugasnya. PolPP, jelas bukan pula. Jelas saja hal ini sama sekali bukan jalan yang baik.
Jelas saja siswa dan siswi terpaksa, tidak ada pilihan lain, dan tentu saja mau tidak mau, banyak yang terpaksa. Lha kalau begitu, banyak yang stres, dasar pendidikan saja tidak tercapai, yaitu membebaskan pribadi-pribadi di dalam menyiapkan masa depannya. Yang mau dengan suka rela saja bisa stres dan jatuh nilainya, apalagi yang terpaksa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI