Argentina vs USA, seperti Ahok vs Sandiaga Uno
Usai semifinal pertama antara Argentina vs USA, hasil akhir jelas jomplang dengan angka 4-0, belum lagi penguasaan bola, tendangan mengarah ke gawang, dan lain-lainnya. Dominasi yang wajar bagaimana kualitas yang berbeda memang. USA baru berapa lama mengenal dan memiliki tim sepak bola yang kuat dan bisa bersaing. Berbeda kalau berbicara mengenai basket atau socer mereka. Tradisi yaang berbeda.
Apa yang ditampilkan dalam pertandingan ini mirip dengan pilkada DKI. Hingga ditik ini, di media hanya ada dua yang ramai, gubernur Ahok dan penantangnya hanya Sandiaga Uno yang masih beriklan dan blusukan. Yang lainnya sudah gamang atau, main bawah tanah, atau memang sudah tidak lagi ada gairah.
Argentina sudah dua kali merengkuh piala dunia dan salah satu paling banyak memegang jawara Amerika. Tidak heran berhadapan dengan USA mereka begitu superior. Dalam pilkada ini, Ahok sebagai birokrat, jauh unggul memang berhadapan dengan Sandiaga Uno. Ingat ini bukan soal siapa lebih jago atau karena suka Ahok. Ini kupasan ringan saja. Sandiaga Uno di politik masih sebelas dua belas sebagaimana USA di sepak bola. Apalagi birokrasi. Sama sekali belum ada pengalaman. Beda lho di perusahaan dan di pemerintahan. Pemegang saham tidak akan sejahat dan selicik dewan. Kepentingan sama ingin perusahaan maju bukan bangkrut sebagaimana keinginan dewan cari untung sendiri.
Diumpamakan dewan itu penyerang, ini baru satu serangan sudah habis-habisan. Belum lagi Maserano yang bisa sampai kotak pinalti lawan, Â pemain tengah dan belakang saja bisa mengancam gawang. Serangan ini bisa dari LSM, bisa dari rakyat yang merasa diabaikan, dari parpol yang pernah mengusungnya. Apa pernah dibayangkan betapa politik itu tidak semata hitam dan putih, bisa lho di depan merah di belakang jadi kuning, dan itu mampu tidak diselesaikan Pak Sandiaga. Melihat gelagatnya bisa seperti pemain belakang USA yang pontang-panting melihat serangan dari Argentina.
Pelatih USA mengatakan punya trik menghentikan Messi, ini nih penyerang paling berbahaya di dunia, dia memang hanya buat satu gol, tapi kreator gol-gol lain lho. Jika Messi itu seperti dewan yang malak, rakus, maling, dan hampir semua cara bisa untuk menyerang dan menggagalkan usaha Pak Sandiaga, apa sudah siap untuk mengatasi serangan itu, jangan-jangan hanya kata X itu bisa diatasi. Padahal trik mereka jauh lebih lengkap, ingat mereka sudah bangkotan dan bersama-sama di dewan. Pak Ahok saja pusing tujuh keliling dengan modelnya, apalagi maaf Pak Sandiaga yang belum teruji menghadapi mereka.
Belum lagi soal banjir yang belum ada ungkapan jelas dari Pak Sandiaga mau buat apa, soal macet, jangan-jangan nanti malah dikelabui oleh dewan yang selama ini sudah pinter komentari Pak Ahok, jangan sampai Pak Sandiaga hanya dijadikan bulan-bulanan dewan karena memang bukan bidangnya.
Artikel ini bukan soal kualitas Pak Sandiaga, namun soal profesionalisme, pengalaman, dan hidup yang berbeda. USA memang belum fasih bermain bola sepak, namun soal  basket jangan ditanya. Hal ini juga sama, Pak Sandiaga, kalau soal usaha, perusahaan, dan bagaimana melihat peluang usaha yang baik tentu fasih dan cerdas karena memang bidangnya. Apa yang akan menjadi penghambat, mana yang menjadi pendukung sangat kompeten. Soal birokrasi dan politik ya nanti dulu lah.
Ingat ini bukan soal kualitas atau meremehkan kemampuan lho, namun soal dunia yang digeluti dengan sepenuh hati dan sudah fasih dengan belum. Tentu hasilnya berbeda dan bisa saja namun bukan kali ini.
Bisa diatasi dengan tim komunikasi, politik, dan tata negara yang solid, menguasai banyak hal, dan kerja keras. Seperti USA yang memanggil pelatih berkualitas juara dari Jerman, bukan pelatih yang belum pengalaman, hal ini bisa disamakan dengan parpol yang sudah makan asam garam baik kalah dan menang, bukan pelatih yang tidak siap kalah.
Pendukung yang memang berkualitas sehingga bisa main bola dengan benar bukan hanya asal main bahkan menendang kaki pun bisa dilakukan asal menang. Bukan tim yang demikian yang  bisa dipakai Pak Sandiaga agar bisa menjadi politisi handal dan jempolan. Partai apa? Sayangnya belum ada, namun paling tidak tim pemenangannya bukan model yang sekarang ini. Menendang lawan saja tidak merasa bersalah, dikartu merah malah menghajar wasitnya, menyalahkan lawan yang tidak mau dengan rela memberikan bolanya.