Apa yang paling menyenangkan ketika berkompasiana? Tentu ribuan bisa juga jutaan jawab yang tidak ada yang salah. Ada yang menunggu HL, atau hlt, atau NT, bisa juga terpopuler, atau masuk GT, dulu ada juga TA, atau FA. Semua sah-sah saja. Boleh, asal tidak melanggar peraturan di Kompasiana semua benar. Iklan pun kadang masih bisa berseliweran, itu juga bisa saja, namanya juga bisnis, menggunakan segala cara kan boleh. Ada pula soal centang biru, hijau, dan dulu merah pun banyak yang suka, bukan suspend lho....Ada pula anggota yang sukanya kalau hits tinggi. Ribuan sebagai sebuah prestasi, ya sah-sah saja, kan menulis untuk dibaca.
Saya sendiri, paling tidak dalam tiga tahun lebih ini, jauh merindukan berbalas komentar, bahkan berbalas artikel.
Berbalas komentar, sangat merindukan komentar yang bisa sampai ratusan, sekarang tiga puluh dengan jawaban sendiripun sudah suka cita yang luar biasa. Dulu, seperti kakek-kakek saja, lima puluh komentar sudah membuat sedih, artinya sepi, tidak ada interaksi denga K-ners yang lain. beda jauh dengan kini, sepuluh saja sudah hebat. Â Kadang berbalas komentar itu bukan semata masalah artikel lho, candaan yang lebih banyak dan itulah kekuatan anggota K. Perbedaan bisa diatasi dengan canda dan guyon bersama. Soal ada yang tersinggung itu terkait dengan kemampuan mengolah emosi saja sebenarnya.
Berbalas artikel, biasanya sih ini berkaitan dengan candaan, serius pun bisa dengan menanggapi artikel, meskipun bisa menjadi perang opini karena sering tidak berimbang. Namun ini pun bentuk kepedulian atas artikel rekan lain. masalah artikel candaan dulu, hikkkk....hikkk...lagi-lagi kakek-kakek mengenang masa lalu, cukup sering tampil. Mempererat kebersamaan. Menjalin persatuan, lah malah kayak TVRI. Namun ini benar dengan kebersamaan itu, K menjadi milik bersama, ya seolah lah, tetap saja milik Kompas.
Vote, meskipun ada yang marah dan jengkel karena punya tuyul, akun kloningan, dan banyak istilah lain, toh itu meramaikan Kompasiana. Dinamika yang sangat hidup. Coba bandingkan dengan Kompas.com atau media on linelain, jauh dinamis di Kompasiana. Berita bisa, artikel bisa, dari yang abal-abal hingga profesor pun ada, coba kurang komplit apa. ada guru dan murid sekaligus.
Guru dan Murid sekaligus
Menulis di K memang butuh konsistensi untuk bisa berakrab ria dan dikenal. Konsistensi bukan soal menulisnya, namun berinterkasinya. Interaksi dalam saling kunjung dan meninggalkan jejak baik bintang apalagi komentar. Â Guru karena bisa menjadi pelajaran bagi anggota lain dalam bertindak dan terutama menulis. Murid saling belajar mengatasi perbedaan dan keragaman.
Berbeda itu  Bukan Musuh
Ada beberapa pasang benci tapi rindu dan itu semua seolah hilang dari peredaran, padahal membuat heboh, ratusan komentar bisa saling lempar. Â Ada pula yang menilai berbeda itu musuh dan tidak mau berinteraksi, itu hak pribadi, namun toh jauh lebih banyak yang obyektif.
Media alternatif
Suka atau tidak, rela atau berat hati, Kompasiana menjadi  media alternatif. Media umum sudah memiliki  kepentingan dukunga politik, jangan harap mereka bisa netral apalagi berimbang. Keuntungan K adalah penulisnya beragam, bisa saja kedua kepentingan atau lebih masuk jadi satu, dan itu menjadi rujukan pembaca untuk melihat dan menilai secara netral dan berimbang akhirnya.