Angkutan Pangkalan Versus Online, Mengapa Toko Tidak Bereaksi?
Masih panas soal ojeg online belum juga pudar membara soal taksi online pula. Apakah fenomena online ini baru? Sama sekali tidak, toko online menjamur dan banyak kalangan muda pun bisa melakukan jualan sambil kuliah, kerja kantoran, sambil mengelola keluarga, dan banyak lagi. Apakah tidak memengaruhi penjualan langsung? Jelas saja berpengaruh.
Online dan Pesan Antar via Telpon atau SMS
Sejatinya pesan antar itu sudah jamak, bahkan warung kaki lima pun ada yang bisa order via sms, bbm, wa, dan sejenisnya, apa bedanya coba? Sebenarnya secara hakiki tidak banyak perbedaan, hanya jauh lebih efektif dan efisien ketika menggunakan aplikasi. Awal 2000-an tukang becak pun sudah ada yang punya ide menuliskan nomor hp besar-besar di armadanya, mau pilih ojeg atau becak bisa sms atau telpone. Toko-toko juga melayani pesan antar dengan transaksi minimal tentunya. Sopir-sopir bis pun pesan nasi untuk makan lewat telpon kog sekarang ini. Hanya bergeser, komunikasi konvensional ditarik ke aplikasi dan semua dikelola mesin, dan sejatinya sama saja dengan pesan sebagaimana selama ini.
Untung Rugi
Selama ini apa yang disampaikan adalah kenyamanan angkutan online, soalnya taksi pangkalan, sering muter-muter soal argo tentunya, atau tidak sopan, dan sejenisnya. Apakah taksi online tidak akan demikian juga? Sama saja pada akhirnya. Promo tentu masih murah, nyaman, sopan, dan semacam itu. Pokoknya baik dan keren. Soal-soal ini akan sama, belajar penyesuaian dan ada yang perlu diperbaiki bersama-sama. Smartphone selama ini telah menjadi milik hampir semua orang termasuk para penyedia jasa angkutan ini, kan tinggal memanfaatkan alat dengan lebih bermanfaat dari pada selama ini belum produktif selain hanya untuk komunikasi standar, kadang malah lebih berorientasi pemborosan dan tidak ada manfaat, kalau tidak lebih buruk untuk menebar maksiat. Pada dasarnya sama saja dan tidak ada masalah. Soal izin dan plat kendaraan, itu teknis yang tidak sulit, tidak perlu demo dan kerusuhan.
Tidak Mau Belajar dan Berani Bersaing
Pusat-pusat perbelanjaan jelas saja merasakan penjualan online yang jauh lebih efektif, banyak variasi, kemudahan pembeli, dan murah iklan tentunya. Apakah tidak ada efek negatif, jelas saja, bagaimana penipuan begitu marak, jenis dan kualitas barang yang sering tidak sesuai dengan gambar, dan banyak lagi. Pembeli tradisional datang ke toko jelas berkurang, namun toko menyiasati dengan cerdas, mengadakan pameran, pesta potongan harga, layanan antar, bonus, dan hal yang menarik pembeli untuk tidak berpaling dari mereka. Lihat pendekatan yang berbeda dari jasa taksi, bagaimana mereka menggunakan lahan di pinggir jalan untuk memarkir armadanya, semua pintu dibuka lebar-lebar, buka baju, jok diturunkan dan kaki di atas kemudi, merokok atau main smartphone. Apa yang ditampilkan jelas saja bukan inovasi namun enak sendiri. Penumpang datang disambut seperti pengganggu dan malah dibentak,”Gak mau ya sudah, mau murah pakai becak...” nada-nada yang seperti itu jelas perbuatan mereka sendiri yang mengurangi pendapatan.
Sikap seenaknya sendiri dan mau enaknya sendiri tentu telah menciderai konsumen yang seharusnya mendapatkan pelayanan terbaik. Ingat penyedia jasa bukan pengganggu, konsumen itu mengeluarkan uang lho, bukan gratisan. Ada operator yang melarang pengemudi mengajak ngobrol penumpang, tentu tidak ada aturan penumpang dilarang mengajak bincang-bincang pengemudi tentunya. Tidak jarang sopir menjawab dengan judes dan seperti terganggu.
Kemauan berubah dan menyesuaikan diri dengan cerdas tentu akan membantu manusia lebih berkualitas. Sepanjang itu membantu hidup manusia menjadi lebih mudah dan baik mengapa tidak? Apalagi selama ini juga telah menggunakan itu semua. Tinggal menyesuaikan diri saja.
Teknologi dan Kemajuan itu Pasti